Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Mulai dari masa prenatal hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun psikologis. Perkembangan kehidupan manusia terjadi secara bertahap, dan setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik, tugas- tugas perkembangan serta risiko-risiko yang harus dihadapi. Setiap rentang kehidupan seseorang akan selalu berhadapan dengan tugas-tugas perkembangannya masing-masing dan setiap periode perkembangan dalam kehidupan manusia memiliki peranan yang sangat penting. Havighurst dalam Hurlock, 1999 mengatakan tugas-tugas yang berhasil dilakukan akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kepada arah keberhasilan pada tugas perkembangan selanjutnya. Erickson dalam Bentley, 2007 membagi rentang kehidupan manusia ke dalam delapan tahap perkembangan. Salah satu tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Erickson adalah tahap perkembangan masa dewasa dini. Tahap perkembangan masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun hingga 40 tahun Hurlock, 1999. Salah satu tugas perkembangan dewasa dini menurut Havighurst dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan mencakup untuk memilih pasangan atau memilih teman hidup. Pemilihan pasangan dapat dilakukan invidu dewasa dini melalui pacaran Duvall, 1985. 1 Universitas Sumatera Utara Menurut Biran 2001, pada dasarnya hubungan pacaran merupakan sarana untuk semakin mengenal pasangan, meskipun pada masa pacaran kemungkinan untuk bertemu dengan orang yang lebih menarik tetap terbuka. Individu yang terlibat dalam suatu hubungan percintaan mempunyai harapan agar hubungan tersebut dapat bertahan lama dan terpelihara. Pendapat dari Duvall dan Biran tersebut memberikan batasan bahwa pacaran merupakan aktifitas yang terjadi hanya pada hubungan yang dilakukan oleh dua orang yang memiliki jenis kelamin berbeda saja. Pendapat yang berbeda dinyatakan oleh Savin-Wiliam dan Cohen 1996 bahwa membentuk dan mengembangkan hubungan pacaran sebagai sesuatu hal yang penting bagi dewasa dini, dilakukan oleh semua orang tanpa memandang orientasi seksual mereka. Orientasi seksual merupakan istilah yang mengarah kepada jenis kelamin, dimana seseorang merasakan ketertarikan secara emosional, fisik, seksual dan cinta yang bertahan lama terhadap orang lain tersebut Caroll, 2005 . Orientasi seksual terbagi tiga yaitu heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Heteroseksual merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis kelamin yang berbeda, sementara itu, homoseksual merujuk kepada ketertarikan terhadap jenis kelamin yang sama dan biseksual merujuk kepada ketertarikan kepada kedua jenis kelamin. Heteroseksual disebut juga dengan istilah straight, sedangkan pria homoseksual dikenal denga istilah gay, dan wanita homoseksual disebut dengan lesbian Caroll, 2005 Duvall 1985 menyatakan bahwa perilaku pacaran yang dilakukan oleh dewasa dini yang heteroseksual, memberikan cara bagi seorang dewasa dini untuk Universitas Sumatera Utara berinteraksi dengan pasangan, belajar mengenai pasangan, dan membantu dewasa dini belajar mengenai apa yang disukai, dan diterima oleh pasangan. Masa dewasa dini merupakan waktu yang khusus untuk melakukan pacaran, karena pacaran akan dilakukan lebih sungguh-sungguh dalam hubungannya mencari pasangan hidup dan juga karena pada dewasa dini sudah mencapai kematangan seksual Caroll, 2005 Pacaran tetap akan dilakukan oleh seseorang yang menunda-nunda perkawinan sampai menemukan pasangan hidup, meski sudah memasuki usia 30- 40 tahun. Setelah kehilangan pasangan pun, melalui kematian ataupun perceraian, orang-orang pada umumnya menjalin pacaran kembali dengan tujuan menemukan pasangan. Pacaran adalah sesuatu hal yang diharapkan oleh masyarakat, mengakibatkan dewasa dini melakukan hal yang sama, karena orang lain yang ada disekitar lingkungan melakukan hal yang sama Duvall, 1985. Masyarakat akan menganggap ada yang salah dengan seseorang yang tidak berpacaran. Pada gay dewasa dini, pacaran juga merupakan aktifitas yang tetap dilakukan. Pacaran tidak memandang orientasi seksual seseorang. Savin-William Cohen 1996 menyatakan bahwa pacaran adalah saat dimana suatu hubungan romantis dibangun, dan dialami. Pacaran memberikan beberapa fungsi yang penting seperti hiburan, rekreasi dan sosialisasi, yang akan menggiring seseorang kepada makna dari sebuah hubungan. Isay dalam Savin-William Cohen menyatakan bahwa jatuh cinta merupakan faktor yang penting dalam menolong seseorang gay untuk merasa nyaman dengan identitas dirinya sendiri. Menurut Silverstein, adanya pacaran pada gay akan membantu seorang gay dalam Universitas Sumatera Utara pemilihan identitas diri sebagai seorang gay, dan membuat gay merasa lebih lengkap sebagai seorang gay dalam Savin-Williams Cohen, 1996. Gay yang memiliki pacar akan memiliki harga diri yang lebih tinggi, penerimaan diri yang lebih tinggi, dan akan lebih terbuka kepada lingkungan mengenai identitas diri sebagai seorang gay Savin-Williams Cohen, 1996. Aktifitas pacaran yang dilakukan oleh pasangan gay tidak jauh berbeda dengan pacaran yang dilakukan oleh pasangan straight, yang membedakan hanyalah penerimaan lingkungan terhadap hubungan tersebut Caroll, 2005. Pacaran pada pasangan straight dapat ditunjukkan atau diberitahukan kepada lingkungan tanpa adanya rasa takut dan malu. Berbeda halnya dengan pasangan gay, mereka lebih memilih untuk menyembunyikan hubungan yang mereka jalani terhadap lingkungannya Papalia, 2007. Beberapa lingkungan masyarakat masih menolak keberadaan kaum gay. Di Indonesia, secara formal ada stigma terhadap perilaku homoseksual yang mengharamkan hubungan sesama jenis Oetomo, 2003. Masyarakat Indonesia secara umum masih berpijak pada budaya Timur yang masih sulit menerima keberadaan homoseksual. Kondisi penerimaan lingkungan terhadap hubungan gay menyebabkan hubungan yang dijalani dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Alasan ketakutan ketahuan oleh masyarakat, terutama di tempat kerjasekolahkuliah dan di tempat tinggal menjadi beban pacaran pada gay Oetomo, 2003 Biran 2001 menyatakan bahwa hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus yang diduga sebelumnya. Dalam menjalani suatu hubungan pasti banyak hal-hal yang menjadi faktor penghalang antara keduanya untuk menciptakan Universitas Sumatera Utara hubungan yang harmonis, salah satunya adalah munculnya kecemburuan jealousy dan persaingan Ahrnt, 2001. Kecemburuan paling sering muncul diantara dua orang yang memang sudah terlibat dalam suatu hubungan romantis Hansen dalam Hendrick, 1992 . Kecemburuan sering dilihat sebagai salah satu dari perasaan yang kuat, lazim dan juga menjemukan, yang terdapat di dalam suatu hubungan yang intim Aune Comstok dalam Demirtas, 2006. Kecemburuan juga merupakan masalah yang sering ditekankan dalam penelitian terhadap pernikahan dan terapi-terapinya Buunk, dalam Demirtas, 2006. Dengan kata lain, dalam suatu hubungan, baik itu pacaran maupun dalam pernikahan, kecemburuan merupakan suatu emosi yang sering terjadi. Carol 2005 menyebutkan kecemburuan ini sebagai sisi gelap dari cinta the dark side of love. Sama hal dengan berpacaran, perasaan cemburu tidak hanya dialami oleh kaum straight saja, tetapi kaum gay juga dapat mengalami hal yang sama Buss, 2000. Kecemburuan bukanlah suatu emosi yang sederhana. Pada dasarnya kecemburuan yang timbul adalah merupakan ketakutan akan kehilangan sesuatu atau seseorang dari suatu hubungan yang bermakna terhadap rival atau saingannya Salovey, 1991. Perasaan cemburu dapat bervariasi pada masing-masing individu seperti merasakan takut atau cemas; yang lainnya merasa marah atau kesal. Kecemburuan dapat hadir dalam semua konteks budaya, tetapi apa yang membangkitkan perasaan cemburu itu, berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Orang-orang yang mengalami sedikit kecemburuan dalam hubungan mereka ditemukan merasa lebih aman, dan keamanan dalam hubungan ini cenderung meningkat seiring dengan perkembangan hubungan pasangan, Universitas Sumatera Utara sehingga semakin lama suatu hungan terjalin, maka kecenderungan untuk merasa cemburu akan semakin menurun Knox, dalam Caroll, 2005 Salovey 1991 menyatakan bahwa kecemburuan sebenarnya memiliki konstribusi positif yang cukup penting dalam suatu hubungan. Sebagai contoh kecemburuan ditemukan berhubungan dengan rasa cinta yang kuat dan juga dapat meningkatkan komitmen diantara pasangan White, dalam Salovey, 1991. Preifer 2007 kemudian menambahkan bahwa kecemburuan dapat memiliki konsekuensi positif dan negatif terhadap suatu hubungan, tergantung kepada frekuensi kecemburuan yang dialami. Jika derajat frekuensi kecemburuan kecil, hal ini dapat meningkatkan kualitas hubungan antar pasangan jika itu dipersepsikan sebagai bentuk perhatian kepada pasangan bahkan dapat meningkatkan ketertarikan kepada pasangan. Sebaliknya, frekuensi yang tinggi atau berlebihan dari kecemburuan dapat mengarahkan individu kepada kecemburuan yang sifatnya merusak. Kecemburuan yang sifatnya merusak ini dapat mengarah kepada berakhirnya suatu hubungan, terjadinya berbagai macam bentuk kekerasan, dan bahkan dapat mengarah kepada pembunuhan, baik itu kepada diri sendiri, pasangan atau saingan Buss, 2000 Kaum gay berbeda dengan kaum straight dalam hal frekuensi hubungan seksual yang mereka jalani. Suatu studi mengatakan bahwa laki-laki gay tujuh kali lebih mungkin melakukan hubungan seksual di luar pasangan mereka, dan studi lainnya menyatakan bahwa ini merupakan temuan yang umum Buss, 2000. Banyak gay yang walaupun sudah menjalin hubungan pacaran, perilaku promiscuous tetap ada pada diri mereka. Promiscuous merupakan keadaan pada Universitas Sumatera Utara seseorang yang akan melakukan hubungan seksual dengan siapa saja tanpa ada pertimbangan. Gay akan melakukan hubungan seksual dengan pria mana saja yang disukai Miracle, 2008. Hal ini berpengaruh kepada kecemburuan pada diri gay tersebut. Salovey 1991 dalam percobaanya menemukan bahwa kelompok laki-laki homoseksual ditemukan memiliki tingkat kecemburuan yang lebih rendah secara seksual dibandingkan dengan kelompok laki-laki heteroseksual. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Buunk Dijkstra, 2001 bahwa semakin banyak seorang gay memiliki pasangan seksual pada masa lalunya, maka semakin rendahlah tingkat kecemburuan seksual yang ada dalam dirinya. Situasi akan berbeda ketika gay tersebut secara seksual permisif, atau tidak menujukkan perilaku promiscuous. Hal ini akan berdampak kepada kecemburuan yang mungkin timbul. Mengingat ada kecenderungan dalam diri gay untuk melakukan perilaku promiscuous, yang mungkin saja terdapat dalam pasangannya, kecemburuan yang ada di dalam diri gay tersebut akan semakin terbangkitkan ketika mereka dihadapkan kepada rival atau saingan mereka dan merasa terancam apabila pasangannya meninggalkan mereka Silverstein, 2003. Atau sebaliknya, para pasangan gay menghilangkan kecemburuan mereka dengan cara sama-sama mengizinkan pasangannya untuk melakukan perilaku seksual dengan pihak lain Buss, 2000. JR seorang gay 25 tahun menjelaskan persetujuan dalam pacaran yang mereka jalin : ”...kami menyadari bahwa kami jarang bertemu karena jarak kami yang cukup jauh. Kami sama-sama mengetahui bahwa suatu saat ketika nafsu memuncak, hal itu terkadang harus dilepaskan. Saya disini, dan dia disana, boleh bebas melakukan hubungan seksual dengan siapa saja daripada harus mati karena curigaan. Yang penting harus ingat selalu menggunakan kondom. Selain itu juga, dalam melakukan hubungan Universitas Sumatera Utara seksual itu jangan sampai hal tersebut membuat kami jatuh cinta dengan selingkuhan kami itu...” Percakapan Personal, 12 Februari 2009, 16:00 WIB Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa untuk menghindari kecurigaan serta kecemburuan yang berlebihan, JR dan pasangannya sama-sama melakukan persetujuan untuk dapat melakukan hubungan seks dengan orang lain selama hal tersebut tidak mengancam hubungan romantis diantara mereka. Keputusan ini tidak diambil secara satu pihak saja, sehingga antara JR dan pasangannya tidak terlalu menujukkan kecemburuan yang tinggi. Buss 2000 menyatakan bahwa kecemburuan pada gay semakin memuncak ketika mereka dihadapkan kepada rival atau saingan mereka. Hal ini dikarenakan karena gay memiliki jumlah yang terbatas dalam pemilihan pasangan. Susahnya untuk menemukan pasangan tersebut berhubungan dengan jumlah gay yang ada jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pria straight yang ada Miracle, 2008. Pendapat tersebut didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu diantaranya Kinsey dalam Caroll, 2005 menemukan 37 dari jumlah pria yang menjadi sampel dalam penelitian tersebut mengaku pernah melakukan hubungan seksual dengan pria lain dalam hidupnya, namun hanya 4 yang benar-benar mengaku gay. Mackay dalam Caroll, 2005 juga menyatakan bahwa antara 3 sampai 4 dari populasi pria di dunia, merupakan gay. Jumlah gay yang sangat sedikit dibandingkan dengan kaum straight, membuat para gay harus bekerja keras dalam mempertahankan hubungan mereka Kurdek, dalam Caroll 2005. Gay juga lebih susah menemukan pacar dan Universitas Sumatera Utara mengembangkan hubungan seksualitas mereka, karena stigma mengenai gay dan tidak mudah menentukan pria mana yang memiliki potensi menjadi pasangan mereka Caroll, 2005. Sehingga kecemburuan yang dirasakan lebih besar daripada pasangan straight dan bahkan mungkin memunculkan perilaku yang tidak lazim dalam mengatasi kecemburuan mereka, salah satunya adalah melakukan pembunuhan atau bunuh diri karena rasa cemburu Pines-Ayala Malakh, 1998. Ada beberapa kasus yang telah terjadi di Indonesia yang berkaitan dengan rasa cemburu ini. Diantaranya adalah sebagai berikut, 1 Veri Idham Henyansyah alias Ryan 29, melakukan pembunuhan serta mutilasi kepada Heri Santoso karena merasa cemburu dan tidak senang kepada korban yang menaruh hati atau menaksir pacar sesama jenisnya Novel 27. Pada awalnya korban meminta tolong kepada Ryan untuk dicarikan pasangan pria. Tapi, ketika melihat foto Novel, pria yang merupakan pasangan gay Ryan, Heri lantas menaruh hati. Ih cakep juga tuh. Gue bayarin deh biar bisa tidur sama dia, kata Heri dari pengakuan Ryan. Tersinggung dengan ucapan Heri, Ryan langsung berang dan terjadi perkelahian. Kemudian Ryan memukul Heri dengan besi dan menusuknya dengan pisau. Belum puas dengan itu, Ryan memotong-motong tubuh Heri menjadi 7 potong lalu membuangnya Edwin, 2008. Hal yang lebih mengejutkan adalah sebelumnya Ryan juga pernah melakukan pembunuhan dan mayat korbannya tersebut dikubur di belakang rumahnya di Jombang. Dari kesebelas korbannya, sembilan orang adalah gay dan dua diantaranya dibunuh karena alasan cemburu Aditya, 2009 Universitas Sumatera Utara 2 Welington, yang merupakan gay, membunuh temannya di Bandung, Jawa Barat, Rabu 24122008. Tersangka membunuh karena cemburu melihat korban yang dianggap telah merebut kekasih prianya. Saat ditemukan, jasad Nopriadi, mahasiswa sekolah perhotelan ini dalam kondisi sekarat di tempat tidur di lantai dua rumahnya di Perumahan Bumi Panyileukan, Bandung. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, korban tak mampu bertahan hingga akhirnya tewas. Di lokasi kejadian, polisi menangkap Welington. Ia pun langsung dijadikan tersangka dalam kasus ini Nurdin, 2008 Kaum gay di Indonesia masih merupakan kaum minoritas. Rendahnya populasi kaum gay menyebabkan rasa cemburu dan posesif menjai sifat dasar gay saat menjalin hubungan dengan sesamnya. Mereka akan sangat marah jika pasangannya terlihat kencan dengan orang lain Aditya, 2009 Buss dalam Caroll, 2005 menyatakan bahwa dalam pasangan heteroseksual, laki-laki lebih memiliki kecemburuan seksual sexual jealousy yang lebih tinggi yaitu dimana ketika mereka meyakini bahwa pasangan wanitanya melakukan hubungan seksual dengan pria lain, sementara itu wanita lebih berfokus pada kecemburuan emosional emotional jealousy. Pria straight memiliki kecemburuan seksual yang lebih tinggi kepada pasangan wanitanya dikarenakan pria straight menyakini bahwasannya wanita bisa jatuh cinta kepada seseorang tanpa melakukan hubungan seksual, tetapi ketika seorang wanita telah melakukan hubungan seksual dengan pria lain, ini mengartikan bahwa wanita tersebut pasti telah jatuh cinta kepada pria selingkuhannya. Begitu juga halnya Universitas Sumatera Utara dengan wanita straight, memiliki kecemburuan emosional yang lebih tinggi kepada pasangan prianya, karena mereka meyakini bahwa pria dapat melakukan hubungan seksual dengan tanpa harus jatuh cinta dengan pasangannya, tetapi ketika seorang pria sudah jatuh cinta dengan wanita lain, pria tersebut sudah pasti melakukan hubungan seksual dengannya Dijkstra, 2001 Robert Bringle dalam Buss, 2000 menyatakan bahwa untuk pasangan gay yang melibatkan dua orang laki-laki, memiliki kecemburuan seksual yang lebih rendah. Dia juga menemukan bahwa laki-laki gay dalam penelitiannya melaporkan hanya sedikit kecemburuan yang terjadi ketika mereka melihat pasangan mereka berciuman atau melakukan perselingkuhan dengan laki-laki lain. Hal tersebut juga didukung oleh Michael Bailey dalam Caroll 2005 yang menyatakan bahwa laki-laki gay merasa lebih kecewa ketika mengetahui pengkianatan emosional yang dilakukan pasangannya. Pendapat dari Buss dan Michael tersebut, bertolak belakang dengan kedua kasus di atas. Dimana Ryan dan Wellington melakukan pembunuhan karena merasa cemburu pasangannya akan melakukan hubungan seksual dengan para korban. Peneliti juga menemukan fenomena yang lain sehubungan dengan kecemburuan seksual. Peneliti telah melakukan percakapan personal dengan AN 29 dan WJ 20 yang merupakan seorang gay yang telah memiliki pacar. AN telah 3 bulan lebih menjalani hubungan dengan IV 24. Berikut pernyataan dari AN terhadap hubungannya dengan IV, ”’Saya tahu kalau dia itu udah punya pacar juga, namanya IQ . Saya juga tahu hampir tiap malam si IQ itu menemaninya tidur. Bagi saya, tidak masalah dia mau melakukan hubungan seks dengan si IQ, karena saya juga sadar, saya tidak selalu ada untuk menemaninya tidur, berada di Universitas Sumatera Utara sampingnya tiap malam, karena aktifitas saya yang padat. Tetapi satu hal yang saya minta darinya, ketika saya butuh dirinya untuk berbagi, dia harus ada untuk saya. Meskipun itu hanya melalui telepon. Walaupun saya tahu dia pasti melakukan hubungan seksual, saya hanya bisa berpesan sambil bercanda, ”Jangan nakal ya disana.” Haya itu yang saya katakan kepadanya.” Percakapan Personal, 13 Juni 2009, 23:15 WIB Melalui percakapan di atas dapat dilihat bahwa AN sama sekali tidak menujukkan adanya masalah walaupun pacarnya telah memiliki pacar lain yang telah melakukan hubungan seksual dengan rivalnya. Serupa dengan apa yang dinyatakan AN, WJ menyatakan : ”... bagiku lebih baik jika pacarku melakukan hubungan seksual dengan yang lain jika dibandingkan apabila pacarku jatuh cinta dan menaruh perhatian yang hampir sama seperti yang diberikan pacarku. Yah, karena aku juga melakukan hal yang sama dan aku tidak mau munafik...” Percakapan Personal, 28 Agustus 2009 Berdasarkan wawawancara diatas dapat dilihat, sama seperti AN, WJ juga menunjukkan kecemburuan yang lebih tinggi secara emosional daripada secara seksual. Buss 2000 menyatakan bahwa bagi pasangan gay, kedekatan emosional yang dilakukan pasangannya dengan orang lain, dirasakan lebih mengancam bagi gay tersebut. Hubungan yang telah dibangun akan dapat berakhir dikarenakan pasangannya telah jatuh cinta dengan orang lain meskipun mungkin tanpa adanya hubungan seksual sebelumnya antara pasangannya dengan pihak ketiga tersebut. Kecemburuan juga dapat termanifestasikan melalui perilaku-perilaku seperti perilaku detective dan protective yang berusaha untuk mencari-cari tahu apa yang telah pasangannya lakukan Preifer, 2007. Hal tersebut dilakukan oleh seorang individu untuk membenarkan perasaan curiga yang ada dalam diri Universitas Sumatera Utara mereka. Hal ini disebut sebagai suspicious jealousy Salovey, 1991. Hasil observasi awal mengenai kecemburuan yang ditampakkan oleh T 23 terhadap pasangannya R 22 yaitu dengan cara memeriksa pesan-pesan singkat yang terdapat di handphone R, selalu bertanya jika terdapat nomor baru yang tidak dikenalnya, dan sering untuk menelepon secara tiba-tiba untuk memastikan bahwa pasangannya tidak berselingkuh. Berdasarkan pengakuan R 22 terhadap peneliti, R menyatakan : ”... abang merasa T itu sangat cemburu dan posesif. Entah mengapa terkadang kecurigaannya memang benar terhadap abang, tetapi terkadang itu membuat kami sering bertengkar karena tuduhan-tuduhan nya yang kelewatan. Dia suka sekali memeriksa sms di hp ku dan hanya karena sms di hp saja, kami bisa berantem dek. Kalau udah berantam, diam-diaman, baru T itu bilang tidak mau kehilangan abang, tidak rela abang jadi milik orang lain. Terkdang suka terlintas pikiran untuk meninggalkannya tetapi terkadang tidak sampai hati juga” Percakapan Personal, 22 Juli 2009, 22:00 WIB Berdasarkan wawancara di atas dapat dilihat bahwa T yang merupakan pasangan dari R menujukkan perilaku-perilaku yang sifatnya mencurigai pasangannya. R mengakui bahwa pasangannya memiliki pikiran-pikiran yang negatif terhadap dirinya. Hal ini mengindikasikan adanya suspicious jealousy pada diri T. Suspicious jealousy yang berlebihan yang ada pada diri T membuat R jenuh dengan hubungan yang ia jalin dengan T Berdasarkan fenomena di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kaum gay juga mengalami kecemburuan dalam hubungan yang mereka jalani. Kecemburuan yang dialami gay berbeda antara satu dengan yang lainnya. Beberapa menunjukkan kecemburuan seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecemburuan emosional. Pada pasangan gay lainya menujukkan bahwa Universitas Sumatera Utara ketidaksetiaan emosional yang dilakukan pasangannya dirasakan lebih mengancam bagi hubungan mereka, sehingga beberapa pasangan gay merasakan kecemburuan emosional yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecemburuan seksual. Fenomena lainnya juga memperlihatkan, meskipun pasangan tidak melakukan perselingkuhan, kecurigaan-kecurigaan yang berlebihan kepada pasangannya tersebut yang akhirnya mengarah kepada suspicious jealosy, juga dialami oleh beberapa pasangan gay. Untuk itulah peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kecemburuanfd yang ada pada gay yang berpacaran.

B. Rumusan Masalah