Teori –Teori Belajar Aplikasi Teori Belajar Dalam Pendidikan

30 atau sebagai kemampuan hasil perbaikanpeningkatan dari kemampuan sebelumnya. d. Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya atau dengan latihan melatih, menirukan. Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya: 1. Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajarmempelajari sesuatu. 2. Suatu perangsang atau isyarat tertentu sebagai signaltanda atau bahan atau materi yang akan dipelajari. 3. Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis. 4. Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai. 41 Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa ciri- ciri dari kegiatan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial bagi setiap individu baik dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik.

5. Teori –Teori Belajar

Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli yang bersifat teoritis itu biasanya berisi “konsep” pengertiandefinisi dan “prinsip” aplikasi konsepcara-cara pelaksanaan konsep tersebut. Teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi itu dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu: teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt.

6. Macam-Macam Teori Belajar

41 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet.2.h…56-58. 31

a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini jiwa manusia itu terdiri dari berbagai daya dimana masing-masing daya itu mempunyai fungsinya sendiri. Daya jiwa tersebut adalah: daya ingatan, daya berpikir, daya fantasi dan lain-lain sebagainya. Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasahmelatih daya-daya itu agar berfungsi secara tajam. Sebab menurut pendapat teori ini, apabila fungsi daya itu sudah tajam, maka daya jiwa itu dapat digunakan untuk apa saja dalam hidup ini. Dengan demikian tujuan belajar menurut teori Ilmu Jiwa daya ini bukan untuk menguasai materi pengetahuan yang diajarkan tetapi untuk membentuk kemampuan daya jiwa agar dapat berfungsi secara tajam, atau disebut dengan tujuan pembentukan formil.

b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Assosiasi

Ilmu jiwa assosiasi berpendirian bahwa keseluruhan itu merupakan perjumlahan dari bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Teori-teori belajar berdasarkan ilmu jiwa ini tampaknya lebih menekankan kepada segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon Menurut teori Ilmu Jiwa Assosiasi, belajar itu diartikan dengan memperkuat hubungan stimulus dengan respon; atau teori ini digambarkan dengan rumus: S – R = Bond. Dalam aliran ini dikenal dua macam teori yaitu: Teori Connectionisme Thordike dan teori Conditioning. Dan teori conditioning ada tiga macam, yakni: Teori Classical Conditioning dari Pavlov; Teori Operant Conditioning dari Skinner dan Teori Conditioning dari Guthrie. 1. Teori Connectionisme Menurut teori ini, belajar adalah penguatan hubungan stimulus S dengan respon R. Untuk memperkuat hubungan stimulus-respon, Throndike mengemukakan beberapa hokum atau ketentuan; yaitu: 32 a. Law of Effect Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila disertai dengan perasaan senang atau puas. b. Law Exercise atau Law of Use and Dissue Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila sering digunakan dan akan berkurang erat atau lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu untuk memperkuat hubungan stimulus-respon harus dilakukan banyak latihan ulangan, dan pembiasaan. c. Law of Multiple Respon Dalam menghadapi sesuatu yang problematis dimana belum jelas diketahui respon yang tepat maka individu akan mengadakan “Trial and Error”, yaitu mengadakan bermacam-macam percobaan yang tidak berhasil tetapi lama kelamaan akhirnya mungkin dapat memberikan hasil baik. d. Law of Assimilation atau Law of Analogy Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon terhadap situasi yang baru dengan menyesuaikan menganalogikannya dengan apa yang sudah dialamidiketahui. e. Law of Readines Hubungan stimulus dengan respon akan bertambah kuat apabila didukung oleh adanya kesiapan untuk betindak atau bereaksi sehingga respon atau reaksinya semakin mantap. 42 2. Teori Conditioning a. Teori Conditioning Pavlop dan Watson Classical Conditioning Pavlop menegaskan bahwa belajar pada manusia secara umum ditafsirkan sebagai perolehan ide, persepsi, relasi logika, dan seterusnya, yang kesemuanya sangat mentalistik dan tidak ilmiah. Pavlop mengembangkan konsep refleks agar tidak hanya mencakup respon yang tidak dipelajari dan ditentukan secara genetik 42 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet.2.h…62-65. 33 tetapi juga reaksi yang dipelajari. Dengan demikian, belajar menurut Pavlop dan Watson adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan-hubungan antara stimulus dan respon. b. Teori Conditioning dari Skinner Operant Conditioning Teori pengkondisian peran ini digagas dan dikembangkan oleh B.F. Skinner 1904-1906. Dalam bukunya yang berjudul About Behaviorism, yang diterbitkan pada tahun 1974, ia mengemukakan bahwa tingkah laku dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Teori B.F. Skinner mirip dengan teori trial and error learning dari Thorndike. Menurut B.F. Skinner tingakah laku belajar selalu melibatkan penguatan, sedangakan menurut Thorndike selalu melibatkan kepuasan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teori S-R Bond maupun dalam teori Operant Conditioniong langsung atau tidak, mengakui law of effect. 43 c. Teori conditioning dari Guthrie Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon- respon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu merupakan stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaianrentetan unit tingkah laku yang terus menerus. Jadi proses terbentuknya rentetanrangkaian tingkah laku tersebut menurut Guthrie terjadi dengan conditioning melalui proses assosiasi, dank arena sering diulang-ulang berkali-kali maka assosiasi antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar untuk pembentukan tingkah laku seperti ini oleh Guthrie disebut “law of association”.

c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini sering disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau Insight Full Learning. 43 Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, cet.1.h..67-69. 34 Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu lebih penting dari bagian- bagianunsur-unsur. Dan bahwa manusia itu adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Oleh karena itu menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt belajar itu bukan hanya sekedar proses assosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atau conditioning dengan melalui latihan-latihan atau ulangan- ulangan, akan tetapi menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman insight.

7. Aplikasi Teori Belajar Dalam Pendidikan

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sengaja didirikan oleh pemerintah atau masyarakat untuk mempersiapkan anggota masyarakat atau warga Negara yang sesuai dengan tujuan masyarakat atau negara. Jadi sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajar anak didik sebagai calon anggota masyarakatwarga Negara yang berkualitas yang memiliki bekal kemampuan, pengetahuan dan sikap yang memadai yang diperlukan oleh masyarakat dan Negara. Oleh karena itu maka sebaiknya ketiga jenis teori belajar tersebut dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa agar tujuan pendidikan sekolah tercapai dengan baik. Yaitu, teori belajar Ilmu Jiwa Daya digunakan untuk membentuk kemampuan berpikir, mengingat dan sebagainya, teori belajar Ilmu Jiwa Asossiasi dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan, menanamkan sikap dan keterampilan, sedangakan teori Ilmu JIwa Gestalt digunakan untuk pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah. 44 Dari teori belajar yang disebutkan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa teori belajar adalah cara atau teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Teori belajar menurut jiwa daya meliputi daya ingat, daya berfikir, dan 44 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet.2.h…69-75. 35 daya fantasi. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi lebih menekankan kepada segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon. Sedangkan aplikasi teori belajar dalam pendidikan adalah tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik serta pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

C. KERANGKA BERPIKIR

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan kombinasi berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu. Prestasi belajar adalah merupakan tingkat kemanusian siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Dengan demikian, jika kreativitas guru pendidikan agama Islam berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, maka prestasi belajar siswa akan meningkat.

D. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, untuk menguji penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.