Bagaimana latar belakang berdirinya sanggar tari Angsa Putih di RW 20 ?

217 Lampiran 6. Reduksi Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara Reduksi Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara Upaya Pemberdayaan Seni di Kampung Ramah Anak RW 20, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta 1. Bagaimana latar belakang berdirinya sanggar tari Angsa Putih di RW 20 ? RW : Awal berdirinya sanggar tari ini karena ibu mempunyai keinginan untuk memberikan ilmu-ilmu tarian ibu kepada generasi muda, supaya generasi penerus ini mempunyai jiwa yang cinta terhadap kebudayaan tradisional, sebab mempelajari sebuah seni dapat memberikan nilai positif bagi si anak yang belajar seni dan dapat menjadi orang yang mempunyai karakter dan moral yang baik daripada orang-orang yang tidak pernah mempelajari seni. Sanggar ini, berdiri tanggal 28 Oktober 2012 beberapa bulan setelah Paguyuban Manunggal Karso di RW 20 resmi berdiri yaitu pada tanggal 30 April 2012. Saat itu ibu mencoba untuk mengajak anak- anak warga Manunggal Karso saja untuk belajar menari, dulunya saya memberikan materi tari Angsa dari Bagong Kusudiarjo, dan anak-anak tertarik, kemudian saya berpikir, kenapa tidak dinamakan sanggar angsa putih, karena anak-anak suka dengan tarian angsa dan berhubung kami tinggal di pinggiran sungai Gajah Wong. Semenjak saat itu, sanggar seni ini dinamakan Sanggar Tari Angsa Putih, tetapi sebenarnya di Angsa Putih ini, tidak hanya tarian saja, ada kegiatan seni lukis dan teater atau drama tetapi berhubung ibu yang mengurus dalam bidang tari, akhirnya ibu dan bapak SA mendirikan sanggar ini sampai sekarang. Sanggar ini masih berjalan, dan kami memberikan pelatihan-pelatihan seni kepada anak-anak secara gratis, tidak dipungut biaya di karenakan, tujuan utama kami adalah supaya anak-anak khususnya Manunggal Karso dan RW 20 mencintai budaya tradisional. Kemudian, pada bulan Agustus tahun lalu, saya juga sempat mendengar bahwa RW 20 akan dipilih sebagai salah satu kampung ramah anak di Yogyakarta, dan akan menetapkan budaya lokal di RW 20 untuk 218 dapat dijadikan sebagai dasar dari pembentukan program kegiatan Kampung Ramah Anak RW 20, pada saat itulah saya merasa sangat senang dan bangga terhadap murid-murid yang sampai saat ini masih betah berlatih di tempat kami, berkat kerja keras mereka selama ini, sanggar Angsa Putih dijadikan sebagai salah satu dasar program kegiatan di Kampung Ramah Anak W 20. SA : Latar belakang berdirinya angsa putih adalah ketika saya dan Ibu RW melihat di lingkungan RW 20 kurang kegiatan dalam berkesenian budaya. Saya juga melihat bahwa kita tinggal di kota budaya yang menonjolkan bagian sisi kebudayaan jawa. Oleh karena itu, saya dan Ibu RW awalnya mengajarkan seni tari pada anak-anak di lingkungan Manunggal Karso yaitu tari klasik dan tari kreasi. Nama Angsa Putih diambil dari fenomena angsa-angsa yang sering berenang dipinggiran sungai Gajah Wong, karena kami tinggal di Paguyuban Manunggal Karso yang terletak di sekitar sungai Gajah Wong tersebut. Kesimpulan : Sanggar tari Angsa Putih berdiri pada tanggal 28 Oktober 2012, dinamakan Angsa Putih, awalnya karena Ibu RW saat itu mengajarkan tari angsa pada anak-anak Manunggal Karso, dan melihat beberapa ekor angsa berenang di pinggiran sungai Gajah Wong. Pada saat itu, Ibu RW dan Bapak SA memberikan Angsa Putih sebagai nama sanggar mereka. Sanggar tari Angsa Putih, di bentuk dari kepedulian Ibu RW dan Bapak SA tentang kesenian, mereka mempunyai niat dan keinginan supaya generasi muda di Manunggal Karso RW 20 mencintai budaya Jawa dan melestarikannya. Di sini, Ibu RW mengajar seni tari dan Bapak SA mengajar seni lukis dan drama. Pelatihan di sanggar tari ini, di lakukan secara gratis, dan di bawah bimbingan Paguyuban Manunggal Karso. 219 2. Apa visi dan misi sanggar tari Angsa Putih ?