Gambar 2.3. Kurva MEI
i
I
Bila tingkat bunga berubah dari turun menjadi
, maka investasi bertambah dari
menjadi . Begitupun sebaliknya, bila tingkat bunga naik maka
investasi akan berkurang. 4. Faktor Yang Menentukan Terjadinya Investasi
Faktor yang menentukan terjadinya investasi dalam suatu negara tidak hanya dipengaruhi oleh besar pendapatan nasional saja, tapi lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor di luar pendapatan nasional antara lain:
21
1 Perkembangan tingkat bunga. Bila tingkat bunga i naik, akan menurunkan investasi I. Sebaliknya bila tingkat bunga turun akan menaikkan investasi.
Kondisi ini terjadi karena investasi selalu bertujuan untuk mencari keuntungan dimasa depan.
2 Perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya dalam berproduksi. Turunnya biaya produksi
mendorong keinginan untuk memperluas usaha dan melakukan investasi. 3 Ekspektasi kegiatan ekonomi masa depan. Perkiraan atau ramalan keadaan
perekonomian masa depan suatu negara akan sangat menentukan kondisi
21
Asfia Murni, Ekonomika Makro, h.65. MEI
investasi saat ini. Disamping perkiraan ekonomi, kondisi perkembangan politik yang terjadi di suatu negara juga sangat mempengaruhi
perkembangan investasi yang terjadi. 5. Risiko dalam Investasi
Dalam Konteks Portofolio, risiko dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Risiko Sistematis Systematic Risk
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-
faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya perubahan tingkat bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, dan
sebagainya. Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko ini juga disebut risiko yang tidak dapat
diversifikasi undiversifiable risk.
22
Hanya risiko yang tidak bisa hilang dengan diversifikasilah yang menjadi relevan dalam perhitungan risiko. Risiko
ini berlaku pula pada sukuk korporasi, sukuk yang merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal syariah juga tidak dapat menghindari risiko
sistemik ini yaitu risiko faktor makro. Oleh karena itu faktor makroekonomi akan mempengaruhi sukuk korporasi.
b. Risiko Tidak Sistematis Unsystematic Risk Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan melalui
diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan
22
Abdul Halim, Analisis Investasi, h.43-44
.
saham lainnya. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya
faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan sebagainya.
C. Teori Portofolio dari Permintaan Uang
Teori permintaan uang yang menekankan peran uang sebagai penyimpan nilai disebut teori portofolio portfolio theories. Menurut teori ini, orang-orang
memegang uang sebagai bagian dari portofolio aset mereka. Pada intinya, uang memberikan kombinasi risiko dan pengembalian yang berbeda dibandingkan aset
lain. Uang juga memberikan pengembalian nominal yang aman, sedangkan harga saham dan obligasi bisa naik dan turun. Jadi, beberapa ekonom
menyarankan rumah tangga untuk memegang uang sebagai bagian dari portofolio optimal mereka.
23
Teori portofolio memprediksi bahwa permintaan uang seharusnya bergantung pada risiko dan pengembalian yang diberikan oleh uang dan oleh
berbagai aset selain uang yang bisa dimiliki rumah tangga. Selain itu, permintaan uang seharusnya juga bergantung pada kekayaan total, karena kekayaan mengukur
besarnya portofolio yang dialokasikan di antara uang dan aset alternatif. Sebagai contoh, kita bisa menulis fungsi permintaan uang sebagai
= L ,
, , W,
dimana adalah pengembalian riil yang diharapkan atas saham,
adalah pengembalian obligasi riil yang diharapkan,
adalah tingkat inflasi yang
23
N. Gregory Mankiw, Macroeconomics Jakarta: Erlangga, 2003, h.482-483.
diharapkan, dan W adalah kekayaan riil. Kenaikan dalam atau
menurunkan permintaan uang, karena aset lain menjadi lebih menarik. Kenaikan dalam
juga menurunkan permintaan uang, karena uang menjadi kurang menarik. Kenaikan
dalam W meningkatkan permintaan uang, karena kekayaan yang lebih tinggi berarti portofolio yang lebih besar.
24
Teori portofolio merupakan teori permintaan uang yang lebih masuk akal jika kita mengadopsi ukuran uang yang lebih luas. Ukuran uang yang lebih luas
mencakup berbagai aset yang mendominasi mata uang dan rekening cek. M2, misalnya, meliputi rekening tabungan dan reksadana pasar uang. Ketika mengkaji
mengapa orang memegang aset dalam bentuk M2, bukan obligasi atau saham, pertimbangan risiko dan pengembalian portofolio mungkin menjadi alasan utama.
Jadi, meskipun mungkin tidak masuk akal ketika diterapkan pada M1, pendekatan portofolio terhadap permintaan uang merupakan teori yang baik untuk
menjelaskan permintaan terhadap M2 dan M3.
25
D. Jumlah Uang Beredar
Uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di dalam perekonomian, yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam
bank-bank umum. Pengertian uang beredar atau money supply perlu dibedakan menjadi dua
pengertian, yaitu pengertian yang terbatas dan pengertian yang luas. Dalam pengertian yang terbatas uang beredar adalah mata uang dalam peredaran
24
Tandelin 2001 dalam Novie llya Sasanti, Analisis Pengaruh Variabel-variabel
MakroEkonomi terhadap Pertumbuhan Obligasi Pemerintah di ndonesia, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, 2008, h.13.
25
N. Gregory Mankiw, Macroeconomics, h.483.
ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan-perseorangan, perusahaan-perusahaan, dan badan-badan pemerintah. Dalam pengertian yang
luas uang beredar meliputi: i mata uang dalam peredaran. ii uang giral dan iii uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening
tabungan valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar menurut pengertian yang luas dinamakan sebagai likuiditas perekonomian atau M2, sedangkan
pengertian yang sempit uang beredar disebut M1.
26
Dalam efek substitusi atau substitution effect, semakin banyak uang yang diterima seseorang, akan semakin besar hasrat orang tersebut untuk menukarkan
uangnya dengan barang dan jasa yang dapat memberi nilai tambah kegunaan yang lebih besar. Dalam skala yang luas, dalil ini juga berlaku di pasar. Penambahan
jumlah uang beredar di pasar, akan meningkatkan hasrat masyarakat menukarkan uangnya ke dalam bentuk lain yang memberi nilai tambah, seperti barang dan
jasa. Kecenderungan demikian akan mempengaruhi sektor riil, berupa peningkatan produksi dan kegiatan investasi yang semakin meluas.
27
Sukuk merupakan salah satu instrumen investasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat
dalam menggunakan likuiditas uangnya, sehingga dengan meningkatnya jumlah uang beredar maka akan meningkatkan investasi sukuk.
26
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Jakarta: Rajawali Pres, 2010, h.281.
27
Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 6.
E. Inflasi
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Laju inflasi merupakan
tingkat perubahan secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya per bulan, per triwulan atau per tahun.
28
Terdapat tiga indikator untuk menghitung laju inflasi yaitu: a. Indeks harga konsumen consumers price index, Indeks harga konsumen
mengukur biaya sekelompok barang dan jasa di pasar. b. Indeks harga produsen atau perdagangan besar wholesale price index,
Indeks harga produsen mengukur harga pada tingkat produsen atau pedagang besar.
c. Indeks harga implisit GNP deflator, Indeks harga ini merupakan perubahan harga atau nilai dari seluruh komponen GNP yang terdiri dari konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto.
29
Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian uncertainty bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukan
bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi dan produksi yang pada akhirnya akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi.
30
Sehingga ketidakstabilan inflasi akan mengganggu pertumbuhan ekonomi dan mengganggu kegiatan investasi
khususnya.
28
Asfia Murni, Ekonomika Makro, h.203
29
Asfia Murni, Ekonomika Makro, h.39
30
Diadaptasi dari www.bi.go.id
pada 18 Agustus 2015.