Latar Belakang S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2014
5 merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan bisnis di Amerika. Hal ini
terjadi karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor eksternal. Arthur Andersaden dipersalahkan sebagai penyebab
terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark-up pendapat dan menyembunyikan hutang lewat business
partnership. Akhirnya
KAP Andersen
ditutup disamping
harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum, uwi, 2009.
Kasus Enron, Worldcom, Xerox, Merck dan sebagainya sangat memukul profesi akuntan publik. Hal ini dapat dipahami karena auditor
merupakan pihak yang paling rentan tanggung jawabnya dalam menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan. Selain itu auditor juga bertanggung
jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern dalam
periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit.
Tidak hanya di Amerika, di Indonesia terjadi kasus yang hampir serupa. Kasus BLBI yang terungkap pada tahun 2000 merugikan negara lebih
dari 138 triliyun rupiah. Selain itu masih ada lagi kasus Bank Global yang terungkap pada tahun 2004. Supriyanto, 2008:1. Selanjutnya ada beberapa
perusahaan yang berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia BEI akan dihapus pencatatan saham apabila Perusahaan Tercatat mengalami sekurang-
kurangnya satu kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan going concern Terdapat
6 tujuh perusahaan yang telah di delisting pada tahun 2009 antara lain, PT
Singer Indonesia Tbk SING, PT Courts Indonesia Tbk MACO, PT Jasa Angkasa Semesta Tbk JASS, PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk
PROD, PT Tunas Alfin Tbk TALF, PT Bukaka Teknik Utama Tbk BUKK, PT Sekar Bumi Tbk SKBM. Pada 2010 BEI tercatat tidak
melakukan delisting, namun pada periode 2011-2013 terdapat 13 perusahaan yang kembali di delising yakni, PT New Century Development Tbk PTRA,
PT Aqua Golden Mississippi Tbk AQUA, PT Dynaplast Tbk DYNA, PT Anta Express Tour and Travel Sevice Tbk ANTA, PT Alfa Retailindo Tbk
ALFA, PT Katarina Utama Tbk RINA, PT Suryainti Permata Tbk SIIP, PT Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM, PT Surabaya Agung Industri Pulp
dan Kertas Tbk SAIP, PT Indo Setu Bara Resaources Tbk CPDW, PT Amsteloco Indonesia Tbk INCF, PT Panasia Filamen Inti Tbk PAFI dan
yang terakhir PT Panca Wirasakti Tbk PWSI, Nurfitriani, 2013. Belkaoui 2006 dalam Kurniati, 2012 menyatakan going concern
adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen dan
aktivitasnya yang berkelanjutan. Dasar tersebut memberi gambaran bahwa suatu entitas diharapkan mempunyai kemampuan beroperasi dalam jangka
waktu yang tidak terbatas atau tidak mengalami likuiditas untuk waktu selanjutnya. Going concern merupakan konsep pokok dalam bidang akuntansi
dan auditing.
7 Hasil penelitian oleh Kurniati 2012 bahwa opini audit going concern
dipengaruhi oleh prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasikan bahwa hanya prediksi
kebangkrutan yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan dan reputasi kantor akuntan publik
KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Penelitian yang dilakukan oleh Dyah dan Januarti 2011 bahwa opini audit going concern dipengaruhi oleh kualitas audit, debt default, opinion
shopping. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasikan bahwa hanya debt default yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern, sedangkan kualitas audit dan opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono 2013 bahwa opini audit going concern dipengaruhi oleh prediksi kebangkrutan, leverage, audit
sebelumnya, ukuran perusahaan. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasi bahwa prediksi kebangkrutan dan audit sebelumnya berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Berdasarkan uraian di atas, mengingat begitu besar pengaruh
diberikannya opini audit going concern atas laporan keuangan auditee yaitu hilangnya kepercayaan publik terhadap manajemen perusahaan dalam
8 mengelola bisnisnya, serta minimnya penelitian mengenai opini audit going
concern, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai opini audit going concern. Penelitian ini mengambil objek penelitian pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria. Periodesasi penelitian ini adalah tahun 2008 sampai
dengan 2012. Peneliti mengambil judul; Pengaruh Model Prediksi Kebangkrutan,
Pertumbuhan Perusahaan, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Kurniati 2012 mengenai prediksi kebangkrutan,
pertumbuhan dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan berpengaruh
signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan dan reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, variabel independen yang digunakan peneliti sebelumnya yaitu prediksi kebangkrutan,
pertumbuhan dan reputasi KAP. Sedangkan pada penelitian kali ini, peneliti menambahkan satu variabel independen yaitu debt default. Dan variabel
dependennya sama-sama menggunakan penerimaan opini audit going concern.