Hubungan antara Status Gizi IMT dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Hubungan antara Riwayat Penyakit dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja

6.11. Hubungan antara Riwayat Pekerjaan dengan Kapasitas Vital Paru

Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014 Riwayat pekerjaan dapat digunakan sebagai cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Pekerjaan sebelumnya mempunyai kemungkinan bahwa penyakit yang sekarang diderita merupakan akibat dari faktor-faktor penyebab penyakit yang ada pada lingkungan kerja sebelumnya Suma’mur, 1996. Suma’mur 1996 juga menjelaskan bahwa pekerja yang memiliki riwayat kerja yang menghadapi debu berbahaya atau yang dapat menyebabkan pneumokoniosis, misalnya pernah bekerja di pertambangan, pabrik keramik, dan lainnya serta makin banyaknya penimbunan debu dalam paru-paru maka memiliki kemungkinan terjadi gangguan fungsi paru yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis univariat, diketahui gambaran pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu yaitu lebih banyak yang tidak memiliki riwayat pekerjaan dengan paparan debu sebesar 83,3. Kemudian hasil analisis bivariat diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,493 yang artinya tidak ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu. Hal ini diperkirakan karena distribusi pekerja yang tidak pernah memiliki riwayat pekerjaan lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang pernah memiliki riwayat pekerjaan dengan besar 83,3. Jika dilihat dari hasil analisis bivariat pada semua variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru pekerja bengkel las, hasil yang memiliki tingkat signifikansi tertinggi yaitu faktor umur Pvalue = 0,000 dan faktor kebiasaan merokok Pvalue = 0,000. 99

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Gambaran kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 menunjukkan rata-rata KVP 74,12, dengan standar deviasi 10,666. Kapasitas vital paru minimum adalah 51 dan kapasitas vital paru maksimum 92. 2. Gambaran paparan kadar debu total pada bengkel las di lingkungan kerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 menjukkan rata-rata 6,222 mgm 3 , dengan standar deviasi 3,675. Kadar debu minimum adalah 0,454 mgm 3 dan kadar debu maksimum adalah 11,142 mgm 3 dengan nilai ambang batas NAB 10 mgm 3 . 3. Gambaran umur pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 menunjukkan rata-rata 40 tahun, dengan standar deviasi 9,194. Umur pekerja termuda adalah 22 tahun dan tertua adalah 63 tahun. 4. Gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 menunjukkan rata-rata 6 tahun, dengan standar deviasi 3,490. Masa kerja minimum adalah 1 tahun dan masa kerja maksimum adalah 14 tahun. 5. Gambaran jumlah jam kerja pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu menunjukkan rata-rata 42 jam, dengan standar deviasi 2,586. Jumlah kerja per minggu minimum adalah 40 jam dan jumlah kerja per minggu maksimum adalah 48 jam. 6. Gambaran pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 yang merokok sebesar 88,1. 7. Gambaran pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 yang kebiasaan olahraga 3 kali seminggu sebesar 61,9. 8. Gambaran pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 yang memiliki status gizi IMT tidak berisiko sebesar 85,7. 9. Gambaran pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 yang tidak pernah memiliki riwayat penyakit sebesar 92,9. 10. Gambaran pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014 yang tidak pernah memiliki riwayat pekerjaan sebesar 83,3. 11. Ada hubungan antara paparan kadar debu total Pvalue 0,029, umur Pvalue 0,000, masa kerja Pvalue 0,014, jumlah jam kerja per minggu Pvalue 0,012, dan kebiasaan merokok Pvalue 0,000 dengan kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu tahun 2014.