Motivasi Intrinsik Indikator Prestasi Kerja

Hal ini sejalan dengan pendapat Budiarso 2007, pada beberapa dekade tahun yang lalu hubungan antara rumah sakit selaku produsen jasa layanan kesehatan dan penderita selaku konsumen belum harmonis. Pada waktu memerlukan layanan kesehatan pada sebuah rumah sakit, seorang pasien hanya mempunyai hak untuk menentukan ke rumah sakit mana pasien tersebut akan pergi. Setelah itu pasien harus taat tentang semua hal kepada dokter dan rumah sakit tempat pasien dirawat, pemeriksaan dan pengobatan apa saja yang harus dijalaninya tanpa didengar pendapatnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa secara intrinsik atau internal setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab lebih besar yang berasal dari dalam diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Zulkhairi 2010, tentang determinan kinerja dokter spesialis di ruang rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan, yang mengungkapkan secara psikologis faktor motivasi berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

b. Motivasi Intrinsik Indikator Prestasi Kerja

Berdasarkan hasil penelitian motivasi intrinsik indikator prestasi kerja, diketahui bahwa jawaban responden mayoritas setuju tentang prestasi kerja dari aspek; senang bila dapat mendiagnosa penyakit pasien rawat inap dengan tepat dan cepat, kesembuhan pasien rawat inap merupakan tujuan utama dalam memberikan pelayanan, prestasi berdasarkan keseriusan dalam melayani pasien, mampu memotivasi diri sendiri untuk mencapai prestasi kerja dan diberi kesempatan mengajukan ide untuk pencapaian prestasi kerja. Berdasarkan skor rata-rata motivasi intrinsik indikator prestasi kerja 11,3 merupakan urutan pertama tertinggi, namun berbeda dengan mean teoritik sebesar 20,0. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dokter mementingkan prestasi kerja, mereka termotivasi bekerja bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar semata, namun belum optimal dalam mencapai kinerja. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa memberikan pelayanan kepada pasien memang merupakan bagian dari prestasi kerja sebagai dokter, namun ada sebagian dokter belum maksimal dalam bekerja. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh dokter karena hasil kerja secara langsung tidak terkait dengan prestasi kerja. Dalam manajemen organisasi masalah prestasi kerja seperti kenaikan pangkat ataupun jabatan mempunyai tahapan-tahapan prosedur yang sudah ditetapkan oleh organisasi. Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya. Demikian juga dengan teori David C McClelland dalam Handoko 2001, tentang motivasi berprestasi, adanya motivasi berprestasi yang tinggi akan berhubungan dengan peningkatan kinerja. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Candra 2012 yang mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik indikator prestasi kerja berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Hal senada juga diungkapkan oleh Zulkhairi 2010, kinerja dokter spesialis secara psikologis, yaitu ndikator prestasi kerja berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien di ruang rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan.

c. Motivasi Intrinsik Indikator Pengakuan Hasil Kerja