146
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Upaya Pekerja Sosial RW 20 Dalam Memberdayakan Kesenian di Kampung Ramah Anak RW 20
d. Mendirikan stan pendaftaran kesenian sanggar Angsa Putih pada acara Merti Kali Gajah Wong yang di selenggarakan oleh Pemerintah Provinsi
Yogyakarta dan Balai Lingkungan Hidup di UIN Sunan Kalijaga pada tanggal 16 Agustus 2015. Tujuan dari upaya ini adalah supaya warga
seluruh provinsi Yogyakarta yang hadir pada acara Merti Kali Gajah Wong dapat mengetahui bahwa di RW 20 Kelurahan Baciro memiliki
sanggar kesenian. e. Menampilkan tarian dan hasil karya lukisan dari sanggar Angsa Putih
kepada masyarakat pada acara kegiatan yang diselenggarakan RW 20 seperti malam tirakatan HUT RI setiap tahun, hari Kartini, lauching
kegiatan dan acara besar lainnya. Tujuan dari upaya ini adalah supaya warga masyarakat yang melihat tarian dan hasil lukisan yang ditampilkan
sanggar Angsa Putih dapat menarik minat mereka untuk belajar menari, melukis atau drama di sanggar Angsa Putih.
f. Menunjukkan dan mengajak anak-anak dan remaja untuk melihat proses
pelaksanaan latihan menari, melukis dan teater. Tujuan dari upaya ini adalah supaya anak-anak dan orang dewasa yang ingin melihat proses
147 latihan menari atau melukis berminat untuk belajar seni di sanggar Angsa
Putih. g. Memberikan waktu luang bagi anak-anak dan remaja yang mengikuti TPA
tetapi juga ikut latihan seni tari, melukis dan teater di sanggar Angsa Putih. Pelaksanaan latihan menari dan melukis tetap dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati, apabila ada beberapa murid sanggar Angsa Putih mengikuti pembelajaran TPA, pelaksanaan latihan seni dilakukan
sebelum pembelajaran TPA. Tujuan dari upaya ini adalah supaya murid- murid sanggar Angsa Putih yang terbentur jadwal latihan menari dengan
TPA, mereka dapat belajar membagi waktunya untuk mengikuti seluruh kegiatan tersebut tanpa mengurangi atau melebihi porsi latihan ataupun
kegiatan TPA. h. Mengundang pekerja sosial satu minggu sebelum pelaksanaan agenda
rapat. Tujuan dari upaya ini adalah supaya anggota pekerja sosial yang pasif dan jarang hadir dalam rapat dapat memberikan waktunya untuk
hadir dalam rapat tersebut. f.
Memberikan pengumuman pelaksanaan rapat melalui toa masjid. Tujuan dari upaya ini adalah supaya pekerja sosial yang pasif dan jarang hadir
dalam rapat dapat meluangkan waktu untuk mau hadir dalam rapat yang berkaitan dengan kampung ramah anak.
g. Memberikan teguran kepada pekerja sosial RW 20 yang pasif. Tujuan dari upaya ini adalah supaya pekerja sosial yang pasif tersebut dapat
berintrospeksi diri untuk lebih aktif kembali dalam kegiatan kampung ramah anak.
148 2. Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung Yang Di Alami Pekerja Sosial RW
20 Dalam Membentuk Kampung Ramah Anak Berbasis Budaya Lokal dan Kesehatan Lingkungan
a. Faktor Penghambat 1 Para orangtua belum sepenuhnya mendorong dan mengarahkan anak-
anaknya untuk belajar menari di sanggar tari Angsa Putih, mereka belum mengetahui bahwa kesenian itu menjadi salah satu yang
penting dan patut generasi muda lestarikan. Hal tersebut dikarenakan kesibukan pekerjaan para orangtua sehingga anak-anak di RW 20
kurang perhatian, karena ada beberapa keluarga yang menitipkan anak-anaknya ke tetangga rumah dan tinggal bersama pembantu
rumah tangga. 2 Sebagian besar anak-anak RW 20 mengikuti pembelajaran TPA di
masjid setiap sore serta padatnya jadwal kegiatan dari remaja dan pemuda seperti pekerjaan dan kegiatan di sekolah sehingga anak-anak
merasa tidak mempunyai waktu luang yang cukup untuk belajar seni. 3 Kurang adanya rasa kepercayaan diri dalam diri anak-anak ketika
mengikuti latihan tari, lukis atau drama. Mereka beranggapan berlatih seni tari, melukis dan teater itu sulit bagi mereka.
4 Pengaruh perkembangan budaya barat yang sedang mewabah pada generasi muda di RW 20. Pengaruh kebudayaan barat tersebut terlihat
dari ketidakmauan anak-anak ketika akan diajarkan sebuah tarian dan diperkenalkan cara melukis sederhana oleh pekerja sosial kampung
ramah anak. Mereka lebih menyukai bila diajarkan menari modern.
149 5 Anak-anak RW 20 masih harus di dorong dan di ingatkan terlebih
dahulu ketika mau mengikuti kegiatan yang membutuhkan partisipasi anak-anak.
6 Masih terjadi mis komunikasi di dalam hubungan internal para pekerja sosial kampung ramah anak akibat jarang hadirnya beberapa anggota
ketika ada agenda rapat. b. Faktor Pendukung
1 Anak-anak dan remaja semakin banyak yang tertarik dan berminat untuk belajar seni di sanggar tari Angsa Putih, baik untuk belajar
menari, melukis maupun drama. 2 Pekerja sosial dan warga masyarakat RW 20 yang kompak,
bekerjasama membantu memfasilitasi, melengkapi sarana dan prasarana seluruh program kegiatan.
3 Pekerja sosial kampung ramah anak memiliki banyak link di luar RW 20 sehingga dengan mudah melakukan kerjasama guna mendukung
pelaksanaan setiap program di kampung ramah anak RW 20. 3. Hasil Upaya Pekerja Sosial RW 20 Dalam Memberdayakan Kesenian Melalui
Kampung Ramah Anak a. Generasi muda di RW 20 dan di luar wilayah RW 20 semakin tertarik dan
berminat dalam melestarikan kesenian lokal di sanggar Angsa Putih yaitu dengan mengikuti latihan seni tari, melukis dan teater kemudian tarian
tersebut di perkenalkan pada acara-acara kebudayaan, seperti kompetisi ataupun pentas seni.
b. Saat ini sanggar Angsa Putih memiliki 27 murid tetap yang terdiri dari murid seni tari, melukis dan teater. Hal tersebut disebabkan pekerja sosial
150 cukup berhasil dalam mengupayakan pelestarian kesenian sanggar Angsa
Putih di RW 20. c. Sanggar Angsa Putih tidak lagi kesulitan dalam mencari anak-anak untuk
diajarkan menari ketika akan mengikuti kegiatan pentas seni atau kompetisi, dikarenakan murid-murid di sanggar Angsa Putih telah dibekali
beberapa tarian tradisional dan pengetahuan tentang melukis dan teater. d. Banyak beberapa lembaga pemerintah dan masyarakat diluar RW 20
memilih sanggar Angsa Putih sebagai obyek dalam penelitian dan riset mereka yang kemudian di promosikan melalui webshite mereka masing-
masing. e. Pekerja sosial yang dahulunya pasif menjadi aktif kembali dalam proses
koordinasi pelaksanaan program kampung ramah anak. Hal tersebut terlihat dalam usaha dan tanggung jawab mereka ketika menangani
beberapa program kegiatan di kampung ramah anak.
B. Saran