Hubungan antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Bengkel

adalah 6 tahun dengan standar deviasi 3,490. Menurut Faridawati 2003, waktu yang dibutuhkan seseorang yang terpapar oleh debu untuk terjadinya gangguan fungsi paru kurang lebih selama 10 tahun. Hasil data tersebut di analisis kembali dengan membagi 2 kelompok masa kerja 10 tahun dan ≥ 10 tahun dengan hasil masing-masing 85,7 36 pekerja dan 14,3 6 pekerja. Berdasarkan data primer yang diambil, masa kerja yang paling banyak mengalami penurunan kapasitas vital paru dengan masa kerja 4 tahun. Penurunan kapasitas vital paru dapat berkaitan dengan banyaknya paparan kadar debu total di lingkungan kerja. Rata-rata dari pekerja dengan masa kerja 4 tahun memiliki paparan kadar debu total melebihi NAB 10 mgm 3 . Dalam penelitian ini, terlihat bahwa semakin lama masa kerja pekerja maka semakin menurun kapasitas vital parunya, ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasinya yang berkekuatan sedang dan berpola negatif R = -0,377. Kemudian hasil uji hiotesis dalam penelitian ini menghasilkan nilai Pvalue sebesar 0,014 yang artinya ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru. Hasil ini sejalan dengan penelitian Budiono 2007 di mana ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru yang diukur dengan nilai kapasitas vital paru dengan Pvalue sebesar 0,0005. Kontribusi masa kerja terhadap penurunan kapasitas vital paru sebesar 14,2 dan sisanya dijelaskan oleh variabel yang lain. Menurut persamaan garis yang diperoleh, kapasitas vital paru lambat-laun akan tetap menurun tanpa adanya masa kerja sebesar 81,45 kali karena faktor lain, tetapi apabila masa kerja bertambah 1 tahun saja, maka risiko menurunnya kapasitas vital paru akan bertambah sebesar 1,15 kali. Dalam pekerjaan non formal seperti industri pengelasan, tidak jarang ditemui pekerja yang telah bekerja di bidang tersebut melebihi 10 tahun. Dalam 10 tahun bekerja, faktor-faktor terutama faktor debu hasil pengelasan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru pekerja oleh sebab itu, pengelola dapat menyediakan exhaust agar debu hasil pengelasan lebih cepat keluar dari lingkungan kerja sehingga dosis debu yang diterima pekerja menjadi lebih sedikit. Karena dosis yang sedikit walaupun dalam jangka waktu yang panjang dapat pempengaruhi fungsi paru dan lebih buruk lagi jika pekerja mendapatkan dosis debu pengelasan yang tinggi dalam jangka waktu panjang maupun pendek dapat lebih cepat mempengaruhi fungsi paru. Kemudian dapat menggunakan masker debu untuk semakin meminimalisasi dosis yang terima pekerja.

6.6. Hubungan antara Jumlah Jam Kerja Per Minggu dengan Kapasitas Vital

Paru Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014 Menurut Anggoro 1999, semakin lama pekerja terpapar oleh paparan akan semakin memperbesar risiko terjadinya gangguan fungsi paru. Jumlah jam kerja per minggu seseorang mengakibatkan berbedanya intensitas pajanan dan banyaknya debu yang terhirup oleh masing-masing pekerja las, sehingga pekerja las yang cukup lama terlibat dalam aktivitas pekerjaannya, berpotensi menghirup debu lebih banyak jika dibandingkan dengan pekerja las yang tidak lama terlibat dalam aktivitas pekerjaannya. Pada penelitian ini, rata-rata jumlah jam kerja pekerja bengkel las menunjukkan rata-rata 42 jam, dengan standar deviasi 2,586. Berarti jumlah jam kerja per minggu ini melebihi jumlah jam kerja per minggu normal yaitu 40 jam. Dalam penelitian ini, terlihat bahwa semakin banyak jumlah jam kerja per minggu pekerja maka semakin menurun kapasitas vital parunya, ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasinya yang berkekuatan sedang dan berpola positif R = 0,389. Kemudian hasil uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan nilai Pvalue sebesar 0,012 yang artinya ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Kelurahan Cirendeu. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Deviandhoko 2012 di mana tidak ada hubungan antara lama kerja dengan gangguan fungsi paru yang diukur dengan nilai kapasitas vital paru dengan Pvalue sebesar 0,609. Kontribusi jumlah jam kerja per minggu terhadap penurunan kapasitas vital paru sebesar 14,7 dan sisanya dijelaskan oleh variabel yang lain. Menurut persamaan garis yang diperoleh, kapasitas vital paru lambat-laun akan tetap menurun tanpa adanya jumlah jam kerja per minggu sebesar 6,89 kali