Respon Sukuk Korporasi Terhadap Variabel Makro Ekonomi Analisis

terjadi masih dalam kondisi ringan yakni dibawah 10 persen. Inflasi yang ringan mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Habibulloh Ritonga dimana didalam penelitiannya didapati bahwa inflasi tidak berpengaruh negatif melainkan positif walaupun tidak signifikan mempengaruhi permintaan sukuk korporasi. 3 Dan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Maftuh mengenai sukuk ritel SR 003, dimana dalam penelitiannya disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan sukuk ritel SR 003. 4 Hal ini dikarenakan inflasi yang terjadi dalam kondisi yang ringan. Inflasi biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat. Grafik 4.4. Respon sukuk korporasi LNSUKUK terhadap guncangan nilai tukar LNKURS Grafik 4.4 diatas memperlihatkan respon pertumbuhan sukuk korporasi terhadap guncangan nilai tukar. Dimana pada awal periode guncangan yang 3 abibulloh Ritonga, Pengaruh Tingkat nflasi, Rating, Yield, Tenor, Size, dan Tingkat Bagi Hasil Deposito Terhadap Permintaan Sukuk Korporasi Pada Pasar Modal Syariah, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan ukum UN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013, h.80. 4 Muhammad Maftuh, Pengaruh arga Sukuk Negara Ritel, Tingkat nflasi, B rate, dan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Terhadap Tingkat Permintaan Sukuk Ritel SR , Skripsi S1 Fakultas Syariah dan ukum UN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1 , h.7 . -.010 -.008 -.006 -.004 -.002 .000 .002 .004 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of LNSUKUK to Cholesky One S.D. LNKURS Innovation terjadi pada nilai tukar direspon positif oleh sukuk korporasi, namun mulai dari periode ke 3 guncangan nilai tukar mulai direspon negatif dan menurun sampai periode 25. Respon pertumbuhan sukuk korporasi terhadap guncangan nilai tukar stabil pada periode 26. Dari uji diatas dapat disimpulkan bahwa respon pertumbuhan sukuk korporasi terhadap guncangan nilai tukar ialah negatif. Hal ini sejalan dengan teori dimana apabila terjadi guncangan nilai tukar dimana nilai tukar melonjak naik dan tidak stabil dapat meningkatkan risiko dunia usaha, terutama bagi pengusaha yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor. Nilai tukar mempengaruhi harga-harga barang dan jasa, dimana bila nilai tukar melonjak naik maka harga-harga pun naik sehingga biaya produksi pun akan naik. Hal tersebut juga berlaku pada sukuk korporasi, dimana nilai tukar yang tinggi dan tidak menentu akan meningkatkan risiko dan menghambat proyekkegiatan investasi emiten yang menerbitkan sukuk, terutama bagi emiten yang menggunakan produk impor. Dimana nilai tukar yang melonjak naik akan meningkatkan harga barang dan biaya produksi, sehingga menghambat kegiatan investasi emiten dan memberatkan emiten dalam membayar imbalan kepada pemegang sukuk. Grafik 4.5. Respon sukuk korporasi LNSUKUK terhadap guncangan BI rate RBI Grafik 4.5 memperlihatkan respon sukuk korporasi apabila terjadi guncangan pada BI rate. Respon sukuk korporasi terhadap guncangan BI rate ialah positif, dimana mulai dari periode awal sampai periode ke 4 respon sukuk korporasi menanjak naik dan mulai turun pada periode ke 5 sampai akhirnya stabil pada periode 31. Dapat kita lihat dari hasil uji IRF mengenai respon sukuk korporasi terhadap guncangan BI rate tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya kenaikan tingkat suku bunga akan menurunkan investasi, sedangkan sukuk korporasi tidak merespon negatif guncangan pada BI rate. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kenaikan tingkat suku bunga BI membuat suku bunga pada perbankan naik, baik suku bunga simpanan maupun suku bunga kredit. Walaupun dana kredit perbankan tersedia, beban bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan tinggi, sehingga perusahaan cenderung mencari alternatif pendanaan yang lebih murah. 5 5 Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h.53. .000 .001 .002 .003 .004 .005 .006 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of LNSUKUK to Cholesky One S.D. RBI Innovation Pendanaan yang lebih murah untuk perusahaan dapat dihimpun melalui pasar modal. Sukuk yang merupakan instrumen pendanaan untuk perusahaan dapat diterbitkan. Grafik 4.6. Respon sukuk korporasi LNSUKUK terhadap guncangan bagi hasil deposito mudharabah DPST Grafik 4.6 diatas memperlihatkan respon sukuk korporasi apabila terjadi guncangan pada bagi hasil deposito mudharabah. Sukuk korporasi merespon negatif guncangan yang terjadi pada bagi hasil deposito mudharabah dimana dari awal periode sampai periode ke 23 respon sukuk korporasi terus menurun dan stabil pada periode ke 24. Dari hasil uji IRF terlihat bahwa gucangan pada bagi hasil deposito mudharabah direspon negatif dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada. Kenaikan nisbah bagi hasil deposito mudharabah yang cukup kompetitif akan membuat masyarakat tertarik untuk menginvestasikan dananya pada deposito mudharabah , hal ini akan menurunkan keinginan masyakarat untuk menempatkan dananya pada sukuk. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Agus mengenai permintaan sukuk ritel-1, dimana dari hasil -.012 -.010 -.008 -.006 -.004 -.002 .000 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of LNSUKUK to Cholesky One S.D. DPST Innovation penelitiannya didapatkan bahwa bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh signifikan terhadap permintaan sukuk ritel-1, bahkan pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan instrumen investasi konvensional. 6

H. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Sukuk

Korporasi Analisis Variance Decomposition Dalam melihat pengaruh variabel makroekonomi terhadap pertumbuhan sukuk korporasi dapat menggunakan Analisis VD. Analisis ini digunakan untuk memprediksikan seberapa besar kontribusi varians setiap variabel berpengaruh terhadap variabel lainnya pada saat ini dan periode kedepannya. Berikut hasil analisis Variance Decomposition untuk melihat pengaruh variabel makroekonomi yaitu jumlah uang beredar, inflasi, nilai tukar, BI rate dan bagi hasil deposito mudharabah terhadap pertumbuhan sukuk korporasi. Tabel 4.13. Hasil Analisis Variance Desomposition VD Periode LNSUKUK LNM2 IHK LNKURS RBI DPST 1 100 5 93.06498 0.028749 0.455423 0.953558 1.584418 3.912869 10 86.55076 0.127032 0.432379 3.936068 1.040176 7.913586 15 83.20533 0.192104 0.494085 5.748254 0.725697 9.63453 20 81.41988 0.227806 0.529926 6.734314 0.561834 10.52624 25 80.33961 0.249443 0.551807 7.332364 0.463185 11.06359 30 79.61943 0.263873 0.566428 7.731213 0.397472 11.42159 35 79.10549 0.274171 0.576866 8.015859 0.350583 11.67704 40 78.72034 0.281888 0.584688 8.22917 0.315445 11.86846 45 78.42098 0.287887 0.590768 8.394971 0.288134 12.01726 50 78.18162 0.292683 0.595629 8.527544 0.266296 12.13623 6 Mohammad Agus Khairul W afa, Analisa Faktor–faktor yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan Sukuk Ritel-1Periode Maret 2009- Juni 1 , La_Riba Volume IV, no.2 Desember 2010: h.175. Tabel 4.7 diatas menjelaskan hasil uji VD dimana pada periode pertama pertumbuhan sukuk korporasi dipengaruhi oleh sukuk korporasi itu sendiri. Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain mulai mempengaruhi pertumbuhan sukuk korporasi walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh sukuk korporasi itu sendiri. Bagi hasil deposito mudharabah memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel sukuk korporasi, dimana pada awal periode pengaruhnya sebesar 3.9 persen dan terus meningkat sampai pada akhir periode pengaruhnya sebesar 12.13 persen terhadap pertumbuhan sukuk korporasi. Hal ini menunjukkan seiring berjalannya waktu, nisbah bagi hasil yang diberikan deposito mudharabah semakin kompetitif, sehingga pengaruhnya terhadap keputusan masyarakat untuk menempatkan dananya pada deposito mudharabah semakin besar. Sukuk korporasi perlu memberikan imbalan yang cukup kompetitif sehingga masyarakat tertarik untuk berinvestasi dengan sukuk korporasi. Pada awal periode BI rate memberikan pengaruh terbesar ketiga sebesar 1.5 persen setelah bagi hasil deposito mudharabah, namun seiring bertambahnya periode pengaruh BI rate terhadap pertumbuhan sukuk korporasi semakin berkurang sehingga pada akhir periode variabel BI rate memberikan kontribusi yang paling kecil dibandingkan semua variabel makroekonomi lainnya yakni hanya sebesar 0.26 persen. Hal ini sesuai dengan pendapat Aulia Pohan, dimana dengan makin mengglobalnya perekonomian dunia penetapan suku bunga semakin hari semakin tidak efektif. 7 Nilai tukar pada periode awal berada diurutan ke 4 pengaruhnya terhadap pertumbuhan sukuk korporasi. Namun seiring bertambahnya periode, nilai tukar semakin meningkat pengaruhnya terhadap pertumbuhan sukuk korporasi sehingga pada periode akhir nilai tukar memberikan pengaruh sebesar 8.52 persen dan berada diurutan ke 3 besar pengaruhnya setelah bagi hasil deposito mudharabah. Resiko perubahan nilai tukar tidak dapat dihilangkan karena merupakan efek dari hubungan kegiatan ekonomi suatu negara dengan negara lainnya. Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang dan devisa bebas. Dimana menurut Aulia Pohan, semakin terbuka perekonomian suatu negara yang disertai dengan sistem nilai tukar mengambang dan sistem devisa bebas, maka semakin besar pengaruh nilai tukar dan aliran dana luar negeri terhadap perekonomian dalam negeri. 8 Hal ini dapat dilihat dari semakin berpengaruhnya nilai tukar rupiah terhadap pertumbuhan sukuk korporasi seiring bertambahnya periode. Inflasi dan jumlah uang beredar juga meningkat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan sukuk korporasi walaupun tidak sebesar bagi hasil deposito mudharabah dan nilai tukar. Inflasi dan jumlah uang beredar masing-masing hanya memberikan pengaruh sebesar 0.59 persen dan 0.29 persen pada periode akhir. Sebagaimana dalam pembahasan uji IRF, inflasi yang terjadi dalam periode penelitian merupakan inflasi ringan sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar dalam mempengaruhi pertumbuhan sukuk korporasi. Sedangkan jumlah uang 7 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter Implementasinya di Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo, 2008, h.48. 8 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter Implementasinya di Indonesia, h.24. beredar terlihat tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan sukuk korporasi melihat kontribusi pengaruhnya terhadap sukuk korporasi hanya 0.29 persen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Khairul Fadli mengenai SBSN, dimana dari hasil penelitiannya diketahui jumlah uang beredar tidak signifikan mempengaruhi volume transaksi SBSN baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 9 Dari hasil uji VD terlihat bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan sukuk korporasi ialah sukuk korporasi itu sendiri. Sedangkandiantara variabel-variabel makroekonomi terlihat bahwa bagi hasil deposito mudharabah memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel makroekonomi lainnya, diikuti oleh nilai tukar rupiah, inflasi, jumlah uang beredar dan terakhir BI rate. 9 Khairul Fadli, Analisis Pengaruh Faktor MakroEkonomi Terhadap Volume Transaksi Surat Berharga Syariah Negara Periode 2010- 1 , Skripsi S1 Syariah dan Hukum UIN, Jakarta, 2014, h.88.