Volume dan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah volume tidal VC = IRV + ERV + TV. c. Kapasitas Paru Total Total Lung Capasity = TLC, adalah kapasitas vital ditambah volume sisa TLC = VC + RV atau TLC = IC + ERV + RV. d. Kapasitas Residu Fungsional Functional Residual Capasity = FRC , adalah volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa FRC = ERV + RV. 3. Pengukuran Faal Paru Pemeriksaan faal paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu menggunakan spirometer, karena pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi, cukup sensitif, tidak invasif dan cukup dapat memberi sejumlah informasi yang handal. Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui semua volume paru kecuali volume residu, semua kapasitas paru kecuali kapasitas paru yang mengandung kompenen volume residu. Dengan demikian dapat diketahui gangguan fungsional ventilasi paru dengan jenis gangguan digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu Mengkidi, 2006: a. Gangguan faal paru obstruktif, yaitu hambatan pada aliran udara yang ditandai dengan penurunan VC dan FVCFEV 1 . b. Gangguan faal paru restriktif, adalah hambatan pada pengembangan paru yang ditandai dengan penurunan pada VC, RV dan TLC. Dari berbagai pemeriksaan faal paru, yang sering dilakukan adalah Mengkidi, 2006 : a. Vital Capasity VC Adalah volume udara maksimal yang dapat dihembuskan setelah inspirasi maksimal. Ada dua macam vital capasity berdasarkan cara pengukurannya, yaitu : pertama, Vital Capasity VC, subjek tidak perlu melakukan aktifitas pernapasan dengan kekuatan penuh, kedua Forced Vital Capasity FVC, dimana subjek melakukan aktifitas pernapasan dengan kekuatan maksimal. Berdasarkan fase yang diukur VC dibedakan menjadi dua macam, yaitu : VC inspirasi, dimana VC hanya diukur pada fase inspirasi dan VC ekspirasi, diukur hanya pada fase ekspirasi. Pada orang normal tidak ada perbedaan antara FVC dan VC, sedangkan pada kelainan obstruksi terdapat perbedaan antara VC dan FVC. VC merupakan refleksi dari kemampuan elastisitas atau jaringan paru atau kekakuan pergerakan dinding toraks. VC yang menurun merupakan kekakuan jaringan paru atau dinding toraks, sehingga dapat dikatakan pemenuhan compliance paru atau dinding toraks mempunyai korelasi dengan penurunan VC. Pada kelainan obstruksi ringan VC hanya mengalami penurunan sedikit atau mungkin normal. b. Forced Expiratory Volume in 1 Second FEV 1 Yaitu besarnya volume udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi pertama pada orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80 dari nilai VC. Fase detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase- fase selanjutnya. Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama tersebut. Interpretasi tidak didasarkan nilai absolutnya tetapi pada perbandingan dengan FCVnya. Bila FEV 1 FCV kurang dari 75 berarti abnormal. Pada penyakit obstruktif seperti bronkitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan FEV 1 yang lebih besar dibandingkan kapasitas vital kapasitas vital mungkin normal sehingga rasio FEV 1 FEV kurang dari 75. c. Peak Expiratory Flow Rate PEFR PEFR adalah aliran udara maksimal yang dihasilkan oleh sejumlah volume tertentu. PEFR dapat menggambarkan keadaan saluran pernapasan, apabila PEFR berarti ada hambatan aliran udara pada saluran pernapasan. Pengukuran dapat dilakukan dengan Mini Peak Flow Meter atau Pneumotachograf.

2.3. Debu Industri

Debu adalah partikel yang dihasilkan oleh proses mekanisme seperti penghancuran batu, pengeboran, peledakan yang dilakukan pada tambang timah putih, tambang besi, batu bara, pengecatan mobil, dan lain-lain Ahmadi, 1990. 1. Golongan debu terdiri atas dua yaitu: a. Padat solid 1 Dust Terdiri atas berbagai ukuran mulai dari yang sub mikroskopik sampai yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhisap ke dalam sistem pernapasan 100 mikron bersifat dapat terhisap ke dalam tubuh. 2 Fumes Fumes atau uap logam adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau kondensasi. Pemanasan berbagai logam menghasilkan uap logam yang kemudian berkondensasi menjadi partikel-partikel metal fumes contoh: Cadmium Cd dan Timbal Pb. 3 Smoke Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna dan berukuran 0,5 mikron. b. Cair Liquid Partikel cair biasanya disebut mist atau fog awan yang dihasilkan melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray atau obat nyamuk semprot. 2. Debu industri yang terdapat di udara terbagi dua yaitu Ahmadi, 1990 : a. Particulate matter Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan segera mengendap karena daya tarik bumi. b. Suspended particulate matter Adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. 3. Sifat-sifat debu dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan sebagai berikut Muchtler, 1973 : a. Sifat pengendapan setting rate Sifat debu cenderung selalu mengendap karena adanya gaya gravitasi Bumi. Namun karena terkadang debu ini relatif tetap berada di udara, debu yang mengendap mempunyai proporsi partikel lebih besar daripada yang terdapat di udara. b. Sifat permukaan basah wetting Sifat permukaan debu cenderung selalu basah karena dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. c. Sifat penggumpalan floculation Permukaan debu dapat menempel satu dengan yang lain dan dapat menggumpal. Turbulensi udara meningkatkan pembentukan penggumpalan. d. Sifat optis optical properties Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang bisa terlihat dalam kamar gelap. e. Sifat listrik electrical Sifat memiliki kutub positif dan negatif yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan, ini mempercepat penggumpalan debu. 4. Macam-macam debu Pembagian debu berdasarkan sifat dan efeknya secara garis besar ada tiga macam debu, yaitu Ferdiaz, 1992: a. Debu organik, seperti debu kapas, debu daun-daunan tembakau dan sebagainya. b. Debu mineral yang mempunyai senyawa komplek seperti SiO 3 , arang batu dan sebagainya c. Debu metal, seperti timah hitam, merkuri, cadmium, arsen, dan lain-lain. 5. Ukuran partikel debu Kepmenkes, 2008 a. Ukuran diameter 5µm akan mengendap di hidung, nasofaring, trakea, dan percabangan bronkus. b. Ukuran diameter 2µm akan berhenti di bronkiolus respiratorius dan alveolus. c. Ukuran diameter 0,5µm tidak mengendap pada saluran pernapasan namun akan dikeluarkan kembali.

2.4. Dampak Inhalasi Uap Logam

Uap seng atau uap-uap logam lainya, yang terjadi pada pengelasan, pemotongan, pelelehan dan peleburan logam dapat mengakibatkan demam uap logam. Tanda-tanda dan gejala-gejala terpenting pada penyakit tersebut adalah