HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN

xiv DAFTAR GRAFIK Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014 59 Grafik 5.2 Gambaran Frekuensi Kadar Debu Total pada Lingkungan Kerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014 61 Grafik 5.3 Gambaran Frekuensi Masa Kerja di Kelurahan Cirendeu Berdasarkan 10 Tahun Bekerja, Tahun 2014 64 Grafik 5.4 Gambaran Frekuensi Klasifikasi Merokok Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014 65 xv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Sistem Pernapasan 11 Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian 35 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 39 Gambar 4.1 Spirometer Minato Autospiro AS-505 dan EPAM 5000 53 Gambar 6.1 Welding fumes respiratory dan dust respiratory 82 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiaran 1 Pemberian Izin Penelitian dari Kelurahan Lampiaran 2 Foto Pengambilan Data Lampiaran 3 Output Analisis Univariat dan Bivariat Lampiaran 4 Kuesioner Penelitian 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam memasuki Era Globalisasi, upaya keselamatan dan kesehatan kerja harus mendapatkan perhatian yang serius bagi dunia industri, hal ini dikarenakan dengan adanya kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja, peledakan dan kebakaran serta pencemaran lingkungan kerja, akan menurunkan kredibilitas dari suatu perusahaan tersebut di mata pembeli atau pemakai produknya. Mengenai upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Selanjutnya dengan perkembangan dunia industri maka dirasa perlu melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, yang pada dasarnya ialah bagaimana cara melaksanakan industri atau berproduksi dengan aman, nyaman, tidak ada gangguan kecelakaan kerja termasuk peledakan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan kerja Rahayu, 2008. Riset yang dilakukan badan dunia ILO pada tahun 2003 menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berakibatkan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun Rahayu, 2008. Industri pengelasan pada umumnya merupakan industri informal. Industri informal biasanya dikelola oleh perorangan dengan teknologi yang masih sederhana, tanpa banyak tersentuh oleh peraturan perundangan, sehingga segala peraturan yang berkaitan dengan perlindungan kesehatan dan keselamatan terhadap tenaga kerja serta masyarakat sekitarnya kurang mendapat perhatian Yulaekah, 2007. Industri pengelasan menghasilkan polutan hasil dari kegiatan industri yang berupa gas dan partikulat yang berisiko terhadap kesehatan manusia. Efek terhadap kesehatan dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya keterpajanan. Polutan tersebut merupakan hasil dari proses pengelasan. Asap yang terbentuk saat proses pengelasan terdiri dari berbagai campuran logam seperti besi Fe, mangan Mn, kromium Cr, dan nikel Ni. Dalam konsentrasi yang besar, partikulat dari asap pengelasan dapat menimbulkan paparan pada pekerja secara intensif. Efek pernapasan pada pekerja pengelasan yang di antaranya adalah bronkhitis, iritasi saluran napas, demam asap logam, dan perubahan fungsi paru Deviandhoko, 2012. Partikulat dalam asap pengelasan besarnya berkisar antara 0 ,2 μm sampai dengan 3 μm. Butir asap pengelasan yang besarnya 0,5 μm atau lebih bila terhisap akan tertahan oleh bulu hidung dan bulu pipa pernapasan, sedangkan yang lebih halus akan terbawa masuk ke paru-paru, dimana sebagian akan dihembuskan keluar kembali dan sebagian menempel pada paru paru yang dapat menimbulkan beberapa penyakit pernapasan Deviandhoko, 2012. Berbagai studi tentang partikulat dalam asap pengelasan yang berhubungan dengan gangguan pernapasan antara lain menurut penelitian Amelia 2010 bahwa efek pernapasan terlihat pada pekerja pengelasan yang bekerja penuh di antaranya bronkhitis, iritasi saluran napas, demam asap logam, perubahan fungsi paru, dan meningkatkan kemungkinan timbulnya kanker paru. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Muliarta 2008, menjelaskan bahwa pada proses pengelasan menghasilkan gas, fumes dan bahan kimia toksik seperti partikel logam yang dilepaskan ke dalam atmosfer. Baik nitrogen dioksida, ozon, dan beberapa fumes dari logam bersifat sebagai oksidan atau radikal bebas sehingga dihasilkan berbagai jenis Reactive Oxygen Species ROS dan Reactive Nitrogen Species RNS. ROS dan RNS dapat mempengaruhi fungsi paru secara akut. Paparan berbagai hazard yang menghasilkan ROSRNS dapat mempengaruhi fungsi paru secara akut. ROSRNS dapat secara langsung merusak epitel alveoli atau merangsang inflamasi Deviandhoko, 2012. Dari beberapa teori diketahui bahwa, gangguan fungsi paru pada pekerja pengelasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu karakteristik individu, pekerjaan dan lingkungan. Karakteristk individu diantaranya adalah umur, jenis kelamin, status gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, riwayat penyakit, riwayat pekerjaan. Faktor pekerjaan diantaranya adalah masa kerja, lama kerja per minggu, penggunaan masker, dan dari faktor lingkungan adalah paparan kadar debu total. Dengan demikian, pekerjaan pengelasan mempunyai resiko terjadinya gangguan fungsi paru bagi pekerjanya Budiono, 2007. Terdapat beberapa penelitian mengenai kapasitas vital paru pada pekerja las diantaranya dilakukan oleh Deviandhoko 2012 yang menyatakan sebanyak 24,4 dari 78 orang pekerja mengalami gangguan fungsi paru yang diukur melalui kapasitas vital paru. Prasetyo 2010 dalam penelitiannya juga diketahui sebanyak 37,8 dari 37 pekerja bengkel las di kelurahan Pisangan mengalami restriksi paru. Pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu merupakan pekerjaan yang berisiko terjadinya penurunan kapasitas vital paru. Pekerja bengkel las melakukan pengelasan dengan jenis las listrik berdiameter elektroda besar 2,6 mm, pemotongan, penghalusan besi, pengepoksian, dan pengecatan. Sehingga proses pekerjaan yang dilakukan menghasilkan partikulat yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Berdasarkan informasi dari pengelola