Indikator Kampung Ramah Anak

38 Indonesia. Dan program Kampung Ramah Anak yang dibentuk pemerintah berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam mewujudkan kota yang layak bagi anak ditengah-tengah arus globalisasi budaya yang telah menjalar di Indonesia. Terbukti dari Badan Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat 2013, bahwa pada tahun 2009 dan 2012, Pemerintah Kota Yogyakarta sudah mendapatkan predikat sebagai Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan dan Perlindungan Anak. Dan sebagai wujud komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan predikat kota layak anak, Pemerintah mencoba mengimplementasikan sampai tingkat bawah sebagai upaya pengembangan kota layak anak kearah kampung ramah anak.

6. Indikator Kampung Ramah Anak

Pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia, ditenggarai telah mengubah arah gerak manusia di berbagai sektor kehidupan, baik meliputi bidang ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Tak jarang pengaruh yang menyebabkan perubahan sosial tersebut telah melibatkan manusia secara global, termasuk anak sebagai individu yang memiliki hak yang sama sebagai manusia sekaligus warga negara. Namun, permasalahan yang menyangkut anak hingga kini tak kunjung usai untuk diselesaikan. Berbagai permasalahan tersebut, telah menyebabkan lingkungan menjadi tidak responsif bagi anak. Kondisi demikian, menjadi satu gambaran bahwa kepentingan anak masih menjadi aspek yang terpinggirkan dalam kehidupan. Kenyataan ini pun menegaskan bahwa tidak hanya orang tua dan masyarakat saja yang dirugikan, melainkan juga negara. Bila hal tersebut terus terjadi, tidak disangsikan bahwa aspek tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa akan mengalami 39 kemunduran. Sebagai bentuk tindak lanjut atas tingginya permasalahan dan kasus pada anak di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KPPA telah menetapkan Program Nasional Bagi Anak Indonesia PNBAI pada tahun 2015 yang mengacu pada beberapa bidang pokok. Hingga akhirnya, pemerintah menetapkan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak sebagai dasar hukum bagi kehidupan anak di Indonesia. Tidak hanya sampai disitu, pemerintah pun berupaya membentuk Kota Layak Anak dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 2 Tahun 2009 mengenai aturan KebijakanKota Layak Anak. Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang pengembangan Kota Layak Anak, semua wilayah kota dapat dijadikan sebagai Kota Layak AnakDesa Ramah Anak, tetapi ada 2 indikator yang harus dipenuhi di tiap wilayah supaya wilayah tersebut dapat dikatakan sebagai kota layak anak. Teguh Yoga Fitran2013 menjelaskan adapun indikator yang ditetapkan oleh Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta adalah: penguatan kelembagaan dan klaster hak anak. Penguatan kelembagaan meliputi a. Adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk pemenuhan hak anak. b. Persentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk untuk penguatan kelembagaan. c. Jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan kegiatan yang mendapatkan masukan dari Forum Anak. d. Tersedia Sumber Daya Manusia terlatih, kluster hak anak dan mampu menerapkan hak anak kedalam program, kebijakan dan kegiatannya. e. Tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur dan kecamatan. f. Keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak. g. Keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak. 40 Ika Pasca Himawati 2013 menjelaskan adapun 5 hak klaster anak yang harus dipenuhi oleh wilayah dalam mencapai Kota Layak Anak adalah meliputi 1. Hak sipil dan kebebasan 2. Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif 3. Kesehatan dasar dan kesejahteraan 4. Mendapatkan pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya 5. Perlindungan khusus Untuk mencapai indikator keberhasilan hak-hak anak di dalam setiap pelaksanaan program kampung ramah anak. Anak-anak juga perlu ditanamkan tentang pengetahuan kebudayaan disekitar mereka, misalnya pada budaya jawa. Pengenalan kebudayaan jawa yang dikemas dengan berbagai program kegiatan misalnya menari, mendongeng, belajar mendhalang dan belajar bahasa krama inggil dalam berkomunikasi yang dilakukan sejak dini, akan membentuk dalam diri anak rasa cinta terhadap budaya asli mereka, dimana oleh budaya ini mereka dibesarkan dan dapat melestarikan budaya jawa dengan cara mereka sendiri. Berbeda dengan pemikiran tersebut, Rudi Subiyakto 2012 menjelaskan adapun hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh suatu wilayah, meliputi a. Hak kelangsungan hidup, yaitu hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup b. Hak terhadap perlindungan, yaitu hak perlindungan dari diskriminasi bagi anak yang tidak mempunyai keluarga atau pengungsi c. Hak tumbuh kembang, yaitu hak untuk mencapai standar hidup, yang layak bagi perkembangan fisik, mental, moral dan sosial anak. d. Hak berpartisipasi, yaitu hak untuk menyelamatkan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak. Dari uraian tersebut, maka disimpulkan bahwa dalam situasi dan kondisi apapun, anak mempunyai hak yang sama. Hal ini tertulis pada UUD 1945 Pasal 41 27 yang menjelaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan hak atas kehidupan untuk pengembangan fisik, mental, spritual, dan moral. Dan dalam mewujudkan kota ramah anak pada intinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat berperan penting dalam merealisasikan Konvensi Hak Anak melalui program Kota Ramah Anak. Tata Gandhi 2013 menjelaskan indikator program kampung ramah anak berbasis budaya lokal yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut : 1. Terwujudnya pentas seni atau kegiatan yang menyalurkan bakat anak pengisi kegiatan anak misalnya tari, drama, dengan tokoh wayang, dll. 2. Terwujudnya anak-anak yang mengerti tentang budaya Yogyakarta yang dimulai dari orang tua atau lingkungan sekitar. 3. Tersedianya ruang untuk anak mengeksplor kreatifitasnya, menyanyi, menggambar, bermain alat musik baik tradisionalmodern. 4. Adanya kerja sama antara anak dengan remaja agar terwujudnya generasi yang berkelanjutan. 5. Ada kegiatan untuk mewujudkan sikap kreatifitas anak. 6. Diadakannya lombaeventkegiatan dari setiap desakecamatan untuk mempertunjukkan kesenian daerah masing-masing. 7. Adanya tempat dan sarana untuk anak belajar budaya. 8. Adanya sanggar seni dan budaya tradisional di setiap daerah. 9. Berfungsinya forum sanggar, paguyuban, anak dikampungdesa non formal. 10. Adanya peringatan hari-hari besar dengan kegiatan kebudayaan yang bermanfaat untuk melatih kepercayaan diri anak. Dengan adanya indikator tersebut, diharapkan semua kampung di wilayah kota Yogyakarta dapat memenuhi seluruh indikator ketika akan merintis kampung ramah anak di wilayahnya. Sebab menurut data dari Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak Daerah Istimewa Yogyakarta yang diakses melalui Harian Republika, 2015 menjelaskan bahwa Kota Yogyakarta menempati peringkat teratas kasus kekerasan pada perempuan dan anak di tahun 2010 hingga 2014. Dan menurut data dari 42 Komisi Perlindungan Anak selama 3 tahun terakhir UCAN Indonesia, 2014 menyebutkan bahwa tahun 2011, kekerasan pada anak mencapai angka 1.552 kasus, di tahun 2012 terdeteksi sebanyak 2.335 kasus yang ditemukan, hingga pada tahun 2013 mengalami kenaikan mencapai 2.508 kasus. Terlebih lagi UCAN Indonesia, 2014 mengemukakan bahwa hampir 80 dari kurang lebih 2 juta anak-anak di seluruh Indonesia belum mengetahui potensi kebudayaan di tiap daerahnya. Dan ada 50 persennya lagi anak-anak belum mengetahui warisan budaya Indonesia di seluruh wilayah Indonesia. Andi Siti Rohadatul 2013 mengemukakan indikator Desa Ramah AnakKampung Ramah Anak yang layak diterapkan diseluruh wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut: a. Terwujudnya anak kreatif melalui kegiatan kesenian anak. b. Ada komunitas anak yang isinya untuk mengembangkan bakat dan potensi anak agar dapat direalisasikan di lingkungan, misal berlatih tari jathilan, angguk, dll. c. Ada rumah ramah anak untuk bermain, belajar, dan berkreatifitas menuangkan ide-ide kreatif. d. Terdapat wadahtempat bermain anak dengan disediakan permainan dolanan anak. e. Ada anggaran dana untuk anak-anak dapat berkreatifitas. f. Anak-anak mampu melestarikan budaya dari daerahdesanya dengan cara menampilkan budaya di desa. g. Ada rumah khusus anak yang terlantar. h. Tercipta desa anti kekerasan pada anak. i. Ada festival khusus anak, misalnya kesenian Jathilan tiap tahun antar desa, dan mengisi pentas seni di ulang tahun desa. j. Ada fasilitas budaya ramah anak untuk penampilan budaya-budaya anak. k. Ada suatu tempat untuk mengarahkan para orangtua untuk mendidikan anak, khususnya untuk orang yang baru berkeluarga. l. Adanya alat-alat untuk menunjang komunitas kesenian anak. m. Ada pelatihan kesenian. n. Ada tim desa siaga bencana berbasis budaya. o. Ada desa kerajinan anak yaitu membuat arena untuk anak dalam pembuatan kerajinan pameran karya anak. 43 Pewarisan budaya lokal melalui pendidikan dengan membentuk kampung ramah anak sebagai sarana fasilitator dalam menyalurkan nilai-nilai budaya lokal menjadi sangat penting bagi anak-anak jaman sekarang. Kampung ramah anak dijadikan sebagai tempat dalam mendidik anak mempelajari budaya lokal di Indonesia, misalnya membuat mainan tradisional anak, tari tradisional, lagu- lagu tradisional, dan festival fashion show dengan menggunakan baju daerah di Indonesia. Kampung ramah anak bisa dijadikan sebagai sekolah ‘kedua’ bagi anak-anak khususnya dalam pelestarian budaya. Sebab mendidik anak untuk mengenal budaya lokal tidak cukup hanya di sekolah formal saja, melainkan keluarga dan masyarakat juga perlu bekerjasama dalam mengenalkan anak pada budaya. Diharapkan dengan kampung ramah anak berbasis budaya selain dapat mengurangi kasus-kasus kekerasan dan diskriminasi anak juga dapat mampu memberikan pengetahuan kepada anak sejak dini tentang budaya lokal. Karena pendidikan kebudayaan seperti tari tradisional, mainan tradisional dan sebagainya mengandung nilai-nilai budaya yang baik, yang dapat memberikan bekal bagi anak untuk tetap menghargai dan menjaga eksistensi budaya lokal di Indonesia. Dari hasil uraian tersebut, maka disimpulkan bahwa pendidikan budaya sangat penting bagi anak-anak. Mengajarkan budaya lokal dapat dikenalkan ataupun disalurkan kepada anak sejak dini. Karena anak pada saat itu, mempunyai karakter yang mudah dibentuk dan rentan terpengaruh oleh kejadian- kejadian yang ada disekitarnya hanya dengan ‘melihatnya’ saja. Pemberian pendidikan budaya pada anak, supaya anak dapat mengenal nilai- nilai tradisi; keunikan; dan kebijaksanaan yang ada disetiap aktivitas budaya seperti menari dan yang lainnya. Nilai-nilai budaya lokal yang cocok dengan 44 karakter bangsa terkandung di setiap kegiatan budaya. Pemahaman mengenai ruh lingkungan hidup, kreativitas, dan kemandirian harus ditanamkan dalam kepribadian anak-anak sebagai penerus bangsa kelak di setiap pewarisan kegiatan budaya lokal.

7. Program Kegiatan Kampung Ramah Anak