Wawancara dengan Pasien Motivasi Intrinsik Indikator Tanggung Jawab

dalam mendorong setiap karyawan untuk bekerja secara produktif, sehingga berdampak pada kinerja karyawan.

b. Wawancara dengan Pasien

Hasil penelitian tentang kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap berdasarkan hasil wawancara dengan pasien sebanyak 93 orang dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan pelayanan yang diterima pasien dengan pelayanan yang harus diberikan oleh dokter. Pasien sering mengeluhkan pelayanan yang diberikan dokter, hal ini dapat dilihat dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada pasien rawat inap tentang kinerja dokter dalam memberikan pelayanan ditemukan jawaban pasien lebih banyak menyatakan tidak setuju 50 lampiran 6. Kinerja dokter berdasarkan hasil wawancara dengan pasien rawat inap relatif tidak jauh berbeda, artinya pelayanan yang diberikan oleh dokter belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pasien Hasil wawancara lanjutan dengan pihak manajemen rumah sakit menyatakan bahwa sebenarnya selama ini sudah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan khususnya pelayanan dokter dan perawat antara lain meliputi : penyediaan jumlah dokter dan perawat secara optimal, seperti penyesuaian insentif jasa medik dan perawat yang cukup memadai, dan perencanaan jenjang karier yang adil dan jelas serta pedoman pelayanan yang lengkap. Berdasarkan uraian di atas maka manajemen rumah sakit perlu mengupayakan pembenahan tentang kinerja dokter dan melakukan monitoring dan evaluasi hasil kerja dari para dokter secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan kepada pasien dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit.

5.2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter

Pengaruh motivasi dalam penelitian ini meliputi; pengaruh motivasi intrinsik dan ekstrinsik terhadap kinerja. Adapun pembahasan secara rinci sebagai berikut :

5.2.1. Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja Dokter

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara univariat rata-rata skor motivasi intrinsik tertinggi 13,4 terendah 6,4 dan skor total rata-rata 38,9. Skor maksimum 56 namun berbeda dengan skor mean teoritik 72 dan kategori motivasi intrinsik 51,6 pada kategori sedang. Hal ini memberikan masukan bagi manajemen rumah sakit dalam hal pemberian motivasi kepada dokter dalam rangka meningkatkan kinerja di rumah sakit. Hasil uji secara bivariat berdasarkan uji statistik korelasi Pearson product moment menunjukkan bahwa motivasi intrinsik berhubungan dengan kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap p=0,001p=0,05 dengan nilai koefisien korelasi r= 0,677. Hasil penelitian secara multivariat menggunakan uji regresi berganda menunjukkan bahwa variabel motivasi intrinsik berpengaruh signifikan terhadap kinerja dokter dengan nilai p=0,001p=0,05, artinya semakin meningkat motivasi intrinsik maka kinerja dokter semakin optimal dalam memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Candra 2012 yang menyimpulkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBukit Barisan Medan dan kontribusi motivasi secara intrinsik lebih besar dari pada motivasi ekstrinsik. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Ginting 2011; Meliala 2011 dan Sitanggang 2012, menyimpulkan bahwa motivasi secara intrinsik dan ekstrinsik berpengaruh signifikan terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis serta motivasi intrinsik paling berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukan Maslow dalam Robbins 2006, bahwa manusia mempunyai berbagai kebutuhan dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi kebutuhan. Kebutuhan itu wujud dalam beberapa tahap kebutuhan. Setiap manusia mempunyai keperluan untuk memenuhi kepuasan diri dan bergerak memenuhi kebutuhan tersebut. Maslow memisahkan kelima kebutuhan sebagai kategori tinggi dan kategori rendah, kebutuhan faali dan kebutuhan keamanan digambarkan sebagai kebutuhan kategori rendah dan kebutuhan sosial dan kebutuhan akan penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan kategori tinggi. Kebutuhan kategori tinggi dipenuhi secara internal di dalam diri orang itu. Sedangkan kebutuhan kategori rendah terutama dipenuhi secara eksternal dengan upah, kontrak serikat buruh, dan masa kerja. Demikan juga dengan pendapat Gibson et.al. 2003, menyatakan bahwa manusia termotivasi untuk bekerja dengan bersemangat tinggi, apabila ia memiliki keyakinan akan terpenuhinya harapan-harapan yang didambakan serta tingkat manfaat yang akan diperolehnya. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi terpenuhinya akan harapan-harapan dan hasil kongkrit yang akan diperolehnya, maka semakin tinggi pula motivasi positif yang akan ditunjukkan olehnya. Pembahasan variabel motivasi intrinsik secara deskriptif untuk masing- masing indikator tanggung jawab, prestasi kerja, pengakuan hasil kerja, dan kemajuanuntuk masing-masing indikator sebagai berikut:

a. Motivasi Intrinsik Indikator Tanggung Jawab

Berdasarkan hasil penelitian tentang motivasi intrinsik dengan indikator tanggung jawab, diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menyatakan setuju tentang tanggung jawab dari aspek; bekerja sesuai dengan jadwal dan pedoman, bekerja dengan penuh tanggung jawab, berupaya sepenuh hati agar pasien rawat inap dapat didiagnosa dengan tepat dan cepat, berupaya memberikan terapi dengan obat yang tepat kepada pasien rawat inap dan mengerjakan fungsi dan tugas tepat waktu. Motivasi intrinsik indikator tanggung jawab memiliki skor rata-rata paling tinggi, yaitu sebesar 13,4 namun jauh berbeda dengan mean teoritik, yaitu 20,0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja dokter secara individu memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap hanya sebatas tanggungjawab belum menyadari sepenuhnya bahwa memberikan pelayanan kepada pasien merupakan kewajiban seorang dokter dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis sesuai Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran UUPK. Adapun maksud dan tujuan dikeluarkannya UUPK No 29 tahun 2004, untuk mengatur tentang pembatasan 3 tempat praktik, diharapkan dokter dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada setiap pasien. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap merupakan tanggung jawab dokter, namun karena kesibukan dalam melayani pasien sehari-hari dokter belum menempatkan kepentingan pasien sebagai prioritas yang utama, sehingga ada sebagian dokter belum optimal kurang bertanggung jawab memberikan pelayanan. Hal ini terkait dengan kesibukan seorang dokter dalam bekerja terkait dengan usia produktif. Usia dokter sebanyak 71, 28-53 tahun dewasa tengah. Pengaruh faktor umur dengan kinerja menurut Robbins 2006, dihubungkan dengan keterampilan seseorang terutama : kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi kerja. Makin tua usia seseorang maka keterampilannya akan menurun. Menurut Wood 2001, bahwa ada 4 kunci transisi perkembangan kepribadian individu yang mengikuti pertambahan umur seseorang dan dihubungkan dengan dampak pekerjaan atau karir seseorang dalam organisasi, yaitu : transisi usia tigapuluhan 28-33 tahun, transisi usia pertengahan 40-45 tahun, transisi usia limapuluhan 50-55 tahun dan transisi lanjut usia 60-65 tahun, dimana karir seseorang dalam organisasi akan menurun pada transisi usia limapuluhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Budiarso 2007, pada beberapa dekade tahun yang lalu hubungan antara rumah sakit selaku produsen jasa layanan kesehatan dan penderita selaku konsumen belum harmonis. Pada waktu memerlukan layanan kesehatan pada sebuah rumah sakit, seorang pasien hanya mempunyai hak untuk menentukan ke rumah sakit mana pasien tersebut akan pergi. Setelah itu pasien harus taat tentang semua hal kepada dokter dan rumah sakit tempat pasien dirawat, pemeriksaan dan pengobatan apa saja yang harus dijalaninya tanpa didengar pendapatnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa secara intrinsik atau internal setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab lebih besar yang berasal dari dalam diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Zulkhairi 2010, tentang determinan kinerja dokter spesialis di ruang rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan, yang mengungkapkan secara psikologis faktor motivasi berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

b. Motivasi Intrinsik Indikator Prestasi Kerja