BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Adapun saran-saran
yang dikembangkan dalam bab ini berupa saran praktis dan saran metodologis yang mungkin berguna untuk penelitian yang selanjutnya dengan tema yang
serupa.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Riwayat Hubungan Pacaran yang Pernah Dijalani Gay Dewasa Dini
a. Hasil penelitian ini memperkuat pendapat yang disampaikan oleh Savin-
Willian Cohen 1996 bahwa pacaran dilakukan dewasa dini manapun tanpa memandang orientasi seksualnya. Responden dalam penelitian ini
membentuk hubungan pacaran. Miracle 2003 menyatakan proses pembentukan sebuah hubungan pacaran pada gay juga sama seperti
pembentukan hubungan pacaran pada kaum straight. Bermula dari adanya ketertarikan dan kecocokan terhadap pasangan serta adanya keinginan
untuk mempertahankan hubungan yang telah dijalin. Hasil yang ditemukan dari ketiga responden penelitian memperkuat hasil temuan Miracle tersebut,
dimana ketiga responden memulai proses pembentukan hubungan pacaran berdasarkan ketertarikan dan kecocokan pada pasangan dan adanya usaha
serta keinginan untuk mempertahankan hubungan. 310
Universitas Sumatera Utara
b. Ketiga responden penelitian memiliki pengalaman berpacaran lebih dari
satu kali. Hal ini memperjelas bahwa pada masa dewasa dini, ketiga responden berusaha menemukan seseorang yang dapat menjadi
pendamping hidupnya. Memilih pendamping hidup menurut Harvinghurst dalam Hurlock, 1999 adalah salah satu tugas perkembangan dewasa dini.
Melalui pacaran tersebut juga akan terbentuk sebuah intimacy di dalamnya sehingga tugas psikososial dewasa dini yang disampaikan Erickson dalam
Papalia, 2004 akan tercapai. Tercapainya intimacy dalam kehidupan dewasa dini akan menghindari individu tersebut dari sebuah perasaan yang
terisolasi Feist Feist, 2002. c.
Ketiga responden penelitian pernah menjalin hubungan pacaran dengan perempuan, namun yang membedakan adalah umur pada saat menjalin
hubungan pacaran serta alasan dari berpacaran. Responden Vandi menjalin hubungan dengan perempuan pada saat berumur 18 tahun, sementara
responden Jonathan dan responden Bagus menjalin hubungan pacaran pada saat masih remaja, yaitu pada umur 15-17 tahun. Responden Vandi dan
responden Bagus menjalin hubungan pacaran dengan perempuan pada saat mereka telah menyadari ketertarikan dengan sesama jenis, sehingga alasan
berpacaran dengan perempuan adalah untuk menutupi identitas diri dan ketakutan mereka sebagai seorang gay. Sementara Jonathan menjalin
hubungan dengan perempuan karena belum menyadari adanya hubungan sesama jenis.
Universitas Sumatera Utara
d. Berdasarkan jenisnya yang ditinjau dari hubungan yang pernah dijalin
dengan pacar prianya, maka responden Vandi dapat digolongkan kepada homoseksual close-couple ketika berpacaran dengan pacar pertama hingga
pacar kelima dan pacar kesebelas dan tergolong kepada homoseksual open- couple ketika berpacaran dengan pacar keenam hingga kesepuluh,
sementara responden Jonathan digolongkan sebagai homoseksual open- couple, dan responden Bagus sebagai homoseksual close-couple.
Berdasarkan tipe hubungan yang pernah dijalin dengan pacar prianya, maka hubungan yang
bertipe permanent sociosexual relationship dilakukan oleh
semua responden penelitian dan terjadi pada pacar yang sekarang, sementara hubungan dengan tipe permanent sexual relationship hanya
terjadi pada Vandi pada saat berpacaran dengan Noval, dan tipe hubungan nonpermanent sexual relationship ”one night stand” hanya dilakukan
oleh responden Jonathan selama ia menjalin hubungan dengan pacar prianya.
e. Hasil penelitian ini juga memperkuat pendapat yang disampaikan oleh
Hansen dalam Hendrick, 1992 Salovey 1999
bahwa kecemburuan paling sering muncul diantara dua orang yang telah terlibat hubungan
romantis dan mengganggap bermakna hubungan tersebut. Ketiga responden dalam penelitian ini mengaku bahwa kecemburuan merupakan emosi yang
selalu hadir di dalam hubungan pacaran mereka. Kecemburuan terdiri dari sejumlah emosi negatif, namun tiga hal yang paling tepat mendefinisikan
kecemburuan yaitu hurt, fear, dan anxiety. Guerrero Andersen, 1998
Universitas Sumatera Utara
dalam Brehm, 2002. Ketiga responden juga mengalami hurt, fear, dan anxiety pada saat merasa cemburu.
2.
Penyebab Kecemburuan yang Pada Gay Dewasa Dini yang Berpacaran
Brehm 2002 menyatakan bahwa terdapat dua aspek besar yang dapat menyebabkan seseorang merasakan kecemburuan, yaitu berdasarkan faktor
personal internal dan berdasarkan sifat stimulusnya eksternal. Maka dari hasil
penelitian ini didapat kesimpulan:
a. Sikap dependence terdapat pada ketiga responden penelitian pada saat
mereka menjalin hubungan pacaran. Sikap dependence yang terdapat pada responden Vandi sangat terlihat pada saat berpacaran dengan pacar ketiga,
dan keempat, namun berkurang bahkan tidak terdapat lagi pada saat menjalin hubungan dengan pacar kelima hingga pacar kesebelas. Sikap
dependence yang hadir pada saat berpacaran dengan pacar ketiga dan keempat dikarenakan Vandi belum mempunyai banyak teman gay lainnya
sehingga berfikir bahwa pacarnya sajalah yang dapat memberikan cinta dan perhatian kepada dirinya. Sikap dependence kemudian menurun dan
bahkan hilang dikarenakan Vandi sering merasakan sakit hati akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan pacarnya seiring dengan mulai
banyaknya Vandi mengenal pria gay lainnya. Sementara sikap dependence pada responden Jonathan dan Bagus terlihat dari hadirnya ketakutan untuk
lepas dari hubungan yang dijalin serta menyakini bahwa hanya pacar mereka sajalah yang dapat memberikan cinta dan kebahagiaan kepada diri
mereka.
Universitas Sumatera Utara
b. Mate value yang terdapat pada masing-masing pacar responden
mempengaruhi kecemburuan yang hadir. Pengaruh mate value pada responden Vandi sangat terlihat pada saat menjalin hubungan dengan pacar
kelima dan kesebelas. Kriteria pria yang maskulin, berpostur tubuh tegap, memiliki kematangan emosi seperti suka memanjakan dan memiliki peran
seksual sebagai top, merupakan mate value yang terdapat dalam diri pacarnya sehingga membuat Vandi sangat menyukai dan takut apabila
pacarnya tersebut jatuh cinta kepada orang lain. Sama dengan kriteria pria yang disukai oleh responden Jonathan, mate value yang ada dalam diri
Luky membuat Jonathan sering berfikir kalau Luky akan dengan mudah mendapatkan pria lain dengan segala kelebihan yang dimilikinya, sehingga
hal ini sering menimbulkan kecemburuan dalam dirinya. Begitu juga dengan responden Bagus yang memandang diri Dedy sebagai pribadi yang
menarik, supel dan mudah bergaul, meskipun pada satu sisi mendatangkan hal positif baginya, namun hal ini juga sering menimbulkan ketakutan
dalam diri Bagus kalau Dedy akan mudah mendapat kenalan dan disukai oleh banyak pria yang dapat membuat Dedy berpaling dari dirinya.
c. Sexual exclusivity yang terdapat dalam diri responden juga mempengaruhi
kecemburuan yang hadir. Meskipun ketiga responden mengakui bahwa perilaku promiscuous yang ada di kalangan gay adalah hal yang wajar,
namun tidak sepenuhnya responden menyetujui untuk melakukan perilaku tersebut terutama bagi pacar mereka. Sexual exclusivity berlaku pada
responden Vandi ketika ia mempersepsikan hubungan yang ia jalin adalah
Universitas Sumatera Utara
d. Ketiga responden dalam penelitian ini memiliki pengalaman berpacaran
lebih dari satu kali dan mengalami pengkhianatan dari pria yang pernah menjadi pacar mereka. Perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan pacar
dari ketiga responden mempengaruhi kecemburuan dalam hubungan yang dijalin ketiga responden pada saat sekarang. Responden Vandi yang
mengalami kekecewaan dari mantan pacarnya yang ketiga, keempat dan
Universitas Sumatera Utara
kelima, membuat kecemburuan yang ada dalam dirinya menjadi rendah atau bahkan tidak ada pada hubungan berikutnya. Hal ini juga merubah
konsep cinta yang ada dalam dirinya, yang tidak lagi mempercayai adanya cinta di kalangan gay dan juga mengurangi dependence sehingga hubungan
pacaran yang dijalin Vandi pada pacar keenam hingga kesepuluh merupakan pacaran yang tidak terlalu bermakna dipertahankan
keberadaannya. Berbeda dengan responden Jonathan yang banyak menerima kekecewaan dari mantan pacarnya yang kedua dan ketiga,
perselingkuhan yang dilakukan oleh sang mantan membuat dirinya menjadi pribadi yang sangat mudah untuk curiga dan sering berfikiran negatif
terhadap Luky. Pemikiran-pemikiran negatif ini menurunkan tingkat kepercayaan Jonathan terhadap Luky sehingga hal ini sering kali
menimbulkan kecurigaan dan kecemburuan dalam diri Jonathan. Lain lagi halnya dengan Bagus, meskipun mengalmi kekecewaan yang cukup besar
dari mantan pacarnya yang ketiga, hal tersebut tidak mempengaruhi kepercayaan Luky terhadap Dedy yang menjadi pacarnya seakrang. Namun
hal yang menurunkan kepercayaan Bagus kepada Dedy adalah perilaku suka berbohong yang ditunjukkan oleh Dedy, sehingga hal ini tidak jarang
menimbulkan kecurigaan dan kecemburuan dalam diri Bagus. e.
Seluruh responden penelitian memiliki kesamaan dari sifat stimulus yang dapat menimbulkan kecemburuan yaitu emotional jealousy. Buss 2001
menyatakan bahwa gay memiliki tingkat kecemburuan seksual yang lebih rendah dibandingkan kecemburuan emosional. Kecemburuan emosional
Universitas Sumatera Utara
dirasakan mengancam dan mendatangkan distress yang lebih besar pada kebanyakan pasangan gay. Pendapat dari Buss di atas sangat sesuai dari
hasil yang ditemukan pada responden Jonathan bahwa hal yang paling ditakutkan adalah apabila Luky jatuh cinta dengan dengan pria lain. Hal ini
memberikan ancaman yang lebih besar untuk kehilangan diri Luky jika dibandingkan apabila Luky hanya berhubungan seksual dengan pria lain
tanpa melibatkan cinta. Namun, pendapat dari Buss diatas kurang sesuai dengan hasil yang ditemukan pada diri Vandi. Meskipun sebagian besar
stimulus yang dirasakannya bersifat emosional, Vandi akan merasakan kekecewaan yang lebih besar apabila pacarnya melakukan hubungan
seksual dengan pria lain. Begitu juga halnya dengan Bagus, meskipun dominan mengalami kecemburuan emosional, Bagus akan merasakan
kekecewaan dan distress yang sama besar pada kedua jenis pengkhianatan.
3.
Proses Kecemburuan yang Dialami Oleh Gay Dewasa Dini yang Berpacaran
a. Ketiga responden dalam penelitian ini melalui keseluruhan tahap dalam
proses kecemburuan namun peritiwa yang terjadi di dalam tahapan tersebut berbeda-beda. Hal yang dialami oleh responden Vandi di tahap pertama
adalah pacar sering pulang terlambat tanpa memberikan kabar, pacar membawa pria lain ke rumah, melihat pacar jalan dengan pria lain,
mengetahui kalau pacar menerima telepon dari pria lain dan pacar sering lama membalas sms mengangkat telepon yang datang dari responden
menjadi ancaman baginya. Sedangkan yang dialami oleh responden
Universitas Sumatera Utara
Jonathan adalah ketika Jonathan membaca ada sms yang masuk ke ponsel Luky tanpa adanya identitas dari pengirin, ketika Luky tidak ada memberi
kabar kepada dirinya, melihat dan mendengar Luky melirik dan memuji pria lain, ketika Luky jalan bersama teman-temannya, ketika mengetahui
Luky telah mengajak seorang pria muda makan malam bersama dan ketika Luky mengenakan pakaian yang bagus pada suatu acara fashion show.
Begitu juga yang dialami oleh responden Bagus adalah ketika tidak diizinkan untuk memeriksa sms di handphone Dedy, ketika Dedy bercerita
tentang pria lain, ketika sikap dan perhatian Dedy berubah atau berkurang, ketika Dedy ketahuan melirik pria lain pada saat pergi bersama, ketika
Dedy berkenalan dengan pria lain melalui sms, ketika Dedy ketahuan ingin berselingkuh dengan seorang pria bernama Nino dan dengan atasannya
sendiri dan pada lingkungan kerja Dedy yang sarat dengan gay lainnya menjadi ancaman bagi Bagus terhadap hubungannya.
b. Pada tahap kedua, ketiga responden penelitian didominasi oleh catastrophic
thinking yaitu mengambil kesimpulan secara ekstrem dan berdasarkan kemungkinan yang terburuk. Catastrophic thinking yang dominan terjadi
pada ketiga responden adalah pemikiran seperti apabila pacar tidak lagi sayang kepada mereka, pacar mencoba menyembunyikan sesuatu, pacar
sedang melakukan perselingkuhan, pacar mencoba menggantikan diri mereka dengan cara berkencan dan menjalin hubungan dengan pria lain,
dan pacar merasa jenuh dan bosan kepada dirinya. Meskipun didominasi oleh catastropic thinking, ketiga responden juga melakukan evaluasi secara
Universitas Sumatera Utara
positif pada beberapa peristiwa yaitu berusaha untuk memahami situasi dengan lebih baik dan berfikir mengenai rasa cemburunya. Responden
Vandi berusaha untuk memahami kesibukan aktifitas Angga pada saat Angga tidak membalas sms atau mengangkat telepon darinya. Jonathan
juga pada beberapa peristiwa ketika Luky tidak memberi kabar kepada dirinya berfikir kalau Luky sedang sakit dan sedang disibukkan dengan
urusan kantor, sementara Bagus mencoba untuk mengingat prosedur kerja di kantor Dedy yang tidak memungkinkan bagi Dedy untuk menanggapi
ajakan dari pria-pria gay lainnya. c.
Tahap ketiga dalam proses ini melibatkan reaksi emosional. Secara keseluruhan ketiga responden dalam penelitian ini merasa dilukai, sedih,
takut, kecewa dan kesal. Namun perasaan marah hanya dirasakan oleh responden Vandi dan Jonathan pada saat merasa cemburu.
d. Pada tahap keempat yaitu coping response, setiap responden penelitian
menunjukkan bermacam-macam usaha coping-nya. Namun coping response dapat dikategorikan menjadi 4 bentuk perilaku berdasarkan 2
orientasi tujuan. Coping response yang berorientasi untuk mempertahankan hubungan dan juga self-esteem dilakukan oleh ketiga responden ketika
menghadapi kecemburuan. Perilaku yang ditunjukkan oleh ketiga responden adalah bertanya dan meminta keterangan dari pacar terhadap
masalah yang timbul. Selain itu perilaku dimana menceritakan masalah kepada teman dekat dan meminta saran dari mereka juga termasuk ke
dalam jenis coping response ini, namun hanya dilakukan oleh responden
Universitas Sumatera Utara
Jonathan dan Bagus. Sementara coping response yang tidak berorientasi untuk mempertahankan hubungan dan juga self-esteem yang lebih bersifat
membiarkan neglect hanya dilakukan oleh responden Vandi dan Bagus. Vandi menunjukkan coping response jenis ini pada saat merasa cemburu
terhadap Aji, dimana Vandi akhirnya cenderung menarik diri dan menjadi tidak perduli apakah nantinya hubungannya tersebut berakhir dengan Aji.
Sedangkan Bagus menunjukkannya dengan perilaku merokok yang dianggap dapat menunjukkan kekesalannya terhadap Dedy, namun perilaku
ini sifatnya destruktif dan pasif. e.
Coping response yang berorientasi untuk mempertahankan hubungan saja dengan mengabaikan self-esteem dilakukan oleh responden Vandi dan
Bagus. Vandi menunjukkan perilaku tersebut pada saat berpacaran dengan Hendro dan Pitok, dimana ia hanya diam serta menangis ketika merasa
cemburu, sedangkan Bagus juga menunjukkan perilaku cuek, diam, bersikap dingin serta lebih banyak mengalah pada saat merasa cemburu
kepada Dedy. Sedangkan coping response yang bertujuan untuk mempertahankan self-esteem dilakukan oleh semua responden dalam
penelitian ini. Vandi menunjukkan coping response-nya dengan cara memarahi pasangannya sendiri, sementara Jonathan juga melakukan hal
yang sama yaitu memarahi dan mencelakai Luky dan Bagus menujukkan hal tersebut dengan cara memutuskan hubungan dengan Dedy.
f. Perilaku protective dan detective juga merupakan bagian dari coping
response yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini ketika merasa
Universitas Sumatera Utara
cemburu. Namun yang hanya menujukkan perilaku detective hanya pada responden Vandi dan responden Jonathan. Perilaku detective dilakukan
oleh Vandi dengan cara mencari bukti-bukti perselingkuhan yang mungkin dilakukan oleh Pitok dan Aji, sedangkan Jonathan melakukannya dengan
cara mendatangi rivalnya dan menggali banyak informasi tentang hal-hal apa aja yang telah dilakukan dengan sang pacar, selain itu juga Jonathan
pernah menyamar sebagai orang lain untuk menguji kesetiaan dan kecurigaan dari dirinya. Sementara perilaku protective dilakukan oleh
Vandi dengan cara memarahi atau mencaci maki rivalnya, begitu juga yang dilakukan Jonathan, selain memarahi rivalnya, ia juga sering melakukan
inspeksi kunjungan dadakan untuk memastikan keberadaan Luky. Sementara Bagus menunjukkan perilaku protective-nya dengan cara
mengarahkan kaca spion kereta ke arah Dedy sehingga lebih mudah untuk mengawasi gerak-gerik Dedy.
g. Hasil outcome yang diperoleh oleh responden sangat bervariasi
tergantung dari coping response yang masing-masing tunjukkan. Coping response yang berorientasi untuk mempertahankan hubungan dan juga self-
esteem memberikan dampak yang positif kepada hubungan itu sendiri dan juga kepada pasangan. Hasil yang didapat adalah terhindarnya hubungan
dari percekcokan dan perpecahan, rasa kecemburuan yang ada menjadi berkurang bahkan hilang serta pasangan menanggapi kecemburuan dari
responden secara postif dimana pasangan meminta maaf dan memberikan penjelasan yang sebenarnya. Coping response yang tidak berorientasi untuk
Universitas Sumatera Utara
mempertahankan hubungan maupun self-esteem yang sifatnya mengabaikan memberikan dampak yang negatif. Hasil yang diperoleh adalah hubungan
menjadi berantakan bahkan berakhir, pacar menjauhi responden dan merugikan kesehatan sendiri. Coping response yang berorientasi
mempertahnkan hubungan namun mengabaikan self-esteem memiliki dampak yang bervariasi. Hasil yang diperoleh adalah meskipun hubungan
yang dijalin masih terjaga dan tidak bermasalah, namun rasa cemburu yang ada tidak berkurang bahkan meningkat dan pacar tidak mengetahui apa
yang dirasakan dan diinginkan oleh responden. Sementara coping response yang bertujuan untuk mempertahankan self-esteem namun mengabaikan
hubungan, juga memberikan dampak yang bervariasi. Hasil yang diperoleh adalah meskipun kecemburuan yang ada berkurang atau hilang namun
keadaan hubungan menjadi tidak harmonis bahkan berakhir dan pasangan menjadi sakit hati sehingga cenderung untuk menarik diri dari responden.
h. Perilaku detective dan protective yang dilakukan juga memberikan hasil
yang beragam. Perilaku detective yang dilakukan oleh Vandi pada saat mencari bukti-bukti perselingkuhan dari Pitok dan Aji membuat dirinya
terbebas dari rasa penasaran yang ada, namun keadaan hubungan mereka selanjutnya menjadi lebih renggang atau bahkan terputus. Sementara
perilaku menggali informasi dari rivalnya dan menyamar menjadi pria lain untuk menguji kesetiaan Luky, membuat diri Jonathan juga terbebas dari
perasaan khawatir yang berlebihan, karena apa yang difikirkannya terhadap Luky tidak pernah terjadi. Sedangkan perilaku protective yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
oleh ketiga responden memberikan kelegaan dan kelepasan dalam diri mereka terhadap kecurigaan dan kecemburuan yang mereka alami, namun
terjadi perselisihan dan pertengkaran di dalam hubungan mereka.
4.
Jenis Kecemburuan yang Dialami Oleh Gay Dewasa Dini yang Berpacaran
a. Jika ditinjau dari jenis kecemburuan, maka ketiga responden dalam
penelitian ini mengalami baik suspicious jealousy maupun fait accomply reactive jealousy. Namun hanya ada dua responden dalam penelitian ini
yang mengalami 2 jenis kecemburuan yang berlanjut dalam satu peristiwa. Responden Vandi mengalami suspicious jelaousy yang akhirnya mengarah
kepada fait accomply reactive jelaousy, sementara Jonathan mengalami fait accomply reactive jealousy yang akhirnya mengarah kepada
suspicious jealousy. Sedangkan responden Bagus mengalami kedua jenis kecemburuan secara terpisah tunggal.
B. SARAN