a. Berisiko IMT 18,5 dan 25 b. Tidak beresiko IMT 18,5-25
Langkah pengukurannya adalah sebagai berikut: a. Mengukur berat badan dengan timbangan berat badan.
b. Mengukur tinggi badan dengan microtoise. c. Setelah didapatkannya data berat dan tinggi badan responden,
maka data tersebut dimasukkan ke dalam rumus IMT untuk diketahuinya status gizi responden.
7. Riwayat Penyakit Data mengenai riwayat penyakit diperoleh melalui kuesioner
kepada pekerja. Dari berbagai macam penyakit khususnya yang menyerang pernapasan seperti asma, bronkitis, pneumonia, TBC, dan flu
alergi.
8. Kadar Debu Total
Melakukan pengukuran kadar debu total di lingkungan tempat kerja pada pertengahan waktu kerja siang hari dengan menggunakan alat
Haz Dust Model EPAM 5000. Pengukuran dilakukan oleh peneliti didampingi oleh laboran. Titik sampel yang diukur adalah titik terdekat di
mana responden bekerja ketika melakukan pengelasan.
Adapun cara pengukuran kadar debu total di lingkungan tempat kerja, sebagai berikut :
a. Siapakan alat Haz Dust Model EPAM 5000 dengan baterai terisi penuh.
b. Hidupkan alat dengan menggunakan tombol ONOFF c. Setting tanggal dan waktu jika belum tepat.
d. Memilih besar partikel pada lingkungan kerja yang diteliti PM 10.0 μm .
e. Lakukan kalibrasi pada alat Haz Dust Model EPAM 5000 dengan flow rate 4 liter per menit.
f. Menetapkan waktu pengambilan data setiap 1 menit selama 60 menit.
g. Melakukan sampling dengan menekan tombol Run. h. Mengecek kembali data yang telah dimasukkan.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan teknik wawancara. Adapun isi dalam kuesioner tersebut
untuk mendapatkan data pribadi pekerja bengkel las berupa nama, umur, riwayat penyakit, kebiasaan olahraga, serta masa kerja. Di dalam penelitian
tersebut terdapat beberapa jenis pengukuran yang dilakukan, yaitu pengukuran
berat badan dengan menggunakan timbangan injak, pengukuran tinggi badan dengan microtoise, pengukuran spirometri untuk mengetahui kapasitas vital
paru responden dengan Minato Autospiro AS-505 dan pengukuran kadar debu total di lingkungan kerja dengan menggunakan Haz Dust Model EPAM 5000.
Hasil dari pengukuran-pengukuran tersebut dicatat pada lembar kuesioner dengan jenis form atau isian.
Gambar 4.1 Spirometer Minato Autospiro AS-505 kiri dan EPAM 5000 kanan
4.6. Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul akan diolah melalui tahap-tahp sebagai berikut:
1. Mengkode data data coding Proses pengklasifikasian data dan pemberian kode jawaban
responden, dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data selanjutnya. Dimana coding dilakukan pada kuesioner,
jika nilai hasil pengukuran kapasitas vital paru ada gangguan restriksi, campuran dan obstruksi pengkodean = 0, bila tidak ada gangguan
normal = 1. Semua variabel independen pun dikodekan. Yaitu :
a. Kebiasaan merokok; 0 = merokok, 1 = tidak merokok. b.
Kebiasaan olahraga; 0 = 3 kali seminggu, 1 = ≥ 3 kali seminggu c. Status gizi; berisiko bila IMT 18,5 dan 25 = 0, tidak berisiko bila
IMT 18,5-25 = 1. d. Riwayat penyakit; 0 = pernah mengalami, 1 = tidak pernah mengalami
e. Riwayat pekerjaan; 0 = ya, 1 = tidak. 2. Menyunting data data editing
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian
setiap jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.
3. Memasukkan data data entry Memasukkan data dari hasil kuesioner dan hasil pengukuran yang
telah diberikan kode pada masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis data dengan memasukan data-data tersebut dengan program SPSS
untuk dilakukan analisis univariat untuk mengetahui gambaran secara umum, dan bivariat mengetahui variabel yang berhubungan.
4. Membersihkan data data cleaning Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk
memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
4.7. Teknik Analisis Data
1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang digunakan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
2. Analisa Bivariat Analisis bivariat menggunakan uji statistik untuk menguji
hipotesis penelitian. Analisis bivariat menggunakan uji t-test independent dan korelasi Pearson. Untuk pengujian t-test independent dan korelasi
Pearson jika Pvalue ≤ 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukan
bahwa adanya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Kemudian tabulasi silang dilakukan pada semua variabel
yang akan dianalisis. Adapun analisis uji t-test independent ini antara variabel kapasitas vital paru dengan variabel kebiasaan merokok,
kebiasaan olahraga, status gizi IMT, riwayat penyakit, dan riwayat pekerjaan, serta analisis uji korelasi Pearson antara variabel kapasitas vital