F. Nilai Tukar Kurs Valuta Asing
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau niai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta
asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang
asing.
31
Kurs merupakan informasi penting bagi pelaku bisnis, terutama berkaitan dengan perencanaan usahanya mengenai kebutuhan maupun penghasilan dalam
valuta asing. Perubahan nilai kurs menimbulkan peluang terutama bagi spekulan, dan risiko bagi para pengusaha.
32
Pengelolaan nilai tukar yang realistis dan perubahan yang cukup rendah dapat memberikan kepastian dunia usaha merupakan suatu hal yang penting
dalam peningkatan investasi maupun kegiatan yang berorientasi pada ekspor.
33
Bila perusahaan menerbitkan obligasi dan dijual diluar negeri atau melakukan pinjaman dalam mata uang asing, tentu perusahaan tersebut akan
mengalami risiko kurs, dan selanjutnya akan mempengaruhi biaya utang Cost Of Debt
tersebut.
34
Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama
bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor. Penyesuaian nilai tukar rupiah yang telalu cepat akan
31
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, h.397.
32
Henry Faizal Noor, Investasi, Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Jakarta: PT Indeks, 2009, h.262.
33
Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, h.55
34
Henry Faizal Noor, Investasi, h.271.
dapat mendorong pengaliran modal ke luar negeri. Oleh karena itu, pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang
mendukung perekonomian secara makro.
35
G. BI rate
Pengertian BI rate menurut Bank Indonesia adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh dewan gubernur Bank Indonesia setiap rapat dewan gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas liquidity management di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter.
36
Kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah bisa bersifat ekspansif atau kontraktif tergantung sasaran yang ingin dituju oleh BI. Untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, BI akan melakukan ekspansi moneter. Ekspansi moneter yang dilakukan melalui kebijakan suku bunga selain mendorong masyarakat
menukarkan uangnya dengan barang dan jasa, juga dapat mendorong masyarakat menukarkan uangnya ke dalam bentuk aset keuangan financial assets. Preferensi
masyarakat untuk membeli aset tersebut akan mengakibatkan kenaikan harga- harga aset keuangan yang berarti pula terjadinya penurunan suku bunga dari aset
keuangan tersebut. Penurunan suku bunga tersebut akan mengurangi biaya modal
35
Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, h.55
36
Diadaptasi dari www.bi.go.id
pada 18 Agustus 2015
.
cost of capital dan pada gilirannya akan mendorong kegiatan produksi dan investasi sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
37
Hal ini serupa dengan Teori Keynes bahwa investasi berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga.
38
Juga teori capital asset pricing model CAPM yang menjelaskan bahwa kenaikan tingkat suku bunga yang bebas resiko akan
mengurangi tingkat keuntungan yang diharapkan pada investasi saham, sehingga kenaikan tingkat suku bunga akan menyebabkan menurunnya minat investasi di
pasar modal.
H. Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Deposito, menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah danUUS.
39
Dalam prinsip mudharabah, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib pengelola dana, sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal pemilik
dana. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta
mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.
40
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
37
Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, h.6.
38
Muhammad Syafii Antonio et all, Volatilitas Pasar Modal Syariah, h.6.
39
Ismail, Perbankan Syariah Jakarta: Kencana, 2011, h.91.
40
Adiwarman A. Karim, Bank Syariah Analisis Fiqh dan Keuangan Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009. h.303.