Latar Belakang Masalah Pengaruh faktor makroekonomi terhadap pertumbuhan sukuk korporasi di Indonesia (periode 2011-2015)
dalam sukuk, underlying asset dibutuhkan sebagai jaminan bahwa penerbitan sukuk didasarkan nilai yang sama dengan aset yang tersedia. Oleh karenanya, aset
harus memiliki nilai ekonomis, baik berupa aset berwujud, atau tidak berwujud, termasuk proyek yang akan atau sedang dibangun. Adapun fungsi underlying
asset adalah: i untuk menghindari riba, ii sebagai prasyarat untuk dapat
diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder, dan iii akan menentukan jenis struktur sukuk.
9
Terdapat beberapa perbedaan karakteristik antara sukuk dengan obligasi. Berikut perbandingannya.
Tabel 1.1. Perbandingan Karakteristik Sukuk dan Obligasi
10
Deskripsi Sukuk
Obligasi Penerbit
Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi
Sifat Instrumen Sertifikat
kepemilikanpenyertaan atas suatu aset
Instrumen pengakuan utang
Penghasilan Imbalan, bagi hasil,
margin Bungakupon, capital
gain Jangka Waktu
Pendek-menengah Menengah-panjang
Underlying Asset Diperlukan
Tidak diperlukan Pihak yang Terkait
Obligor, SPV, investor, trustee
Obligorissuer, investor Price
Market price Market price
Investor Islami, konvensional
Konvensional Pembayaran Pokok
Bullet atau amortisasi
Bullet atau amortisasi
Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia mempunyai
pasar yang sangat besar bagi perkembangan pasar modal syariah khususnya
9
Nur Kholis, Sukuk: nstrumen yang alal dan Menjanjikan , La Riba: Jurnal
Ekonomi Islam, Volume IV No. 20 Desember 2010, h.147.
10
Nila Dewi, Mengurai Masalah Pengembangan Sukuk Korporasi Indonesia Menggunakan Analytic Network Process , Tazkia: Islamic Finance Business Review, Vol. 6
No. 20 Desember 2011, h.142.
sukuk. Sehingga apabila perusahaan menerbitkan sukuk maka perusahaan memiliki potensi pasar yang lebih luas karena mempunyai peluang mendapatkan
investor muslim maupun konvensional. Dengan banyaknya jumlah sukuk yang diterbitkan perusahaan maka perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan
memperluas usahanya yang berimbas pada peningkatan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat
dan pasar industri keuangan syariah akan semakin besar karena efek dari peningkatan penerbitan sukuk.
Namun pertumbuhan sukuk korporasi masih lambat bila dibandingkan dengan obligasi, sukuk berharga syariah negara SBSN, dan surat utang negara
SUN.
Tabel 1.2. Jumlah Nilai Emisi Sukuk Korporasi, SBSN outstanding,
dan Obligasi Konvensional Bulan Januari-Desember 2014
Bulan Sukuk Korporasi
Obligasi Korporasi SBSN
SUN Total
Nilai Rp Milyar
Total Jumlah
Emiten Total
Nilai Rp milyar
Total Jumlah
Emiten Total
Nilai Rp milyar
Total Nilai Rp
milyar Januari
11,994.4 64
385,569 222
117,669 942,023
Februari 11,994.4
64 388,319
223 111,687
966,273 Maret
11,994.4 64
393,501 224
132,297 975,977
April 11,994.4
64 393,941
224 134,437
990,877 Mei
11,994.4 64
395,891 225
135,787 1,013,992
Juni 12,294.4
65 402,602
227 136,862
1,032,692 Juli
12,294.4 65
410,212 228
138,267 1,050,842
Agustus 12,294.4
65 410,212
228 138,816
1,072,342 September
12,294.4 65
412,812 229
144,641 1,092,342
Oktober 12,594.4
66 421,724
229 144,706
1,107,289 November
12,727.4 68
425,860 230
144,426 1,112,059
Desember 12,917.4
71 429,660
231 143,901
1,101,648 Sumber: Statistik Keuangan Ekonomi Indonesia, Statistik Pasar Modal Syariah dan
Statistik Pasar Modal 2014, diolah.
Berdasarkan tabel diatas, terlihat dalam kurun waktu 2014 hanya tiga kali pertambahan jumlah nilai emisi sukuk korporasi yakni pada bulan Juni, Oktober
dan November. Sedangkan bila dibandingkan dengan obligasi korporasi, SBSN dan SUN, jumlah nilai emisinya mengalami pertumbuhan di tiap bulannya. Hanya
pada SBSN terjadi penurunan jumlah nilai emisi pada bulan Februari dan November. Namun secara keseluruhan pertumbuhan obligasi korporasi, SBSN
dan SUN jauh lebih baik bila dibandingkan dengan sukuk korporasi yang pertumbuhannya lamban.
Tabel 1.3. Perbandingan Jumlah Nilai Emisi Sukuk Korporasi Bulan November Tahun 2012, 2013 dan 2014
Tahun Jumlah Nilai Emisi
Pertumbuhan 2012-November
9,590.4 21
2013-November 11,415.4
19 2014-November
12,727.4 11
Sumber: Statistik Pasar Modal Syariah OJK, diolah.
Bila membandingkan data nilai emisi sukuk korporasi bulan November tahun 2012, 2013 dan 2014 terlihat bahwa jumlah nilai emisi sukuk terus
bertambah. Namun pertumbuhannya cenderung melambat. Terlihat pada bulan 2012 jumlah nilai emisi sukuk korporasi tumbuh sebesar 21. Tahun 2013
jumlah nilai emisi sukuk 11,415.4 tumbuh sebesar 19 dan pada tahun 2014 jumlah nilai emisi sukuk 12,727.4 tumbuh sebesar 11.
Anggota Dewan Syariah Nasional dan Praktisi Ekonomi Syariah Gunawan Yasni mengakui bahwa sukuk korporasi memang stagnan. Berbeda dengan sukuk
negara yang tumbuh cukup baik bahkan lebih baik dari Malaysia.
11
Besarnya minat pelaku pasar terhadap SBSN ditandai semakin meningkatnya transaksi
SBSN di pasar sekunder. Selama tahun 2013, total volume transaksi SBSN adalah sebesar Rp 148,4 triliun meningkat sebesar 98,4 triliun. Demikian pula, frekuensi
transaksi SBSN pada tahun 2013 meningkat menjadi 19.661 kali atau terjadi peningkatan sebesar 15,31 dari tahun sebelumnya yang sebanyak 17.050 kali.
12
Kegiatan investasi yang merupakan bagian dari kegiatan perekonomian memerlukan iklim yang kondusif. Iklim investasi kondusif cenderung dikaitkan
dengan perbaikan kondisi makroekonomi dalam negeri.
13
Sehingga apabila kondisi makroekonomi baik maka akan berdampak pada kegiatan investasi
menjadi positif. Menurut Ritonga, sukukobligasi perusahaan lebih rentan terhadap perekonomian dan dalam hal bayar terhadap imbal hasil dan
utangpembiayaan pokok perusahaan daripada obligasi pemerintah.
14
Sehingga untuk menciptakan kondisi investasi sukuk korporasi yang baik perlu diperhatikan
kondisi perekonomian terutama kondisi makroekonomi dalam negeri. Jumlah uang beredar merupakan salah satu indikator moneter yang
digunakan oleh pemerintah untuk mencapai sasaran kebijakan ekonomi makro. Penambahan jumlah uang beredar di pasar akan meningkatkan konsumsi barang-
barang dan jasa-jasa, karena hasrat masyarakat menukarkan uangnya ke dalam
11
Fuji Pratiwi, ni Penyebab Sukuk Korporasi Kurang Diminati , Republika.co.id, artikel diakses pada 12 November 2014, 16:52 WIB.
12
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2013.
13
Muhammad Syafii Antonio et all , Volatilitas Pasar Modal Syariah dan ndikator
Makro Ekonomi; Studi Banding Malaysia dan ndonesia , Tazkia: Jurnal Liquidity, Vol. 2 No. 1
Januari-Juni 2013, h.2.
14
Habibullah Ritonga, Pengaruh Tingkat Inflasi, Rating, Yield, Tenor, Size dan Tingkat Bagi Hasil Deposito Terhadap Permintaan Sukuk Korporasi Pada Pasar Modal
Syariah Skripsi S1 FS, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013, h.7.
bentuk lain yang memberi nilai tambah, seperti barang dan jasa, akan meningkat. Kecenderungan demikian akan mempengaruhi sektor riil berupa peningkatan
produksi perusahaan untuk memenuhi peningkatan konsumsi.
15
Sukuk yang merupakan salah satu instrumen pendanaan perusahaan dapat diterbitkan untuk
meningkatkan produksi atau memperluas usahanya. Inflasi merupakan masalah yang tidak dapat dihilangkan namun bisa
dikendalikan. Inflasi yang stabil merupakan prasyarat demi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
16
Inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan berdampak buruk bagi perekonomian, salah satunya kegiatan investasi.
Kurs merupakan nilai tukar yang mempengaruhi kegiatan perekonomian. Dimana bila nilai tukar tidak stabil dan melonjak naik akan mempengaruhi harga
barang domestik dan barang impor. Harga barang yang tinggi akan meningkatkan biaya produksi sehingga akan mengganggu kegiatan investasi dan perekonomian
negara. BI rate merupakan salah satu instrumen dalam kebijakan moneter yang
bertujuan mempengaruhi perekonomian dalam negeri. BI rate akan mempengaruhi perkembangan suku bunga pasar. Dimana bila suku bunga naik
akan meningkatkan keinginan investor untuk menaruh dananya pada bank, sebaliknya bila suku bunga rendah investor akan lebih tertarik membeli sekuritas-
sekuritas pasar modal dibandingkan menaruh dananya pada bank. Deposito Mudharabah merupakan salah satu instrumen investasi pada bank
syariah dengan keuntungan bagi hasil berdasarkan nisbah yang disepakati.
15
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Jakarta: Rajawali Pres, 2010, h.281.
16
Diadaptasi dari www.bi.go.id
pada 19 Oktober 2015.
Deposito mudharabah merupakan penempatan dana yang cukup menarik bagi masyarakat muslim, selain dikarenakan berlandaskan syariah, deposito
mudharabah lebih aman dikarenakan ketersediaan dananya yang mudah
diprediksi dan nisbah bagi hasil yang pada umumnya lebih tinggi dibandingkan tabungan mudharabah.
17
Sehingga apabila nisbah pada deposito mudharabah lebih tinggi dibandingkan bunga atau bagi hasil pada sekuritas pasar modal, maka
masyarakat akan lebih tertarik menaruh dananya pada deposito mudharabah. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya maka penulis
tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh faktor makroekonomi yaitu jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah, BI rate dan bagi hasil deposito mudharabah
terhadap pertumbuhan sukuk korporasi di Indonesia.