Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
fungsional unsur-unsur yang diketahui untuk menyelesaikan masalahnya, dan unsur mana yang harus dimisalkan dengan suatu variabel tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS 2011 tentang prestasi belajar matematika dan sains
menunjukan bahwa peringkat Indonesia masih jauh di bawah negara lain, Indonesia berada pada peringkat ke-38 dari 42 negara.
4
Sedangkan dari penilaian yang dilakukan oleh PISA di bidang matematika pada tahun 2009, Indonesia
masih berada pada peringkat 5 terbawah yakni peringkat ke-61 dari 65 negara.
5
Hal tersebut dijadikan acuan masalah karna menurut Sri dan Rumiati 2011: “Silabus yang disusun pada umumnya menyajikan instrumen penilaian hasil
belajar yang substansinya kurang dikaitkan dengan konteks kehidupan yang dihadapi siswa dan kurang memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan proses
berpikir dan berargumentasi. Keadaan itu tidak sejalan dengan karakteristik dari soal-soal pada TIMSS dan PISA yang substansinya kontekstual,
menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam menyelesaikannya.
”
6
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Eka Dwi Tilarsih 2006 menyatakan bahwa kesulitan dalam memahami soal cerita yang paling banyak
disebabkan karena mereka kurang mengetahui atau kurang memahami apa yang ada dalam soal. Kesulitan dalam memahami isi atau maksud soal yaitu kesulitan
dalam menentukan unsur-unsur apa yang diketahui, hubungan antar unsur-unsur tersebut dan menentukan apa yang ditanyakan. Hal itu terlihat dalam presentase
beberapa aspek yang ada yaitu dari aspek ingatan sebesar 7, sedangkan dari aspek pemahaman sebesar 50 dan yang terakhir pada aspek aplikasi sebesar
43.
7
Berdasarkan presentase di atas, penyebab terbesar kesulitan memecahkan masalah soal cerita yaitu ada pada aspek pemahaman. Hal ini dimaksudkan bahwa
4
TIMSS, http:timssandpirls.bc.edudata-release-2011pdfOverview-TIMSS-and-
PIRLS-2011-Achievement.pdf diakses tanggal 29 Januari 2013, 12 : 58
5
Kompasiana, http:edukasi.kompasiana.com20110130indonesia-peringkat-10-besar-
terbawah-dari-65-negara-peserta-pisa diakses tanggal 14 Juli 2012 pkl. 17 : 25
6
Sri Wardhani dan Rumiati, Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS, Kemendiknas Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan PPPPTK Matematika, 2011, h.2
7
Azizah, ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
”, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h.3, Tidak dipublikasikan.
salah satu kesulitan siswa tersebut terletak pada cara mereka membaca dan cenderung tidak paham akan kalimat matematika atau lemahnya kemampuan
membaca secara umum dan kemampuan membaca secara khusus, apalagi matematika adalah ilmu yang bahasanya syarat oleh simbol dan istilah.
Rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa membuat rendahnya hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil observasi
langsung di MTs. DAARUL HIKMAH Pamulang Barat kelas VIII, dari satu kelas yang dijadikan sampel diperoleh nilai rata-rata ulangan matematika siswa pada
pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel adalah sebesar 50.18 dan dengan indikator keberhasilan yang diharapkan peneliti sebesar 70. Sehingga
dapat dikatakan rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut menyebutkan bahwa minat siswa terhadap pelajaran matematika
masih rendah, dan pemahaman siswa terhadap soal cerita matematika juga masih rendah, siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit dan tidak
menyenangkan. Kenyataan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
arti kalimat-kalimat dalam soal cerita. Sebagian besar siswa kurang terampil dalam menyelesaikan soal yang berbentuk soal cerita. Beberapa faktor penyebab
kurang terampilnya siswa dalam menyelesaikan soal yaitu siswa mengalami kesulitan ketika mengkonstruksikan soal ke dalam model matematika dan
menggunakan rumus yang sesuai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, seorang guru dituntut untuk
mengembangkan suatu teori belajar yang dapat diterapkan pada siswa di dalam kelas, salah satunya dengan model pembelajaran cooperative. Pembelajaran
kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan
motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama. Oleh karena itu, diperlukanlah model pembelajaran kooperatif yang dapat membantu
siswa meningkatkan sikap positif diantaranya membangun kepercayaan diri
terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah matematika, dan terjadinya interaksi dalam kelompok yang dapat melatih siswa untuk menerima
siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda. Ada banyak model pembelajaran cooperative dalam pembelajaran matematika yang memenuhi ciri
pembelajaran efektif. Salah satu diantaranya adalah model koperatif tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition yang dapat membantu siswa
untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal cerita. Sehingga dengan model pembelajaran tersebut siswa mampu dan terampil
menyelesaikan masalah dalam soal cerita dengan langkah-langkah yang tepat. CIRC merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif di mana siswa
belajar secara berkelompok dan guru memberikan materi untuk dipahami siswa, kemudian siswa menyusun kembali pemahaman materi yang sudah didiskusikan
dengan kelompoknya kemudian dituangkan dalam kalimat sendiri. Melalui metode ini, suasana belajar yang ditimbulkan akan lebih terasa
menyenangkan karena siswa belajar dan saling bertukar pikiran dengan temannya sendiri. Selain dapat meningkatkan kemampuan siswa secara individu, juga
melatih dalam bekerjasama dalam kelompok yang pada akhirnya memacu
peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penelitian tentang
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa di
Sekolah Menengah Pertama” ini dilakukan dengan maksud: 1 meneliti apakah
model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa. 2 mengetahui bagaimana respon
siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC.