55
B. Penelitian yang Relevan
1. Pemanfaatan Potensi Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ekonomi di SMKN 1 Pedan Klaten Skripsi Ika Susanti. 2010. Universitas Negeri
Yogyakarta
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbandingan tes siswa sebelum tindakan pembelajaran dengan memanfaatkan budaya lokal mendapat nilai
≥ 70 sebanyak 3 siswa dan setelah melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan budaya lokal terjadi peningkatan sebanyak 26 siswa. Pemanfaatan potensi budaya
lokal dalam pembelajaran ekonomi menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kebermaknaan dan kualitas pembelajaran ekonomi di SMK.
2. Pemanfaatan Potensi Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
IPS di SD Tesis Sekar Purbarini Kawuryan. 2009. Universitas Negeri Yogyakarta
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui studi lapangan yang telah dilakukan di daerah desa Pakem, yang mana sebagian besar dari masyarakat
Kecamatan Pakem adalah petani, dan siswa SD melakukan pembelajaran di tengah- tengah masyarakat petani Pakem. Mendapatkan hasil yaitu siswa lebih menghargai
jasa petani dan lingkungan sekitar mereka. Siswa mendapatkan pengalaman bercocok tanam, memanen sayuran, dan menangkap ikan di sungai, sehingga secara
langsung siswa dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari dikelas. Selain itu, pemanfaatan budaya lokal seperti sego wiwit, lesung-alu dan sebagainya dapat
menjadi sumber belajar yang bermakna bagi siswa. Dari hasil kedua hasil penelitian yang relevan itu lebih terpaku pada
pelayanan terfokuskan pada kegiatan yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal yang ada di sekitar kita, supaya generasi muda atau peserta didik dapat menghargai
56 budayanya, maka penelitian yang akan dilakukan di Kampung Ramah Anak RW 20
Baciro Gondokusuman Yogyakarta lebih menitikberatkan pada upaya pelestarian
budaya lokal oleh pekerja sosial RW 20 Baciro Gondokusuman Yogyakarta.
57
C. Kerangka Berpikir
Globalisasi telah menjadi aspek yang memberikan pengaruh besar terhadap perubahan sosial yang terjadi di berbagai negara. Salah satunya di negara
berkembang seperti Indonesia. Pengaruh tersebut ditenggarai mengubah arah gerak manusia di berbagai sektor kehidupan, baik meliputi bidang ekonomi, sosial,
budaya dan keamanan. Tak jarang pengaruh yang menyebabkan perubahan sosial tersebut telah melibatkan manusia secara global, termasuk anak sebagai individu
yang memiliki hak yang sama sebagai manusia sekaligus warga negara. Era globalisasi yang semakin berkembang pesat di Indonesia, menjadikan anak-anak
Indonesia kurang mengenal dan menghargai budayanya. Generasi muda sekarang hanya mengetahui kain batik dan warisan budaya lainnya yang sudah mendunia
terlebih dahulu, tetapi warisan budaya yang masih tenggelam, mereka masih sangat kurang meminatinya. Akibatnya warisan budaya yang harusnya dapat dikenalkan
ke kancah dunia, dengan mudahnya di ambil oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Parahnya globalisasi, mengakibatkan generasi muda semakin dijauhkan dari nilai budaya bangsa, termasuk budaya lokal. Perangkat teknologi seperti handphone
telah memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk mengakses informasi dari seluruh belahan dunia hanya dengan waktu beberapa detik saja. Globalisasi telah
menyebabkan rusaknya moral remaja dan sistem moralitas generasi muda di Indonesia. Tak sedikit generasi muda mulai meninggalkan, melupakan dan
berpaling pada budaya lain yang lebih unggul, yang disebut kemajuan dan modernisasi, padahal belum tentu budaya tersebut cocok dengan kebudayaan di
Indonesia. Banyak generasi muda sekarang termasuk anak-anak kurang tertarik mengikuti sanggar seni di daerahnya, dengan alasan sudah banyak orang yang
58 melestarikan, terlihat tidak modern, gerakannya sulit, kurang enerjik dan
sebagainya, padahal mengenal budaya bangsanya sendiri tidaklah ada ruginya, justru generasi muda dapat membantu bangsa Indonesia untuk lebih maju dengan
mengenalkan keunikan budaya-budaya tersebut kepada dunia dan supaya dapat menambah jumlah devisa negara Indonesia.
Kampung ramah anak yang ditetapkan oleh Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan kemudian di lanjutkan ke pekerja sosial di tiap-tiap
wilayah Yogyakarta memiliki peran yang penting bagi perkembangan anak di Yogyakarta, salah satunya sebagai sarana mengenalkan anak dengan kebudayaan
lokal. Di era globalisasi seperti ini, anak-anak dikenalkan dengan nilai-nilai kebudayaan, nilai sosial, ketrampilan, dan pengetahuan yang sangat penting bagi
anak untuk masa depannya. Kampung ramah anak yang baru 5 tahun dicanangkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia telah mendirikan beberapa ratus kampung ramah anak di seluruh Indonesia termasuk Yogyakarta, dan telah mencetak prestasi dari Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia sebagai kategori Pratama dan Madya Kampung Ramah Anak. Diharapkan dengan
berdirinya kampung ramah anak di seluruh wilayah Kota Yogyakarta dapat mendorong generasi muda termasuk anak-anak untuk lebih meminati budaya lokal
yang dimiliki daerahnya dan mau melestarikan sehingga budaya lokal tersebut akan tetap terus lestari. Dapat dilihat pada gambar 1.
59 Masalah akibat era globalisasi :
Ketidakpedulian pada eksistensi warisan budaya lokal
Gambar 1. Kerangka Berpikir GLOBALISASI
PROGRAM KAMPUNG RAMAH ANAK DI RW 20
BACIRO, YOGYAKARTA OLEH PEKERJA SOSIAL
MASYARAKAT
Program Kegiatan Kampung Ramah Anak :
- Sanggar seni - Taman bacaan berbasis
budaya lokal - Jam belajar masyarakat
- Festival budaya desa - Tim siaga berbasis budaya
- Kegiatan pentas seni setiap
tahun Generasi muda yang
menghargai warisan budaya lokal di daerahnya dengan cara
mau menjaga dan melestarikan potensi seni di daerahnya.
60
D. Pertanyaan Penelitian