Hasil musyawarah yang merupakan kesepakatan antara konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa selanjutnya dibuat dalam perjanjian tertulis yang
ditandatangani oleh para pihak yang bersengketa, dan diserahkan kepada majelis untuk dituangkan dalam keputusan majelis BPSK yang menguatkan perjanjian
tersebut. Disetiap tingkat dalam proses konsiliasi, konsiliator dapat mengajukan
proposal penyelesaian sengketa. Konsiliator dapat melakukan proses konsiliasi yang dianggapnya layak, dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain:
91
a. Situasi dan kondisi dari kasus tersebut.
b. Keinginan para pihak, termasuk keinginan yang diucapkan para pihak
secara lisan. c.
Kebutuhan untuk diproses secara cepat.
2. Persidangan dengan Cara Mediasi
Pengaturan mengenai mediasi terdapat dalam ketentuan Pasal 6 ayat 3 UU No. 30 Tahun 1999, dikatakan bahwa “atas kesepakatan tertulis para pihak,
sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator”.
92
91
Ibid. hal. 108.
92
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani 2, Op. cit. hal. 32.
Pengertian lain yaitu mediasi adalah “proses negosiasi penyelesaian sengketa atau pemecahan masalah dimana
pihak-pihak ketiga yang tidak memihak impartial bekerjasama dengan para
Universitas Sumatera Utara
pihak yang bersengketa membantu memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan”.
93
Mediator tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa. Mediator hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan yang diserahkan kepadanya. Dalam sengketa dimana salah satu pihak lebih kuat dan cenderung menunjukkan kekuasaannya, pihak ketiga memegang
peranan penting untuk menyetarakannya. Kesepakatan dapat tercapai dengan mediasi, jika pihak yang bersengketa berhasil mencapai saling pengertian dan
bersama-sama merumuskan penyelesaian sengketa dengan arahan konkret dari mediator. Sehingga dari pengertian diatas terdapat unsur-unsur yang terkandung
dalam pengertian mediasi yaitu mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan, terlibat dan diterima oleh para pihak yang
bersengketa di dalam perundingan, mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian, mediator tidak mempunyai kewenangan
membuat keputusan selama perundingan berlansung, dan tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima pihak-pihak
yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.
94
Mediasi tidak selalu tepat untuk diterapkan terhadap semua sengketa atau tidak selalu diperlukan untuk menyelesaikan sengketa tertentu. Mediasi akan
berfungsi dengan baik bilamana sesuai dengan beberapa syarat berikut ini:
95
a. Para pihak mempunyai kekuatan tawar-menawar yang sebanding.
b. Para pihak menaruh perhatian terhadap hubungan di masa depan.
93
Yusuf Sofhie. Op. cit. hal. 109.
94
Suyud Margono, Alternative Dispute Resolution dan Arbitrase: Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum Cetakan ke-2, Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2004, hal. 59.
95
Agnes M. Toar dkk, Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi 2 Arbitrase di Indonesia, Jakarta: BALAI AKSARA, 1995, hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
c. Terdapat banyak persoalan yang memungkinkan terjadinya pertukaran
trade offs. d.
Terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikan. e.
Para pihak tidak memiliki permusuhan yang berlangsung lama dan mendalam.
f. Apabila para pihak mempunyai pendukung atau pengikut, mereka
tidak memiliki pengharapan yang banyak, tetapi dapat dikendalikan. g.
Menetapkan preseden atau mempertahankan suatu hak tidak lebih penting dibandingkan menyelesaikan persoalan yang mendesak.
h. Jika para pihak berada dalam proses litigasi, kepentingan-kepentingan
pelaku lainnya, seperti para pengacara dan penjamin tidak akan diperlakukan lebih baik dibandingkan dengan mediasi.
Penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi mediator. Mediator menyerahkan
sepenuhnya proses penyelesaian sengketa kepada para pihak, baik mengenai bentuk maupun besarnya ganti kerugian atau tindakan tertentu untuk menjamin
tidak terulangnya kembali kerugian konsumen. Dibandingkan dengan proses penyelesaian sengketa melalui konsiliasi, dalam proses mediasi ini, mediator
bertindak lebih aktif dengan memberikan nasihat, petunjuk, saran dan upaya- upaya lain dalam menyelesaikan sengketa.
96
Mediator wajib menentukan jadwal pertemuan untuk penyelesaian proses mediasi. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus.
97
96
Yusuf Sophie. Op. cit. hal. 109.
97
Kaukus: “proses penyelesaian sengketa melalui mediasi dimana dalam hal-hal tertentu para pihak baik konsumen atau pelaku usaha masing-masing dimediasikan secara terpisah”. Hal
ini diperlukan jika para pihak sulit untuk didamaikan.
Pengalaman dan kemampuan mediator diharapkan dapat mengefektifkan proses mediasi diantara para pihak yang bersengketa. Seperti halnya dalam konsiliasi
dalam proses mediasi ini, atas permintaan para pihak, mediator dapat minta diperlihatkan alat bukti baik surat dan atau dokumen lain, yang mendukung dari
kedua belah pihak. Atas persetujuan para pihak atau kuasanya, mediator dapat
Universitas Sumatera Utara
mengundang seorang atau lebih saksi atau saksi ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang terkait dengan sengketanya. Jika
proses mediasi menghasilkan suatu kesepakatan, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan
ditandatangani oleh para pihak. Peran majelis BPSK dalam penyelesaian sengketa konsumen dengan cara
mediasi secara deskripsi, meliputi tugas sebagai berikut:
98
a. Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa.
b. Memanggil saksi dan saksi ahli apabila diperlukan.
c. Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha yang
bersengketa. d.
Secara aktif mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa. e.
Secara aktif memberikan saran atau anjuran penyelesaian sengketa konsumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan konsumen. Hasil musyawarah yang merupakan kesepakatan antara konsumen dan
pelaku usaha yang bersengketa, selanjutnya dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis, yang ditandatangani oleh para pihak yang bersengketa dan diserahkan
kepada majelis BPSK untuk menguatkan perjanjian tersebut. Putusan tersebut mengikat kedua belah pihak. Keputusan majelis dalam konsiliasi dan mediasi
tidak memuat sanksi administratif.
3. Persidangan dengan Cara Arbitrase