keluaran, blok teknologi, blok basis data, dan blok kendali. Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu dengan yang lain
membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasaran Sutabri, 2005. A.
Blok masukan input block Merupakan input yang mewakili data yang masuk ke dalam sistem
informasi. Input di sini termasuk metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
B. Blok model model block
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data
dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
C. Blok keluaran output block
Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan
manajemen serta semua pemakai sistem. D.
Blok teknologi technology block Teknologi merupakan “tool box” dalam sistem informasi. Teknologi
digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluarannya, dan
membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. E.
Blok basis data database block
Basis data database merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras
komputer dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. F.
Blok kendali control block Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan
bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung depat diatasi.
2.5 Konsep Sistem Informasi Manajemen
2.5.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan
yang serupa. Sistem informasi manajemen dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi umum kepada para manager didalam perusahaan Mulyanto, 2009.
Murdick dan Ross menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Sistem Informasi untuk Manajemen Modern” Sistem informasi manajemen adalah proses
komunikasi di mana informasi masukan input direkam, disimpan, dan diproses untuk menghasilkan output yang berupa keputusan tentang perencanaan,
pengoperasian, dan pengawasan Sutabri, 2005. Kemudian menurut McLeod 2008 dalam bukunya yang berjudul
“Management Information Systems” , Sistem informasi manajemen adalah suatu
sistem berbasis komputer yang membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa.
2.5.2 Karakteristik Sistem Informasi Manajemen
Menurut Sutabri 2005, beberapa karakteristik sistem informasi
manajemen antara lain: 1.
SIM membantu manajer secara terstruktur pada tingkat operasional dan tingkat kontrol saja.
2. SIM didesain untuk memberikan laporan operational sehari-hari sehingga
dapat memberi informasi untuk mengontrol operasi tersebut dengan lebih baik.
3. SIM sangat bergantung pada keberadaan data organisasi secara keseluruhan,
serta bergantung pada alur informasi yang dimiliki oleh organisasi tersebut. 4.
SIM biasanya tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah. 5.
SIM biasanya berorientasi pada data-data yang sudah terjadi atau data-data yang sedang terjadi, bukan data-data yang akan terjadi seperti forecasting.
6. SIM biasanya berorientasi pada data-data di dalam organisasi dibanding data-
data dari luar organisasi. 7.
SIM biasanya tidak fleksible karena bentuk laporan-laporan yang dihasilkan banyak sudah dipersiapkan sebelumnya.
8. SIM membutuhkan perencanaan yang sangat matang dan panjang, sambil
memperhitungkan perkembangan organisasi di masa mendatang.
2.6 Baitul Maal Wat Tamwil BMT
Baitul Maal wat Tamwil BMT adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha
mikro dan kecil, dalam rangka membela kepentingan kaum fakir miskin Soemitra, 2009.
Menurut Sholihin 2010, BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha
mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh
masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Fungsi BMT adalah untuk:
1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih
professional, mendesain selamat, damai, dan sejahtera, dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha beribadah
menghadapi tantangan global. 2.
Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di luar
organisasi untuk kepentingan rakyat banyak. 3.
Mengembangkan kesempatan kerja. 4.
Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk anggota.
5. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan
social masyarakat. Prinsip-prinsip dasar BMT, yaitu:
1. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikan
prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata;
2. Keterpaduan kaffah di mana nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan
menggerakan etika dan moral yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berakhlak mulia;
3. Kekeluargaan kooperatif;
4. Kebersamaan;
5. Kemandirian;
6. Profesionalisme; dan
7. Istikamah.
Ciri-ciri utama BMT, yaitu: 1.
Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya;
2. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infak, dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak; 3.
Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya; 4.
Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.
Kegiatan usaha BMT dapat berjalan pada berbagai jenis kegiatan usaha, baik berupa keuangan maupun non-keuangan. Kegiatan usaha yang dilakukan
oleh BMT meliputi: 1. Penghimpunan dana
Penghimpunan dana dapat berupa simpanan wadi’ah titipan tidak berbagi hasil yad ad-damanah titipan berupa giro yang bisa diambil pada suatu
waktu oleh penyimpannya, yad al-amanah titipan dan bisa berupa zakat, infak
, dan sedekah, mudharabah titipan yang berbagi hasil. 2. Pembiayaan atau kredit usaha kecil bawah mikro
Pembiayaannya bisa berupa pembiayaan mudharabah, musyarakah,
murabahah dan ijarah.
2.7 Pembiayaan
2.7.1 Pengertian Pembiayaan
Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I trust, yaitu ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan
yang artinya kepercayaan trust yang berarti BMT menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh BMT selaku shahibul
maal. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai
dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi kedua belah pihak Rivai dan Veithzal, 2008.
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil Kasmir, 2008. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama BMT,
karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Berdasarkan Pasal
1 butir 25 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk
Ijarah Muntahiyah bit Tamlik ;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan Istishna’;
d. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi multijasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak yang lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi
fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.
Dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembiayaan adalah “penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil” Djamil, 2012.
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat
bermanfaat bagi bank syariah, nasabah, dan pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh
lembaga kauangan syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, lembaga keuangan syariah perlu melakukan analisis pembiayaan yang mendalam.
Sifat pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan kepada nasabah dalam melakukan usaha. Pembiayaan juga
memiliki fungsi, di antaranya:
1. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa.
2. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.
3. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.
4. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang
ada.
2.7.2 Landasan Syariah tentang Pembiayaan
Berikut merupakan landasan syariah tentang pembiayaan : A. QS. An-Nisa’: 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”.
QS. An-Nisa’: 29. B. QS. Al-Baqarah: 282
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang akan ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki di antaramu. Jika tak ada dua oang lelaki, maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu
menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu. Tulislah mu´amalahmu itu, kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, jika kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
QS. Al-Baqarah: 282.
2.8 Ijarah
Pembiayaan ijarah adalah akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewaupah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang Sutedi, 2009. Pendapatan yang diterima dari transaksi ijarah disebut ujrah. Al-ujrah adalah imbalan yang
diperjanjikan dan dibayar oleh pengguna manfaat sebagai imbalan atas manfaat yang diterimanya.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang atau
jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa ujrah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri Nurhayati dan Wasilah,
2008. Menurut Soemitra 2009, ijarah adalah akad penyaluran dana untuk
pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa ujrah, antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa
mu’ajjir dengan penyewa musta’jir tanpa diikuti pengalihan kepemilikan
barang itu sendiri.
2.8.1 Landasan Syariah tentang Ijarah
Landasan syariah tentang hukum ijarah terdapat dalam Al-Qur’an dan Al- Hadits. Dalam Al-Qur’an yaitu terdapat pada:
a. Q.S. An-Nisa: 12
Berbunyi: “Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.” Q.S. An-Nisa : 12
b. Q.S Shad: 24
Berbunyi: “Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” Q.S Shad: 24
c. Al Baqarah: 233
Berbunyi: “Dan, jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Al-Baqarah : 233
Dalam Al-Hadits yaitu: a.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Berbekahlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam
itu.” HR. Al-Bukhari dan Muslim. b.
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering. ” HR. Ibnu Majah.
2.8.2 Rukun Ijarah
Rukun transaksi ijarah meliputi transaktor, obyek ijarah, dan ijab qabul. Berikut penjelasan mengenai rukun ijarah Yaya et al., 2009:
1. Transaktor terdiri atas penyewa nasabah dan pemberi sewa bank syariah. Kedua transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan
kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dan lainnya yang sejenis.
2. Obyek ijarah meliputi pembayaran sewa dan manfaat dari penggunaan asset. Manfaat dari penggunaan asset dalam ijarah adalah objek kontrak yang harus
dijamin, karena ia merupakan rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan asset itu sendiri.
3. Ijab dan Kabul dalam akad ijarah merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak dengan cara penawaran dari asset bank syariah
dengan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa nasabah.
2.8.3 Syarat Ijarah
Pembiayaan ijarah tertuang dalam Fatwa DSN MUI No:09DSN- MUIIV2000 tentang Pembiayaan ijarah. Dalam ketentuan tersebut disebutkan
bahwa syarat ijarah adalah sebagai berikut Sutedi, 2009: 4.
Sighat ijarah , yaitu ijab dan kabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak
yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. 5.
Pihak-pihak yang berakad berkontrak terdiri atas pemberi sewapemberi jasa, dan penyewapengguna jasa.
6. Obyek akad ijarah, yaitu:
a. Manfaat barang dan sewa; atau b. Manfaat jasa dan upah.
2.8.4 Macam-macam Pembiayan Ijarah
Terdapat 3 macam pembiayaan ijarah yaitu : 1. Ijarah Manfaat
Ijarah manfaat yaitu pihak BMT menyewakan barang tertentu kepada
nasabah tanpa diikuti perpindahan kepemilikan. Dalam ijarah manfaat cara pengembaliannya yaitu dengan cara angsuran atau jatuh tempo. Contohnya :
menyewakan kontrak rumah. 2. Ijarah Multijasa
Ijarah multijasa yaitu pihak BMT menyewakan jasa untuk memenuhi
kebutuhan nasabah yang berbentuk jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa event organizer
ataupun jasa lainnya yang berbentuk layanan non material. 3. Ijarah Muntahia bittamlik
Ijarah muntahia bittamlik yaitu pihak BMT menyewakan barang tertentu
kepada nasabah dan barang yang disewakan tersebut setelah akhir masa sewa atau perlunasan secara otomatis menjadi milik nasabah. Contoh : sepeda
motor, mobil, rumah.
2.9 Pembiayaan Bermasalah