22 1. Working Capital Total Asest Z
1
atau Modal Kerja Total Aktiva Z
1
. Modal kerja yang dimaksud dalam Z
1
adalah selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio Z
1
pada dasarnya adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut dapat negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.
2. Retained Earning Total Asset Z
2
atau Laba Ditahan Total Aktiva Z
2
. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi.
Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar
akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umunya akan menunjukkan hasil rasio yang
rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya. 3. Earning Before Interest and Tax Total Asset Z
3
atau Laba Sebelum Bunga dari Pajak Total Aktiva Z
3
. Rasio
tersebut mengukur
kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan
contributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indicator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada
kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah, piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa kuartal,
23 persediaan meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil
penagihan piutang, kredibilitas perusahan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu
yang ditetapkan. 4. Market Value Equity Book Value of Debt Z
4
atau Nilai Pasar dari Modal Nilai Buku Utang Z
4
. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa
dan saham preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang jangka panjang.
5. Sales Total Asset Z
5
atau Penjualan Total Aktiva Z
5
Rasio tersebut
mengukur kemampuan
manajemen dalam
menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
8. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar
kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari
besarnya biaya penilitian dan pengembangan. Semakin besar RD cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh Sartono, 2001 dalam
Ulkri, 2013. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara,
24 misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya
dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja. Menurut Ulkri 2013, pertumbuhan penjualan merupakan perubahan
penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang diatas rata-rata bagi suatu perusahan pada umumnya didasarkan pada
pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat pertumbuhan diatas rata-rata
dengan jalan meningkatkan pangsa pasar dari permintaan industri keseluruhan.
Perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Sales growh ratio atau rasio pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan Weston Copeland,
1992. Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan.
Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang
diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau tend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk
tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif
berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak
akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
25 Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang
mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasi bahwa auditee dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern.
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ketahun akan memberikan peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern GCAO.
Rasio pertumbuhan perusahaan digunakan untuk mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan. Data ini diperoleh dengan
menghitung sales growh ratio berdasarkan laporan labarugi masing-masing auditee hasil pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio dengan
rumus : Pertumbuhan Perusahaan = penjualan bersih
t
- penjual besih
t-1
Penjualan
t-1
9. Debt Default
Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi
kewajiban hutangnya default. Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor perusahaan untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada
waktu jatuh tempo Dyah Januarti 2007. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor
pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan tentunya banyak
dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu
26 kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi,
maka kreditor akan memberikan status default. Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan
laporan going concern. Dengan menambahkan variabel default hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukkan variabel-
variabel rasio keuangan saja. Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan
Church 1992 yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena
tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya
kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat
meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Dari 127 perusahaan yang menerima opini going concern pertama kalinya dari
tahun 1983 sampai 1986, sebanyak 98 perusahaan dalam keadaan default atau dalam proses restrukturisasi kewajibab hutang mereka, tujuannya adalah untuk
menghindari default selanjutnya. Sebaliknya, hanya satu dari 127 perusahaan didalam sampel kendali meliputi perusahaan-perusahaan yang setidaknya
memiliki satu karakteristik perusahaan bermasalah yaitu, modal kerja negatif, deficit dalam laba ditahan dan menerima opini bersih.
Pada penelitian tersebut ditemukan hubungan yang kuat antara variabel default dengan keputusan opini going concern. Hasil temuannya juga
27 menyatakan bahwa kesulitan dalam mentaati persetujuan hutang, fakta-fakta
pembayaran yang lalai atau pelanggan perjanjian, memperjelas masalah going concern suatu perusahaan. Dengan penelitian yang dilakukan Chen dan
Church tersebut menjelaskan debt default atau status default pada hutang berpengaruh pada pemberian opini going concern oleh auditor.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa Debt default adalah kegagalan debitor perusahaan untuk membayar hutang pokok dan
bunganya pada waktu jatuh tempo.
10. Opini Audit
Dalam melakukan penugasan umum, auditor memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum SPAP, 1994,
alinea 1. Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi
pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit
sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Opini audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Laporan auditor harus memuat suatau pernyataan pendapat mengenai