Eksekusi Putusan MEKANISME HUKUM DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA

3. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa. Perlu pula dipahami bahwa sistem hukum di Indonesia hanya mengenal perlawanan, Banding dan Kasasi sebagai upaya hukum biasa dan Peninjauan Kembali serta perlawanan Pihak ketiga sebagai upaya hukum luar biasa, sedangkan keberatan seperti dimaksud dalam Pasal 56 ayat 2 UUPK tidak dikenal sebagai upaya hukum dalam sistem hukum Indonesia. Oleh karena itu harus disepakati bahwa keberatan dalam UUPK tidak dilihat sebagai suatu upaya hukum namun harus dilihat sebagai upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada pelaku usaha dan konsumen yang tidak menerima putusan BPSK. 134

H. Eksekusi Putusan

Apabila konsumen dan pelaku usaha menolak putusan BPSK, maka mereka dapat mengajukan keberatan-keberatan kepada pengadilan negeri selambat-lambatnya dalam waktu 14 empat belas hari kerja terhitung sejak putusan BPSK diberitahukan. Dalam hal pelaku usaha menerima menyetujui atau sependapat diktum amar, isi putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pasal 56 ayat 1 UUPK, maka ia wajib melaksanakan putusan tersebut dalam waktu 7 tujuh hari kerja terhitung sejak menyatakan menerima putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK pasal 56 ayat 1 Undang-undang Perlindungan Konsumen UUPK jo. Pasal 41 ayat 4 SK Menperindag Nomor 350MPPKep122001. 135 134 Dedi Harianto. Op. cit. hal. 153. 135 Yusuf sofhie. Op. cit. hal. 51. Universitas Sumatera Utara Jika pelaku usaha tidak menggunakan upaya keberatan yang telah dijelaskan pada bagian Upaya Hukum, maka putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK menjadi berkekuatan tetap. Tidak dilaksanakannya putusan tersebut, apalagi setelah diajukan fiat eksekusi berdasarkan Pasal 57 Undang-undang Perlindungan Konsumen UUPK, merupakan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen. 136 Sengketa yang diselesaikan dengan cara-cara tersebut diatas yaitu konsiliasi, mediasi, dan arbitrase wajib diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 21 dua puluh satu hari kerja terhitung sejak permohonan diterima di sekretariat BPSK. Namun demikian sekalipun putusan BPSK ini bersifat final dan Apabila selambat-lambatnya 5 lima hari kerja setelah batas waktu mengajukan keberatan dilampaui, pelaku usaha tidak menjalankan kewajiban sebagaimana tertuang dalam putusan BPSK , maka BPSK menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk melakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 54 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen maupun Pasal 42 ayat 1 Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor 350MPPKep122001 menyebutkan bahwa putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen merupakan keputusan yang final dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Terhadap putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ini, dapat dimintakan eksekusi oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kepada pengadilan negeri di tempat konsumen yang dirugikan. 136 Ibid Universitas Sumatera Utara mengikat akan tetapi keberatan terhadap putusan tersebut masih dapat diajukan terhadap pengadilan negeri dalam tenggang waktu 14 empat belas hari sejak putusan BPSK disampaikan. Selanjutnya pengadilan negeri wajib memutusnya dalam jangka waktu 21dua puluh satu hari. Terhadap putusan pengadilan negeri dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung MA dalam tenggang waktu 14 empat belas hari sejak putusan pengadilan negeri diterima, selanjutnya Mahkamah Agung wajib memutus perkara dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari sejak permohonan kasasi diterima. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH BADAN

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Lahirnya Undang-Undang Tentang Perlindungan konsumen Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang danatau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang danatau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang danatau jasa yang ditawarkan bervariasi, baik produksi luar negeri maupun produksi dalam negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang danatau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang danatau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. 137 Disisi lain kondisi dan fenomena tersebut diatas dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara 137 Adrian Sutedi. Op. cit. hal. 1. Universitas Sumatera Utara