31
a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini jiwa manusia itu terdiri dari berbagai daya dimana masing-masing daya itu mempunyai fungsinya sendiri. Daya jiwa tersebut adalah:
daya ingatan, daya berpikir, daya fantasi dan lain-lain sebagainya. Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasahmelatih daya-daya itu agar
berfungsi secara tajam. Sebab menurut pendapat teori ini, apabila fungsi daya itu sudah tajam, maka daya jiwa itu dapat digunakan untuk apa saja dalam hidup ini.
Dengan demikian tujuan belajar menurut teori Ilmu Jiwa daya ini bukan untuk menguasai materi pengetahuan yang diajarkan tetapi untuk membentuk
kemampuan daya jiwa agar dapat berfungsi secara tajam, atau disebut dengan tujuan pembentukan formil.
b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Assosiasi
Ilmu jiwa assosiasi berpendirian bahwa keseluruhan itu merupakan perjumlahan dari bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Teori-teori belajar
berdasarkan ilmu jiwa ini tampaknya lebih menekankan kepada segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon
Menurut teori Ilmu Jiwa Assosiasi, belajar itu diartikan dengan memperkuat hubungan stimulus dengan respon; atau teori ini digambarkan dengan
rumus: S – R = Bond. Dalam aliran ini dikenal dua macam teori yaitu: Teori Connectionisme Thordike
dan teori Conditioning. Dan teori conditioning ada tiga macam, yakni: Teori Classical Conditioning dari Pavlov; Teori Operant Conditioning dari Skinner dan
Teori Conditioning dari Guthrie. 1. Teori Connectionisme
Menurut teori ini, belajar adalah penguatan hubungan stimulus S dengan respon R.
Untuk memperkuat hubungan stimulus-respon, Throndike mengemukakan beberapa hokum atau ketentuan; yaitu:
32
a. Law of Effect Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila disertai dengan
perasaan senang atau puas. b. Law Exercise atau Law of Use and Dissue
Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila sering digunakan dan akan berkurang erat atau lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh
karena itu untuk memperkuat hubungan stimulus-respon harus dilakukan banyak latihan ulangan, dan pembiasaan.
c. Law of Multiple Respon Dalam menghadapi sesuatu yang problematis dimana belum jelas
diketahui respon yang tepat maka individu akan mengadakan “Trial and Error”, yaitu mengadakan bermacam-macam percobaan yang tidak berhasil tetapi lama
kelamaan akhirnya mungkin dapat memberikan hasil baik.
d. Law of Assimilation atau Law of Analogy Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon terhadap
situasi yang baru dengan menyesuaikan menganalogikannya dengan apa yang sudah dialamidiketahui.
e. Law of Readines Hubungan stimulus dengan respon akan bertambah kuat apabila didukung
oleh adanya kesiapan untuk betindak atau bereaksi sehingga respon atau reaksinya semakin mantap.
42
2. Teori Conditioning a. Teori Conditioning Pavlop dan Watson Classical Conditioning
Pavlop menegaskan bahwa belajar pada manusia secara umum ditafsirkan sebagai perolehan ide, persepsi, relasi logika, dan seterusnya, yang kesemuanya
sangat mentalistik dan tidak ilmiah. Pavlop mengembangkan konsep refleks agar tidak hanya mencakup respon yang tidak dipelajari dan ditentukan secara genetik
42
M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet.2.h…62-65.
33
tetapi juga reaksi yang dipelajari. Dengan demikian, belajar menurut Pavlop dan Watson adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan-hubungan
antara stimulus dan respon. b. Teori Conditioning dari Skinner Operant Conditioning
Teori pengkondisian peran ini digagas dan dikembangkan oleh B.F. Skinner 1904-1906. Dalam bukunya yang berjudul About Behaviorism, yang
diterbitkan pada tahun 1974, ia mengemukakan bahwa tingkah laku dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
Teori B.F. Skinner mirip dengan teori trial and error learning dari Thorndike. Menurut B.F. Skinner tingakah laku belajar selalu melibatkan
penguatan, sedangakan menurut Thorndike selalu melibatkan kepuasan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teori S-R Bond maupun dalam teori Operant
Conditioniong langsung atau tidak, mengakui law of effect.
43
c. Teori conditioning dari Guthrie Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan
rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon- respon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu merupakan stimulus yang
kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaianrentetan unit tingkah laku
yang terus menerus. Jadi proses terbentuknya rentetanrangkaian tingkah laku tersebut menurut
Guthrie terjadi dengan conditioning melalui proses assosiasi, dank arena sering diulang-ulang berkali-kali maka assosiasi antara unit tingkah laku yang satu
dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar untuk pembentukan tingkah laku seperti ini oleh Guthrie disebut “law of association”.
c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt