Gugatan kelompok Beberapa Ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Nomor 10 Tahun 1961. Salah satu tujuan dari standar industri itu adalah meningkatkan mutu dan hasil industri. 4. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 81MKSK21974 tentang Pengesahan Standar Cara-Cara Analisis dan Syarat-Syarat Mutu Bahan Baku dan Hasil Industri. Kemudian dalam perkembangannya, pada tanggal 20 April 1999, Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan suatu kebijakan baru mengenai perlindungan konsumen dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821. Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini berlaku efektif pada tanggal 20 April 2000, yang merupakan awal pengakuan perlindungan konsumen dan secara legitimasi formal menjadi sarana kekuatan hukum bagi konsumen dan tanggung jawab pelaku usaha sebagai penyediapembuat produk bermutu.

B. Beberapa Ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Dalam Undang-Undang Perlindungan konsumen Nomor 8 Tahun 1999, terdapat beberapa penanganan kasus sengketa perlindungan konsumen, diantaranya ialah: 141

1. Gugatan kelompok

141 Az. Nasution. Op. cit. hal. 230. Universitas Sumatera Utara Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan keinginan untuk mengakui keberadaan lembaga gugatan class action bagi perlindungan konsumen dapat dipertimbangkan, apalagi dengan mengingat dalam praktek hukum di Indonesia lembaga ini merupakan hal yang asing. 142 Maka salah satu gugatan yang diperkenankan dalam pelaksanaan Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah adanya gugatan kelompok, yaitu gugatan yang diajukan oleh sekelompok kecil masyarakat mewakili mereka yang jumlahnya besar yang dirugikan berdasarkan kesamaan masalah, fakta atau hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau gangguan tersebut. 143 Pada pokoknya gugatan kelompok ini disediakan bagi perkara atau perkara-perkara yang peristiwanya merupakan peristiwa yang terjadi terhadap sekelompok orang, sedangkan kelompok tersebut dalam jumlah yang besar, sehingga tidak praktis apabila diajukan satu persatu. 144 Gugatan kelompok dalam sengketa konsumen yang dapat diajukan berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, berbunyi: 145 a. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama. b. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya. c. Pemerintah danatau instansi terkait apabila barang danatau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit. 142 Husni Syawali Neni Sri Imaniyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: Mandar Maju, 2000, hal. 94. 143 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hal. 139. 144 Dedi Harianto. Op. cit. hal. 148. 145 Az. Nasution. Op. cit. hal. 230-231. Universitas Sumatera Utara d. Gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah, sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf a, b, c, dan huruf d diajukan kepada peradilan umum. Jadi gugatan kelompok itu hanya dapat dijalankan oleh sekelompok konsumen, LPKSM dengan syarat tertentu apabila kerugian materi yang diderita besar danatau korban yang tidak sedikit.

2. Pembuktian Terbalik