manusia, dan 3 penguatan kelembagaan dan pengembangan teknologi. Oleh karena itu model peningkatan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil
menggunakan ketiga indikator tadi.
5.2.5 Seleksi untuk pemilihan teknologi penangkapan ikan berdasarkan
penilaian gabungan aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial.
Penentuan prioritas
pengembangan kegiatan perikanan di suatu daerah
tidak hanya dilihat dari satu atau dua aspek tetapi dari berbagai macam aspek yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kegiatan tersebut. Demikian pula
pada kegiatan pengembangan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara, ditentukan dengan menganalisis semua aspek yakni biologi, teknis,
ekonomi dan sosial. Setelah menganalisa keempat aspek tersebut maka hasil yang didapat
adalah prioritas pertama pengembangan pada unit penagkapan purse seine. Prioritas kedua pengembangan adalah bagan, kemudian yang terakhir jaring
insang hanyut dan jaring insang lingkar. Purse seine merupakan prioritas dibandingkan unit penangkapan lainnya karena dari aspek ekonomis dan sosial
merupakan alat tangkap yang efektif dan efisien. Sejalan dengan tujuan strategis pengembangan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara yang
memprioritaskan peningkatan jumlah hasil tangkapan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka prioritas pengembangan purse seine mendukung
tujuan strategis tersebut. Haluan dan Nurani 1988 menyatakan bahwa purse seine adalah unit penangkapan ikan pelagis yang paling produktif. Demikian pula,
Yuliansyah 2002 menyatakan bahwa purse seine merupakan unit penangkapan yang tepat dikembangkan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Heriawan 2008
dalam menentukan prioritas pengembangan unit
penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Pandeglang juga memprioritaskan purse seine sebagai yang pertama. Tujuan pengembangan perikanan pada
hakekatnya adalah meningkatkan kesejahteraan nelayan dengan tidak mengabaikan faktor keberlanjutan. Faktor keberlanjutan tersebut berkaitan dengan
perikanan tangkap yang bertanggungjawab, karena bila hanya mementingkan keinginan saat ini dengan melakukan penangkapan berlebih over exploited dan
eksploitasi yang hanya mengejar keuntungan sebesar-besarnya ditakutkan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan bahkan penurunan hasil tangkapan.
Fauzi dan Anna 2005 mengatakan bahwa pembangunan perikanan tangkap harus didekati dengan pendekatan menyeluruh holistic yang
menyangkut beberapa aspek, seperti ekologi tingkat eksploitasi, keragaan rekruitmen, perubahan ukuran tangkap, dan sebagainya, ekonomi tingkat
subsidi, kontribusi perikanan, penyerapan tenaga kerja dan sebagainya, sosial pertumbuhan komunitas, status konflik, tingkat pendidikan dan sebagainya,
teknologi produktivitas alat, selektivitas alat, ukuran kapal, dan sebagainya, dan etik illegal fishing, mitigasi terhadap habitat dan ekosistem, sikap terhadap
limbah dan bycatch, dan sebagainya. Kemudian, Kesteven 1973 dan Monintja 2000 diacu dalam Wisudo 2008 mengemukakan bahwa komponen-komponen
utama dari sistem perikanan tangkap adalah sumber daya ikan, unit penangkapan ikan, masyarakat nelayan, prasarana pelabuhan, sarana penunjang galangan
kapal, bahan alat tangkap ikan, dan mesin kapal, unit pemasaran dan unit pengolahan. Keseluruhan komponen tersebut sangat menentukan upaya
mewujudkan perikanan tangkap bertanggungjawab. Pengembangan perikanan bertanggungjawab pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, utamanya nelayan, memenuhi kebutuhan pangan, dan sekaligus menjaga kelestarian sumber daya ikan beserta lingkungannya.
5.3 Optimalisasi Unit Penangkapan