52 tanpa daya, karena kalau demikian akan punah. Pemberdayaan adalah upaya
untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam konteks ini
diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan input, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang opportunities yang akan membuat masyarakat
menjadi makin
berdaya Kartasasmita,
1996. Dengan
demikian, pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat,
tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain yang
merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.
10. Pemberdayaan Seni
Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri
untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya. Pendidikan juga dapat dipandang sebagai upaya untuk membantu manusia ‘menjadi apa’ yang
bisa diperbuat dan ‘bagaimana harus menjadi atau berada’. Oleh karena itu pendidikan harus bertolak dari pemahaman tentang hakekat manusia. Jagat
pendidikan harus memuat adanya ‘pendidikan nilai’ yakni suatu proses pembudayaan yang selalu berusaha meningkatkan harkat dan martabat
manusia, pendidikan memanusiakan manusia, pendidikan humaniora Jazuli,
53 2008. Pendidikan nilai merupakan suatu aktivitas yang secara khusus
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai tertentu, seperti nilai religius pendidikan agama, nilai moral pendidikan kewarganegaraan, dan nilai
estetik pendidikan seni budaya. Dengan demikian pendidikan nilai harus menjadi bagian integral bult in yang berperan sentral dalam jagat pendidikan.
Pendidikan seni budaya adalah suatu proses kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai budaya yang bermakna di dalam diri
manusia melalui pembelajaran seni budaya. Nilai-nilai yang dimaksud berkaitan dengan pengembangan imajinasi, intuisi, pikiran, kreativitas, dan
kepekaan rasa; Kata ‘bermakna’ terkait dengan ‘kearifan’ dalam menyikapi hidup dan kehidupan agar lebih berarti dan bermanfaat bagi sesama dan
lingkungannya. Untuk mencapai kearifan diperlukan persyaratan, di antaranya adalah pengetahuan yang luas to be learned, kecerdikan smartness, akal
sehat common sense, mengenali inti yang dipahami insight, bersikap hati- hati discreet, pemahaman norma dan kebenaran, dan kemampuan mencerna
to digest pengalaman hidup Buchori, 2000. Implikasi dari nilai-nilai bermakna adalah berwatak mulia dan berbudi luhur, bersikap jujur, rendah hati,
disiplin, setia, terbuka, tolerans, penuh perhatian, belas kasih, adil, terbuka. Semua itu secara integratif tercermin di dalam sikap, kata dan tindakan, yang
harus dibelajarkan dan dibiasakan kepada anak-anak. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tujuan mata
pelajaran seni budaya pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa memiliki kemampuan: 1 memahami konsep dan pentingnya seni budaya, 2
menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya, 3 menampilkan kreatifitas melalui seni budaya, 4 meningkatkan peran serta seni budaya pada tingkat
54 lokal, regional, maupun global, 5 mengolah dan mengembangkan rasa
humanistik, yang secara khusus berimplikasi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berapresiasi, berkreasi, dan berinteraksi melalui
kesenian. Dalam mata pelajaran seni budaya aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Artinya mata pelajaran seni budaya
merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Statemen dalam kurikulum tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran budaya dalam pembelajaran
seni, terutama nilai-nilai budaya lokal. Untuk itu pemberian pengalaman estetik melalui kegiatan apresiasi dan kreasi dipandang penting sebagai cara dalam
pembelajaran pendidikan seni budaya di sekolah Jazuli, 2008. Dalam kehidupan kesenian, termasuk dalam konteks pembelajaran
atau pemberdayaan, terdapat hubungan dialektik antara seni budaya, inovasi, partisipasi, dan profesi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kehidupan
seni tidak terlepas dengan bidang kehidupan lainnya. Untuk memberdayakan seni budaya dalam membangun pekerti bangsa perlu landasan pemikiran yang
dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 hubungan antara seni budaya dan pekerti memerlukan pengaturan atau sistem manajeman, 2 hubungan antara pekerti
dan patisipasi membutuhkan rekayasa, 3 hubungan partisipasi dengan profesi dimediasi oleh legalitas, 4 hubungan seni budaya dan profesi dimediasi oleh
tatanan normatif dan etika, 5 hubungan antara seni budaya dan partisipasi memerlukan subsidi, 6 hubungan antara pekerti dan profesi memerlukan
sikap proaktif dan kreatifitas.
55
B. Penelitian yang Relevan