1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana mengukur perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan
Learn and Growth Perspective berdasarkan metode balanced scorecard BSC pengaruhnya terhadap kinerja sumber daya manusia pada PT. Excelcomindo Pratama,
Tbk – Regional Sumatera.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak kinerja sumber daya manusia dari karyawan PT. Excelcomindo Pratama, Tbk
– Regional Sumatera dari sisi perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan berdasarkan metode balanced scorecard BSC.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dipergunakan untuk: a.
Bagi PT. Excelcomindo Pratama, Tbk – Regional Sumatera, dimana hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi manajemen perusahaan untuk
melakukan penyesuaian ataupun perbaikan dalam pelaksanaan balanced scorecard dalam perusahaan..
b. Bagi Program studi Magister Ilmu Manajemen USU, merupakan tambahan
kekayaan penelitian studi kasus untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan.
Tirta Perdana : Analisis penerapan konsep balanced scorecard bsc sebagai suatu alat pengukuran kinerja sumber daya manusia di pt. Excelcomindo pratama, tbk regional sumatera, 2008.
USU Repository©2008
c. Peneliti penulis sendiri, sebagai bahan pembuktian teori bagi penulis yang
diperoleh dari bangku perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. d.
Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam meneliti dan mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.
1.5. Kerangka Berpikir
Konsep pengukuran kinerja yang tepat dan cocok dengan dunia usaha sangat diidamkan-idamkan oleh setiap perusahaan ataupun organisasi yang ingin unggul
dalam dunia persaingan. Sebab bila hanya fokus dengan ukuran keuangan saja, diyakini kurang mewakili karena memiliki beberapa kelemahan Mulyadi, 1997,
yaitu: 1.
Pendekatan finansial hanya bersifat historis sehingga hanya mampu memberikan indikator dari kinerja manajemen dan tidak mampu sepenuhnya
menuntun perusahaan kearah yang lebih baik. 2.
Pengukuran finansial lebih berorientasi kepada manajemen operasional dan kurang mengarah kepada manajemen strategis.
3. Pengukuran finansial tidak mampu mempresentasikan kinerja intangible
assets yang merupakan bagian struktur aset perusahaan. Selanjutnya menurut penelitian Srimindarti dalam Balanced Scorecard
sebagai alternatif untuk mengukur kinerja menyatakan bahwa penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan merangsang serta
menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja
Tirta Perdana : Analisis penerapan konsep balanced scorecard bsc sebagai suatu alat pengukuran kinerja sumber daya manusia di pt. Excelcomindo pratama, tbk regional sumatera, 2008.
USU Repository©2008
pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, metode pengukuran kinerja dalam perusahaan harus terus-
menerus diperbaharui sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Menurut Andreasson Svartling 1999 menyatakan bahwa:”The Balanced
Scorecard provides a new way to manage more of company’s resources than just financial. It was one of the first management controls to use with the aim to change
management awareness into focusing on both strategy and long term success, and short term financial earnings. The changed focus is achieved by a widened scope for
essential management activities and process for future competitiveness.
Selanjutnya menurut Niven 2005 menyatakan bahwa balanced scorecard
tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja namun juga bermanfaat untuk merencanakan, melaksanakan serta mengawasi strategi. Karena dalam prakteknya,
strategi hebat yang sudah ditentukan perusahaan, ternyata belum tentu bisa dilaksanakan. Menurut hasil penelitian Kaplan dan Norton dalam Niven 2005,
diperoleh keterangan bahwa: 1.
Hanya 5, dari total keseluruhan karyawan yang mengerti, memahami serta melaksanakan kegiatan sesuai strategi perusahaan. Hal ini disebabkan minimnya
komunikasi antara pimpinan dan bawahannya mengenai visi dan misi perusahaan. 2.
Hanya 25 manajer perusahaan yang mendapat insentif terkait dengan strategi yang dilaksanakannya. Hal ini terjadi karena reward manajemen belum jelas.
3. Hanya 85 waktu yang diluangkan oleh eksekutif perusahaan untuk berdiskusi
selama satu jam waktunya untuk membahas strategi perusahaan. 4.
Hanya 40 saja, perusahaan mengkaitkan budget anggaran yang disiapkan dengan rencana strategi perusahaan.
Tirta Perdana : Analisis penerapan konsep balanced scorecard bsc sebagai suatu alat pengukuran kinerja sumber daya manusia di pt. Excelcomindo pratama, tbk regional sumatera, 2008.
USU Repository©2008
Jadi dari penelitian tersebut, terlihat bahwa masih banyak sumber daya yang ada dalam perusahaan belum memfokuskan diri terhadap hal yang penting, dan hanya
beroperasi apa adanya dan kemudian berdiskusi bila terdapat perubahan yang besar. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, terdapat
beberapa indikator yang menjadi bagian penting dalam keberhasilan perspektif ini. Indikator tersebut adalah kepuasan karyawan, pelatihan, tingkat turnover, dan
produktivitas karyawan. Menurut Blau, dalam Panggabean 2004 kepuasan kerja adalah kepuasan terhadap setiap perlakuan yang mereka terima di tempat kerja,
termasuk kepuasan terhadap evaluasi pekerjaan, seleksi, pemberian fasilitas dan tunjangan benefits, insentif, atau pemberhentian, dan kepuasan kerja bukan
merupakan konsep yang berdimensi tunggal, melainkan berdimensi jamak. Seseorang bisa saja merasa puas dengan dimensi yang satu, namun tidak puas dengan
dimensinya yang lain. Menurut Pangabean 2004 pelatihan dapat di definisikan sebagai suatu cara
yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang. Adapun langkah-langkah dalam
pelatihan terdiri atas, analisis kebutuhan, rancangan instruksional, validasi, implementasi dan evaluasi.
Turnover karyawan merupakan hal yang ingin di hindari oleh perusahaan, dikarenakan dengan tingginya nilai turnover ini akan menyebabkan biaya rekrutmen,
training yang sudah diberikan hilang akibat keluarnya karyawan perusahaan, dan biaya psikologis lainnya bagi perusahaan diantaranya kehilangan karyawan berbakat
Tirta Perdana : Analisis penerapan konsep balanced scorecard bsc sebagai suatu alat pengukuran kinerja sumber daya manusia di pt. Excelcomindo pratama, tbk regional sumatera, 2008.
USU Repository©2008
dan kemungkinan karyawan tersebut masuk ke perusahaan pesaing, sehingga memungkinkan akan merugikan perusahaan suatu saat nanti.
Produktivitas karyawan perusahaan harus dipacu oleh seluruh pimpinan perusahaan, karena dengan demikian perusahaan akan beroperasi dengan maksimal.
Jika terdapat unit maupun pribadi karyawan perusahaan yang belum memiliki produktivitas tinggi, maka tugas pimpinanlah untuk memberikan motivasi, pelatihan,
dan seterusnya kepada karyawan tersebut. Dengan penerapan balanced scorecard, nantinya sumber daya yang ada di
perusahaan baik itu sumber daya manusia, finansial, teknologi, informasi, produk, dan lain-lain, dapat seluruhnya difokuskan sesuai dengan strategi untuk mencapai visi
dan misi perusahaan tadi. Sehingga tidak ada sumber daya yang mengangur karena kurang produktivitas, ataupun sumber daya yang sia-sia karena salah dalam
penempatan dan pelaksanaannya. Scorecard yang dimiliki oleh masing-masing karyawan perusahaan pada
dasarnya memiliki pengukuran dari 4 perspektif, sehingga terjadi kesamarataan antar sesama karyawan. Diharapkan bila semua pihak melaksanakan bersama-sama
scorecard yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing, maka akan diperoleh kinerja perusahaan yang berlipat ganda.
Tirta Perdana : Analisis penerapan konsep balanced scorecard bsc sebagai suatu alat pengukuran kinerja sumber daya manusia di pt. Excelcomindo pratama, tbk regional sumatera, 2008.
USU Repository©2008
Sumber: Mulyadi, 2001
Gambar 1.1: Kerangka Balanced Scorecard
ROCE return on capital employed merupakan suatu hasil dalam perspektif finansial dari rantai sebab akibat yang dimulai dari pembelajaran dan pertumbuhan,
internal bisnis proses, yang akhirnya ke tangan konsumen sehingga memberikan dampak kepuasan bagi konsumen yang akhirnya memotivasi pelanggan untuk
membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Finansial
Konsumen
Internal Bisnis Proces
Pembelajaran dan
Pertumbuhan ROCE
Loyalitas Pelanggan
Keahlian Pekerja
Proses Mutu
Penyerahan Tepat Waktu
Proses Siklus Waktu
Tirta Perdana : Analisis penerapan konsep balanced scorecard bsc sebagai suatu alat pengukuran kinerja sumber daya manusia di pt. Excelcomindo pratama, tbk regional sumatera, 2008.
USU Repository©2008
Berikut adalah gambaran kerangka berpikir penelitian ini:
Gambar 1.2: Kerangka Pemikiran Analisis Balanced Scorecard Sebagai x xx
xxxxxxxxxxx Suatu Alat Pengukuran Kinerja Sumber daya Manusia di PT.
Xx xx
Excelcomindo Pratama, Tbk – Regional Sumatera
1.6. Hipotesis