Tepat pada tanggal 26 Mei 1996, BMT Al Munawwarah bersama 16 BMT baru lainnya diwilayah Jakarta-Selatan diresmikan operasionalnya oleh ketua
PINBUK Jakarta-Selatan H. Ali Moeis dan Direktur Bank Muamalat H. Zainul Bahar Noor. Sejak itu BMT Al Munawwarah yang didukung oleh para pendiri
dari 2 lembaga yaitu Yayasan Al Munawwarah dan ICMI orsat Pamulang serta 39 perorangan lainnya mulai berkiprah dalam komunitas usaha lapisan ‘grass root’
yakni usaha kecil-mikro.
4.1.1.2 Logo Perusahaan
Gambar 4.1 Logo BMT Al-Munawwarah
4.1.1.3 Visi dan Misi Perusahaan 1.
Visi
Terwujudnya BMT yang terdepan, tangguh dan profesional dalam membangun ekonomi ummat
2. Misi
a. Memberikan layanan yang prima kepada seluruh Anggota, Mitra dan
Masyarakat luas.
b. Mendorong Anggota, Mitra dan Masyarakat luas dalam kegiatan menabung
dan investasi. c.
Menyediakan permodalan dan melakukan pendampingan usaha bagi anggota, mitra dan masyarakat luas.
d. Memperkuat permodalan sendiri dalam rangka memperluas jaringan serta
menambah produk dan fasilitas jasa layanan. e.
Mencapai pertumbuhan dan hasil usaha BMT yang layak serta proporsional dan berkelanjutan.
f. Turut berperan serta dalam gerakan pengembangan ekonomi syari’ah.
4.1.1.4 Legalitas Badan Hukum
a. Status Hukum : Koperasi Syari’ah
b. Nomor Akta : No.51826BHDis KUK
c. Nomor Domisili : No.51742-Kel.PT2010
d. Nomor NPWP : No.02.289.745.8-411.000
e. Nomor TDP : No.30.08.2.65.00016
f. Nomor SIUP : No.503000677-BP2T30-08PKVII2010
4.1.1.5 Struktur Organisasi
Berikut adalah struktur organisasi BMT Al-Munawwarah Cabang Pamulang Timur.
Gambar 4.2 Struktur Organisasi BMT Al-Munawwarah Cabang Pamulang Timur
4.1.2 Identifikasi Masalah
Pada hasil observasi yang dilakukan peneliti, sistem yang berjalan saat ini kurang membantu BMT dalam melakukan kegiatan pembiayaan. Sistem yang
dimiliki BMT hanya dapat digunakan sampai pembayaran angsuran saja, dan belum terintegrasi pada pengelolaan kolektibilitas serta restrukturisasi
pembiayaan. Pengelolaan kolektibilitas pembiayaan menjadi salah satu bagian yang penting dalam kegiatan pengawasan terhadap perkembangan pembiayaan
mitra, dimana proses tersebut digunakan untuk mengetahui kelancaran pembayaran angsuran. Dengan dapat diketahuinya kolektibilitas dari masing-
masing pembiayaan mitra, maka proses restrukturisasi atau penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat segera dilaksanakan, agar pembiayaan yang
bermasalah tersebut dapat kembali lancar.
Dalam proses pengelolaan kolektibilitas account officer menggunakan slip angsuran sebagai acuan dalam penggolongan kolektibilitas mitra dan tidak melihat
data angsuran mitra pada sistem. Pembuatan laporan tersebut dilakukan pada Ms. Excel
komputer yang tidak terintegrasi dengan sistem. Proses tersebut menyebabkan sering terjadinya kesalahan dalam penggolongan kolektibilitas yang
disebabkan oleh slip angsuran yang hilang dan tidak sesuai dengan data angsuran pada sistem, sehingga laporan kolektibilitas mitra harus dibuat ulang. Kemudian
pada pengelolaan restrukturisasi pembiayaan manager membuat laporan tersebut dengan Ms. Excel, belum adanya pencatatan mengenai restrukturisasi mitra
mengakibatkan tidak diketahuinya apakah calon mitra penerima pembiayaan pernah mengalami pembiayaan bermasalah atau tidak. Penggunaan dokumen
tertulis dalam pengajuan pembiayaan juga menjadi kendala dalam proses pengajuan pembiayaan, sering hilangnya dokumen atau terselip mengakibatkan
proses tersebut menjadi lebih lama, dan biaya yang dikeluarkan untuk dokumen- dokumen tersebut tidak sedikit. Berikut merupakan rich picture sistem berjalan: