Beras Analog dari Tepung Ubi Kayu

Penelitian yang dilakukan Hindarto Putra 2012 menggunakan bahan dasar tepung pisang goroho Musa acuminate yang banyak terdapat di Sulawesi Utara. Kandungan karbohidrat dalam pisang goroho cukup tinggi sehingga pisang ini dapat dijadikan dasar pembuatan beras analog. Ubi jalar juga dapat digunakan sebagai dasar pembuatan beras analog. Hampir semua varietas ubi jalar pernah digunakan dalam pembuatan beras analog. Ubi jalar yang akan diolah menjadi beras analog dikukus dalam jangka waktu tertentu. Kemudian dilakukan pencampuran dengan bahan lain dan dibentuk menyerupai butiran beras. Beras analog ini kemudian dijemur sampai kering. Ubi jalar mengandung zat gizi yang sangat baik sehingga beras analog yang dihasilkan juga memiliki kandungan gizi yang masih baik Hasnelly, dkk, 2013. Tahapan proses dalam pembuatan beras analog adalah sebagai berikut. 1. Pencampuran Proses pencampuran dilakukan dengan mencampur bahan dasar yaitu bahan pangan pokok nonberas dan bahan pengikat yang berfungsi untuk menjaga agar beras yang dihasilkan memiliki tekstur yang keras seperti beras. Pencampuran harus mendapatkan adonan yang tidak terlalu encer atau terlalu kering atau seperti tekstur adonan pembuatan biskuit. 2. Pembentukan beras Pembentukan beras analog dari adonan dapat dilakukan menggunakan mesin pembuat beras analog. Adonan dimasukkan ke dalam mesin yang digerakkan dengan tenaga listrik melalui sebuah corong yang ada di bagian atas alat. Adonan tersebut akan keluar dari lubang kecil seukuran beras. 3. Pemotongan Adonan yang terbentuk pipih memanjang kemudian dipotong kecil-kecil hingga menyerupai beras. 4. Pengeringan Beras analog yang sudah dibuat dijemur sampai kering dan mengeras. Beras analog yang sudah jadi dapat ditanak dengan cara dikukus. Sebelum dikukus beras direndam selama 5 menit. Saat proses pengukusan, beras disiram dengan air sedikit demi sedikit dan merata agar nasi yang dihasilkan tidak terlalu keras atau terlalu lembek.

2.5 Uji Organoleptik

Uji organoleptik atau yang sering disebut evaluasi sensori adalah penilaian terhadap suatu produk makanan untuk memperoleh warna, tekstur, rasa dan penampakan dengan menggunakan indera manusia. Uji ini dilakukan oleh panelis atau pencicip yang dianggap paling peka. Penilaian ini dilakukan untuk menilai mutu berbagai jenis makanan. Uji organoleptik ada empat jenis yaitu, uji pembedaan defferent test, uji pemilihanpenerimaan preference testacceptance test, uji deskripsi descriptive test, uji skalar. 1. Uji Pembedaan defferent test Uji pembedaan digunakan untuk melihat perbedaan sensorik diantara beberapa contoh sampel. Uji ini menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan produk untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan dua produk dengan komoditas yang sama. Hasil uji ini akan efektif jika sifat dan criteria yang diujikan jelas dan dipahami panelis. Keandalan realiabilitas dari uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis. Pengujian pembedaan ini meliputi: Uji pasangan Paired comparisonDual comparation, Uji segitiga Triangle test, Uji duo-tri, Uji pembanding ganda Dual standard, Uji pembanding jamak Multiple standard, Uji rangsangan tunggal Single stimulus, Uji pasangan jamak Multiple pairs, Uji tunggal. 2. Uji PemilihanPenerimaan preference testacceptance test Uji penerimaan digunakan untuk melihat penilaian rasa suka seseorang terhadap sifat atau kualitas suatu bahan. Dalam pengujian ini, panelis memberikan tanggapan pribadi suka atau tidaknya terhadap sifat sensoris bahan yang dinilai. Uji ini lebih subjektif dari uji pembedaan. Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik dapat diterima oleh masyarakat tetapi hasil uji ini tidak dapat menjamin suatu komoditi akan mudah dipasarkan. Uji penerimaan ini meliputi: Uji kesukaan atau uji hedonik dan Uji mutu hedonik. 3. Uji Skalar Dalam uji ini panelis diminta menyatakan besaran tanggapan yang diperolehnya. Besarannya dapat diberikan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala numerik. Besaran skalar digambarkan dalam dua bentuk