dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumena adalah badan yang memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa konsumen di luar dengadilan. Badan ini
dibentuk sebagai alternatif bagi konsumen yang membutuhkan media penyelesaian sengketa secara cepat, mudah dan murah. Cepat ditentukan dari 21
dua puluh satu hari kerja yang wajib menghasilkan sebuah putusan. Mudah terletak pada prosedur administrairf dan proses pengambilan putusan yang sangat
sederhana. Murah terletak pada biaya perkara yang terjangkau, serta dapat memberikan keputusan yang menang-menang win-win solution.
33
Pengaturan pembentukan badan ini terdapat di dalam Bab XI, dimulai dari Pasal 49 sampai dengan Pasal 58 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen diangkat dan diberhentikan berdasarkan penetapan Menteri Menperindag, yang tugas pokok dari badan ini adalah
menyelesaikan sengketa-sengketa konsumen di luar pengadilan.
34
C. Dasar Hukum Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Dasar hukum pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah UU No. 8 Tahun 1999. Pasal 49 ayat 1 UUPK jo. Pasal 2
Kepmenperindag No. 350MPPKep122001 mengatur bahwa disetiap kota atau kabupaten harus dibentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
35
33
Dedi Harianto, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Periklanan yang Menyesatkan” Disertasi, Universitas Sumatera Utara, 2007. hal. 143.
34
N. H. T. Siahaan, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Jakarta: Penerbit Pantai Rei, 2005, hal. 263.
35
Susanti Adi Nugroho. Op. cit. hal. 75.
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dihadirkan sebagai lembaga yang melindungi
kepentingan-kepentingan konsumen dalam bentuk-bentuk yang bersifat sengketa
Universitas Sumatera Utara
di luar pengadilan. Dalam rangka memenuhi maksud Pasal 49 ayat 1 UUPK, dibentuk beberapa BPSK di beberapa kota besar di Indonesia.
Di samping itu, apabila dilihat dari hubungan antara pelaku usahapenjual dengan konsumen tidak tertutup kemungkinan timbulnya perselisihansengketa
konsumen. Selama ini sengketa konsumen diselesaikan melalui gugatan di Pengadilan, namun pada kenyataannya yang tidak dapat dipungkiri bahwa
lembaga pengadilanpun tidak akomodatif untuk menampung sengketa konsumen karena proses perkara yang terlalu lama dan sangat birokratis. Berdasarkan Pasal
45 UUPK setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
36
Selanjutnya dalam Keputusan Presiden No. 108 Tahun 2004 dibentuk lagi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di tujuh kota dan tujuh kabupaten
berikutnya, yaitu di kota Kupang, kota Samarinda, kota Sukabumi, kota Bogor, kota Kediri, kota Mataram, dan kota Palangkaraya, dan pada kabupaten Kupang,
Perwujudan Pasal 49 ayat 1 UUPK dapat dilihat dengan Kehadiran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang diresmikan pada tahun 2001, yaitu
dengan adanya Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pada Pemerintah Kota Medan, Kota
Palembang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang dan Kota Makasar.
36
N. H. T. Siahaan. Op. cit. hal. 126.
Universitas Sumatera Utara
kabupaten Belitung, kabupaten Sukabumi, kabupaten Bulungan, kabupaten Serang, kabupaten Ogan Komering Ulu, dan kabupaten Jeneponto.
Terakhir, pada 12 Juli 2005 dengan Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2005 yang membentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di kota Padang,
kabupaten Indramayu, kabupaten Bandung, dan kabupaten Tangerang.
37
Masalah yang berkaitan dengan pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah dampak dari berlakunya Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 mengenai kewenangan pemerintah pusat terhadap lembaga tersebut dimana Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 lahir merupakan inisiatif dari
pemerintah pusat.
38
D. Kelembagaan, Kedudukan, Keanggotaan, Struktur, dan Pendanaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen