Hubungan antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja

pekerja las yang cukup lama terlibat dalam aktivitas pekerjaannya, berpotensi menghirup debu lebih banyak jika dibandingkan dengan pekerja las yang tidak lama terlibat dalam aktivitas pekerjaannya. Pada penelitian ini, rata-rata jumlah jam kerja pekerja bengkel las menunjukkan rata-rata 42 jam, dengan standar deviasi 2,586. Berarti jumlah jam kerja per minggu ini melebihi jumlah jam kerja per minggu normal yaitu 40 jam. Dalam penelitian ini, terlihat bahwa semakin banyak jumlah jam kerja per minggu pekerja maka semakin menurun kapasitas vital parunya, ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasinya yang berkekuatan sedang dan berpola positif R = 0,389. Kemudian hasil uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan nilai Pvalue sebesar 0,012 yang artinya ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Deviandhoko 2012 di mana tidak ada hubungan antara lama kerja dengan gangguan fungsi paru yang diukur dengan nilai kapasitas vital paru dengan Pvalue sebesar 0,609. Kontribusi jumlah jam kerja per minggu terhadap penurunan kapasitas vital paru sebesar 14,7 dan sisanya dijelaskan oleh variabel yang lain. Menurut persamaan garis yang diperoleh, kapasitas vital paru lambat-laun akan tetap menurun tanpa adanya jumlah jam kerja per minggu sebesar 6,89 kali karena faktor lain, tetapi apabila masa kerja bertambah 1 jam per minggu saja, maka risiko menurunnya kapasitas vital paru akan bertambah sebesar 1,58 kali. Jumlah jam kerja per minggu dapat berhubungan dengan kapasitas vital paru dikarenakan kebanyakan pekerja bekerja lebih dari 40 jam per minggu sebanyak 16 pekerja dan mendapatkan dosis debu yang tinggi hasil dari pengelasan serta gaya hidup yang buruk seperti kebiasaan merokok. Untuk waktu bekerja yang lebih dari 40 jam seminggu kecil kemungkinan dapat dikurangi maka jalan yang dapat ditempuh yaitu mengurangi paparan kadar debu total di lingkungan kerja dengan cara penggunaan exhaust agar debu hasil pengelasan lebih cepat keluar dari lingkungan kerja serta mewajibkan menggunakan masker debu ketika bekerja untuk mengurangi paparan debu. Melakukan larangan merokok ditempat kerja, karena asap rokok mengandung zat kimia yang dapat menimbulkan penyakit obstruksi saluran napas kronik Mawi, 2005.

6.7. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru

Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014 Menurut Mannopo dalam Yulaekah 2007, merokok dapat menyebabkan perubahan struktur, fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas bear, sel mukosa membesar hipermetrofi dan kelenjar mukus bertambah banyak hiperplasia. Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Di dalam batang rokok terdapat 4800 macam bahan kimia beserta tuunannya yang berbahaya, beberapa diantaranya adalah nikotin, fenol, benzena, tar, karbon monoksida, karbon dioksida, toluena, amonia, metanol, dan lainnya Tirrosastro dan Murdiyati, 2009. Menurut Sitepoe 2000 zat kimia yang memberikan efek yang mengganggu paru-paru antara lain adalah tar, gas karbon monoksida dan berbagai logam berat. Tar mempunyai bahan kimia yang beracun yang bisa menyebabkan kerusakan pada sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Berdasarkan analisis univariat yang telah dilakukan, diketahui 37 dari 42 pekerja bengkel las merokok 88,1. Kemudian diklasifikasikan menjadi 4 kategori merokok, diantaranya adalah tidak merokok sebanyak 5 pekerja 11,9, perokok ringan sebanyak 3 pekerja 7,1, perokok sedang sebanyak 21 orang 50, dan perokok berat sebanyak 13 orang 31. Pekerja yang merokok, rata-rata mulai merokok ketika masih bersekolah dengan umur 12 tahun sehingga jika diurutkan dari usia pekerja termuda yaitu 22 tahun maka sudah 10 tahun merokok dan jika pekerja denga umur tertua yaitu 63 tahun maka sudah 51 tahun merokok. Berdasarkan data penelitian, terdapat 11 orang 26,19 yang merokok tetapi mereka tidak mengalami penurunan kapasitas vital paru. Hal tersebut