pemerintah danatau instansi terkait, yaitu menuntut keadilan di depan hukum. Gugatan kelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat maupun gugatan pemerintah danatau instansi terkait terhadap pelaku usaha adalah untuk kepentingan masyarakat konsumen yang dirugikan. Ini berarti,
ketentuan Pasal 46 ayat 2 melanggar asas persamaan hak di depan hukum. UUPK menggunakan istilah gugatan kelompok untuk class action,
berbeda dengan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPLH menggunakan istilah perwakilan.
Meskipun gugatan class action menurut ketentuan kedua undang-undang tersebut, harus diajukan ke peradilan umum, ternyata persyaratan untuk mengajukan
gugatan ini terdapat perbedaan. UUPK menentukan salah satu persyaratannya adalah bukti transaksi antara konsumen dengan pelaku usaha. Sedangkan pada
UUPLH ditentukan bahwa disyaratkan adanya kesamaan permasalahan, fakta hukum, dan tuntutan kelompok masyarakat yang bertindak mewakili masyarakat.
Terdapat kesan pembentuk undang-undang menyerahkan kemungkinan munculnya permasalahan tentangsyarat-syarat gugatan class action pada praktik
badan peradilan yurisprudensi.
5. Kendala Pembinaan dan Pengawasan, Serta Tidak Adanya Koordinasi Aparat Penanggung Jawabnya
Tugas pembinaan dan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh menteri danatau
menteri teknis terkait sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 UUPK, telah
Universitas Sumatera Utara
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001, dengan rincian sebagai berikut:
a. Menciptakan iklim usaha yang sehat dan menumbuhnya hubungan yang
sehat antara pelaku usaha dan konsumen. b.
Mengembangkan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM.
c. Berbagai upaya yang dimaksudkan untuk peningkatan kualitas sumber
daya manusia serta peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen, pembinaan perlindungan konsumen diselenggarakan oleh pemerintah, yang diselenggarakan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan danatau
menteri terkait. Peran LPKSM dalam advokasi terhadap konsumen sangatlah penting.
Urgensi peran LPKSM semakin meningkat di kota-kota atau kabupaten-kabupaten yang belum dibentuk BPSK. Namun dalam kegiatan-kegiatan mereka untuk
melakukan advokasi terhadap konsumen di lapangan menghadapi banyak kendala.
178
Beberapa di antara kendala-kendala tersebut adalah bahwa dalam kenyataan di lapangan koordinasi antar aparat yang dibebani tugas
penyelenggaraan perlindungan konsumen tidak tampak. Sebagai contoh, dalam hal terjadi pelanggaran peredaran produk-produk makanan dan minuman yang
telah kadaluwarsa, pihak pengawasan obat dan makanan di daerah selalu berusaha untuk memusnahkan produk-produk kedaluwarsa tersebut, dengan dalih bahwa
hal tersebut merupakan amanat undang-undang. Tindakan ini menurut pihak
178
Susanti Adi Nugroho. OP. cit. hal 228.
Universitas Sumatera Utara
LPKSM akan berakibat hilangnya barang bukti, sehingga pelanggaran tersebut tidak dapat lagi diproses secara hukum dengan ketentuan UUPK.
179
6. Kurangnya Sosialisasi dan Rendahnya Tingkat Kesadaran Hukum Konsumen