2. Untuk mengetahui bagaimanakah mekanisme hukum di Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen. 3.
Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam mengimplementassikan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Hasil penulisan ini diharapkan akan memberi sumbangan pengetahuan
dalam hukum konsumen, khususnya mengenai Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
2. Memberikan sumbangan pemikiran akademis bagi para pelaku usaha
maupun konsumen mengenai mengenai mekanisme hukum di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
3. Memberikan pemahaman baru bagi konsumen selaku pihak yang
dirugikan, bahwa Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen merupakan salah satu lembaga yang dibentuk untuk upaya perlindungan konsumen.
4. Memberikan kajian akademis yang lebih objektif, jelas, tegas dan
terperinci kepada para pihak yang berkecimpung dalam kelembagaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
5. Secara praktis penenelitian ini dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dan
landasan bagi penelitian lanjutan.
D. Keaslian Penulisan
Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum, maka seyogyanya skripsi ditulis
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan buah pikiran yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan plagiat baik sebagian atau keseluruhan dari karya orang lain. Dengan
demikian penulis berdasarkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki dapat menjamin keaslian skripsi ini sebagai karya tulis ilmiah yang asli original dan
benar-benar merupakan hasil pemikiran dan usaha dari penulis.
E. Tinjauan Kepustakaan
Badan penyelesaian sengketa konsumen BPSK merupakan suatu lembaga khusus yang dibentuk diatur dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, yang tugas utamanya adalah meyelesaikan sengketa atau perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha.
Apabila dilihat pada ketentuan pasal 23 Undang-Undang Perlindungan Konsumen dikatakan bahwa:
“dalam hal pelaku usaha pabrikan danatau pelaku usaha distributor menolak dan atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen, maka
diberikan hak untuk menggugat pelaku usaha dan menyelesaikan perselisihan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau dengan cara memajukan
gugatan kepada badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.
19
“Terdapat 2 dua hal penting yaitu:
20
1. Bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen melalui badan di luar
sistem peradilan yang disebut dengan BPSK, selain melalui Peradilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan konsumen;
2. Bahwa pilihan penyelesaian sengketa konsumen dengan pelaku usaha
bukanlah suatu pilihan yang eksklusif, yang tidak harus dipilih. Penyelesaian sengketa melalui BPSK adalah pararel atau sejajar dengan
pilihan penyelesaian sengketa melalui badan peradilan”
Masalah penyelesaian sengketa dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatur dalam Bab X yang terdiri dari 4 empat pasal, dimulai dari
19
Abdul Halim Barkatulah. Op. cit. hal. 121.
20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pasal 45 sampai dengan pasal 48 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dari rumusan-rumusan yang diberikan dalam pasal-pasal tersebut, dan beberapa
ketentuan yang diatur dalam Bab XI tentang BPSK, terdapat 2 dua hal pokok yang dapat dikemukakan, yaitu:
21
1. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui BPSK bukanlah suatu
keharusan untuk ditempuh konsumen sebelum akhirnya diselesaikan melalui lembaga peradilan. Walau demikian hasil putusan BPSK memiliki
suatu daya hukum yang cukup untuk memberikan shock terapy bagi pelaku usaha yang nakal, oleh karena putusan tersebut dijadikan bukti
permulaan bagi penyidik. Ini berarti penyelesaian sengketa melalui BPSK, tidak menghalangi tanggung jawab pidana menurut ketentuan yang
berlaku.Untuk mengakomodasikan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen kepada BPSK, selaku lembaga
yang bertugas untuk menyelesaikan persengketaan konsumen di luar pengadilan Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan
kewenangan kepada PBSK untuk menjatuhkan sanksi administratif bagi pelaku usaha yang melanggar larangan-larangan tertentu yang dikenakan
bagi pelaku usaha, dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Sebagai suatu lembaga penyelesaian perselisihan di luar pengadilan,
pelaksanaan dari putusan BPSK ini dimintakan penetapan eksekusinya pada pengadilan.
21
Gunawan Widjaja Ahmad Yani 1. Op. cit. hal. 73-74.
Universitas Sumatera Utara
2. Undang-Undang Perlindungan Konsumen, membedakan jenis gugatan
yang dapat diajukan ke BPSK berdasarkan persona standi in judicio. Rumusan pasal 46 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang
menyatakan bahwa setiap gugatan atas pelanggaran pasal dapat dilakukan oleh:
a. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
b. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;
c. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang
memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan
didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan Perlindungan Konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran
dasarnya;
d. Pemerintah dan atau instansi terkait apabila barang danatau jasa yang
dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit.
Adapun mekanisme hukum di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah dimulai dengan pengajuan permohonan sengketa konsumen, susunan
majelis badan penyelesaian sengketa konsumen dan kepaniteraan, tata cara persidangan, alat bukti dan sistem pembuktian, putusan badan penyelesaian
sengketa konsumen, upaya hukum dan eksekusi putusan. Namun Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam
mengimplementasikan Undang-Undang Perlindungan Konsumen masih mengalami kendala-kendala dan permasalahan, dimana sebagai ilustrasi adalah
kendala kelembagaaninstitusional, kendala pendanaan, kendala sumber daya manusia BPSK, kendala peraturan, kendala pembinaan dan pengawasan serta
tidak adanya koordinasi aparat penanggung jawabnya, kurangnya sosialisasi dan rendahnya tingkat kesadaran hukum konsumen, kurangnya respons dan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman dari badan peradilan terhadap kebijakan perlindungan konsumen, kurangnya respons masyarakat terhadap Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dan lembaga Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
22
Metode penelitian yuridis normatif dipergunakan dalam penelitian ini guna melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen yang berlaku, serta untuk memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di
perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya.
F. Metode Penelitian