Hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru

status gizi IMT tidak berisiko sebesar 85,7. Kemudian hasil analisis bivariat dalam penelitian ini nilai Pvalue sebesar 0,456 yang artinya tidak ada hubungan antara status gizi IMT dengan kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Budiono 2007 dimana ada hubungan antara status gizi dengan gangguan fungsi paru yang diukur dengan nilai kapasitas vital paru dengan Pvalue sebesar 0,0001. Hal ini diperkirakan karena distribusi status gizi di bengkel las cukup baik di mana prevalensi yang tidak berisiko lebih besar dibandingkan dengan yang berisiko dengan besar 85,7. Jika dilihat dari hasil analisis bivariat pada semua variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru pekerja bengkel las, hasil yang memiliki tingkat signifikansi tertinggi yaitu faktor umur Pvalue = 0,000 dan faktor kebiasaan merokok Pvalue = 0,000.

6.10. Hubungan antara Riwayat Penyakit dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja

Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014 Menurut Price dalam Budiono 2007, Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu sedikit mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar oksigen dalam darah. Banyak ahli berkeyakinan bahwa emfisema kronik, pneumonia, asma bronkiale, tuberculosis dan sianosis akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja yang terpapar oleh debu organik dan anorganik. Penelitian Soedjono dan Nugraheni dalam Budiono 2007 diperoleh hasil bahwa pekerja yang mempunyai riwayat penyakit paru mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru. Berdasarkan hasil analisis univariat, diketahui gambaran riwayat penyakit pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu yaitu lebih banyak yang tidak memiliki riwayat penyakit paru sebesar 92,9. Kemudian hasil analisis bivariat diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,157 yang artinya tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Soedjono, Nugraheni dan Budiono di mana ada hubungan antara riwayat penyakit paru dengan ganguan fungsi paru dengan nilai Pvalue sebesar 0,015. Hal ini diperkirakan karena prevalensi pekerja yang tidak pernah memiliki riwayat penyakit lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang pernah memiliki riwayat penyakit dengan besar 92,9. Jika dilihat dari hasil analisis bivariat pada semua variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru pekerja bengkel las, hasil yang memiliki tingkat signifikansi tertinggi yaitu faktor umur Pvalue = 0,000 dan faktor kebiasaan merokok Pvalue = 0,000.

6.11. Hubungan antara Riwayat Pekerjaan dengan Kapasitas Vital Paru

Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014 Riwayat pekerjaan dapat digunakan sebagai cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Pekerjaan sebelumnya mempunyai kemungkinan bahwa penyakit yang sekarang diderita merupakan akibat dari faktor-faktor penyebab penyakit yang ada pada lingkungan kerja sebelumnya Suma’mur, 1996. Suma’mur 1996 juga menjelaskan bahwa pekerja yang memiliki riwayat kerja yang menghadapi debu berbahaya atau yang dapat menyebabkan pneumokoniosis, misalnya pernah bekerja di pertambangan, pabrik keramik, dan lainnya serta makin banyaknya penimbunan debu dalam paru-paru maka memiliki kemungkinan terjadi gangguan fungsi paru yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis univariat, diketahui gambaran pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu yaitu lebih banyak yang tidak memiliki riwayat pekerjaan dengan paparan debu sebesar 83,3. Kemudian hasil analisis bivariat diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,493 yang artinya tidak ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu. Hal ini diperkirakan karena distribusi pekerja yang tidak pernah memiliki riwayat pekerjaan lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang pernah memiliki riwayat pekerjaan dengan besar 83,3. Jika dilihat dari hasil analisis bivariat pada semua variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru pekerja bengkel las, hasil yang memiliki tingkat