2. Jenis-Jenis Gay
Bell dan Weinberg dalam Masters, 1992 mengelompokkan homoseksual ke dalam 5 kelompok, yaitu:
a. Close-couple
Homoseksual yang hidup dengan pasangannya, dan melakukan aktifitas yang hampir sama dengan pernikahan yang dilakukan oleh kaum
heteroseksual. Homoseksual jenis ini memiliki masalah yang lebih sedikit, pasangan seksual yang lebih sedikit, dan frekuensi yang lebih rendah
dalam mencari pasangan seks dibandingkan jenis homoseksual yang lain. b.
Open-couple Homoseksual jenis ini memiliki pasangan dan tinggal bersama, tetapi
memiliki pasangan seksual yang banyak, dan menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk mencari pasangan seks. Homoseksual ini memiliki
permasalahan seksual yang lebih banyak dibandingkan close-couple homoseksual.
c. Functional
Homoseksual jenis ini tidak memiliki pasangan, dan memiliki pasangan seks yang banyak, tetapi dengan sedikit masalah seksualitas. Individu
homoseksual ini kebanyakan individu muda, yang belum menerima orientasi seksualnya, dan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap
seksualitas.
Universitas Sumatera Utara
d. Dysfunctional
Tidak memiliki pasangan menetap, memiliki jumlah pasangan seksual yang banyak, dan jumlah permasalahan seksual yang banyak.
e. Asexual
Ketertarikan terhadap aktifitas seksual rendah pada kelompok ini, dan cenderung untuk menutup-nutupi orientasi seksualnya.
3. Tipe Hubungan Pada Gay
Berdasarkan pendekatan sosiokultural, David Sonenschein dalam Hogan, 1980 mengidentifikasikan ada enam tipe hubungan sosioseksual yang terdapat
pada gay. Adapun keenam tipe tersebut anatara lain : a.
Permanent Social Relationship Pada bentuk hubungan ini, tidak terdapat adanya aktifitas seksual.
Individu-individu akan menjelasakan diri mereka sebagai ” teman atau sahabat dekat ” yang dimana persahabatan ini dijaga dari waktu ke waktu.
b. Nonpermanent Social Relationship
Pada bentuk hubungan ini, individu-individu menyatakan diri mereka sebagai teman baik, tetapi di luar kelompok clique tidak ada kontak
yang berlanjut. Hubungan seksualgenital sangat jarang terjadi pada bentuk hubungan ini
c. Permanent Sexual Relationship
Permanent Sexual Relationship mencakup ”dipertahankan” dan hubungan didasarkan kepada sifat materialisitik. Keterlibatan seksual dan emosional
dengan pasangan tidaklah terlalu dalam dan sifatnya terpakasa. Bentuk
Universitas Sumatera Utara
hubungan ini mungkin mencakup seorang individu yang lebih muda ’dipelihara’ oleh individu yang lebih tua, yang memiliki kekayaan yang
lebih yang mengharapkan permanensi dalam hubungan tersebut. Bentuk hubungan ini sangat tidak stabil daan kemungkinan untuk terjadinya
ketidaksetiaan oleh individu yang lebih muda tersebut lebih besar. d.
Nonpermanent Sexual Relationship Nonpermanent Sexual Relationship ”one night stand” merupakan tipe
hubungan yang paling sering terjadi. Individu akan melakukan hubungan seksual dengan orang yang tidak terlalu mereka kenal dan tujuan utama
mereka hanyalah aktifitas seksual dan orgasme. Perilaku promiscuous ini bisa disebabkan karena faktor psikodinamik seperti penghindaran terhadap
komitmen interpersonal seperti keintiman dan tanggung jawab serta faktor sosiologis.
e. Permanent Sociosexual Relationship
Literatur psikologi menunjukkan bahwa mempunyai pasangan seksual yang tetap merupakan tujuan yang paling banyak dimiliki pada banyak
gay. Seiring dengan bertambahnya umur sekitar 30 tahun menemukan pasangan menjadi hal yang sangat penting. Hubungan ini didasarkan pada
konsep cinta, bukan hanya seksual. Individu mulai berbagi dan dan menyamakan nilai-nilai dan minat masing-masing.
f. Nonpermanent sociosexual Relationship
Pada tipe hubungan ini, individu mengidentifikasikan dirinya sebagai ”teman” tetapi juga sebagai pasangan seksual yang potensial. Berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan nonpermanent sexual relationship, dimana aktivitas seksual terjadi terlebih dulu, sedangkan pada nonpermanent sociosexual relationship,
interaksi sosial terjadi terlebih dahulu sebelum aktifitas seksual.
4. Perkembangan Seseorang Menjadi Homoseksual