Dalam penggunaan metode ini, sebagaimana metode-metode yang lain memiliki kelemahan, karena sangat dipengaruhi keberadaan dan keakuratan data
dan informasi stok biomassa. Karena data yang dikumpulkan berorientasi pada data sekunder yang meliputi total tangkapan ton dan jumlah upaya tangkapan
tripunit. Selanjutnya spesies yang dideteksi adalah spesies unggulan yang secara tepat dapat dikenali.
Oleh karena itu didalam penggunaan metode ini, beberapa asumsi dasar yang harus diperhatikan adalah:
1 Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal dan sama sekali tidak berpedoman pada struktur populasinya.
2 Stok ikan selalu ada dalam keadaan yang cenderung menuju situasi steady state sesuai model pertumbuhan biomas seperti kurva logistik.
3 Hasil tangkapan dan upaya penangkapan merupakan data yang bersifat random.
4 Hasil tangkapan yang didaratkan berasal dari perairan di kawasan Maluku Tenggara dan tidak ada hasil tangkapan yang didaratkan di luar kawasan.
5 Teknologi penangkapan tidak ada perubahan secara signifikan.
3.4.2 Teknologi penangkapan tepat guna
Tujuan pemilihan teknologi penangkapan tepat guna adalah untuk mendapatkan jenis alat tangkap ikan yang mempunyai keragaan perfomance
yang baik, ditinjau dari aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi, sehingga merupakan alat tangkap yang cocok untuk dikembangkan. Dalam menentukan
teknologi penangkapan tepat guna untuk pengembangan perikanan pelagis kecil, data hasil survei dievaluasi melalui pendekatan multi criteria analysis MCA.
1 Aspek biologi
Aspek biologi dianalisis untuk melihat apakah jenis alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan sumber daya ikan pelagis kecil merusak sumber
daya yang ada atau tidak. Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil dititikberatkan pada empat kriteria yaitu CPUE catch per unit effort,
jumlah trip, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan yang tertangkap. Kriteria
penilaian didasarkan pada hasil pengisian kuisioner dan wawancara dengan responden.
Kriteria pertama yang dijadikan bahan penilaian aspek biologi adalah CPUE. Prioritas masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil ditentukan
berdasarkan nilai CPUE tertinggi, semakin tinggi CPUE maka prioritasnya semakin besar. Skor kriteria CPUE disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Skor kriteria CPUE Selang nilai
CPUE Keterangan
1 Rendah Prioritas
rendah 3 Sedang
Prioritas sedang
5 Tinggi Prioritas
tinggi Kriteria ke-2 adalah jumlah trip selama satu tahun yang digunakan sebagai
indikator mutu hasil tangkapan. Artinya semakin lama trip penangkapan maka mutu hasil tangkapan yang diperoleh akan semakin buruk. Urutan prioritas
ditentukan berdasarkan jumlah trip atau semakin banyak jumlah trip dalam satu tahun, maka nilai prioritas suatu unit penangkapan ikan semakin tinggi dan
disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Skor kriteria lama trip penangkapan
Selang nilai Jumlah trip
Keterangan 1 1-3
Jumlah trip
sedikit 3 4-7
Jumlah trip
sedang 5 8-10
Jumlah trip
banyak Kriteria ke-3 adalah komposisi hasil tangkapan setiap unit penangkapan.
Prioritas ditentukan berdasarkan jumlah komposisi hasil tangkapan yang diperoleh, semakin beragam jenis ikan yang tertangkap oleh alat tangkap maka
nilai prioritasnya semakin buruk. Hal ini didasarkan pada tingkat selektivitas unit penangkapan ikan, semakin sedikit jumlah komposisi ikan yang diperoleh maka
tingkat selektivitas alat semakin baik. Tabel 5 menyajikan skor kriteria komposisi hasil tangkapan.
Tabel 5 Skor kriteria komposisi hasil tangkapan Selang nilai
Komposisi hasil tangkapan Keterangan
1 Buruk
Hasil tangkapan beragam 3
Sedang Hasil tangkapan kurang beragam
5 Baik
Hasil tangkapan seragam Kriteria terakhir dari penilaian aspek biologi adalah ukuran hasil
tangkapan. Penilaian dilakukan dengan metode skoring, dengan skor tertinggi 3 dan terendah 1. Skor 1 digunakan untuk unit penangkapan yang menangkap ikan
dengan ukuran kecil, dimana tidak layak tangkap secara biologi dan skor 3 digunakan untuk ukuran besar dimana layak tangkap secara biologi. Selang skor
yang ditetapkan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Skor kriteria ukuran hasil tangkapan
Selang nilai Ukuran
Keterangan 1
Kecil Tidak layak tangkap secara biologi
3 Besar
Layak tangkap secara biologi
2 Aspek teknis
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas alat tangkap untuk digunakan purse seine, bagan dan gillnet. Kriteria teknis yang meliputi
pengoperasian alat tangkap, daya jangkau operasi, pengaruh lingkungan fisik, selektivitas alat dan penggunaan teknologi. Penilaian dilakukan dengan cara
skoring dengan rentang skor 1 hingga 5 untuk semua kriteria kecuali daya jangkau operasi. Kriteria penilaian didasarkan pada hasil pengisian kuisioner dan
wawancara dengan responden. Kriteria
pertama penilaianskoring
metode penangkapan didasarkan pada tingkat kemudahan operasi penangkapan. Skor 1 menunjukan sulit, skor 3 sedang
dan 5 merupakan skor yang menunjukkan tingkat pengoperasian cukup mudah dan mudah. Selang skor yang ditetapkan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Skor kriteria metode pengoperasian alat tangkap Selang nilai
Metode pengoperasian Keterangan
1 Sulit
Nelayan mengalami kesulitan dalam pengoperasian alat tangkap
3 Sedang
Nelayan mengalami kesulitan tetapi masih dapat mengoperasikan alat
tangkap
5 Mudah
Nelayan mudah mengoperasikan alat tangkap
Kriteria ke-2 adalah daya jangkau operasi penangkapan ikan, penilaian dilakukan berdasarkan daya jangkau mil unit penangkapan dimana semakin jauh
maka nilainya semakin baik dan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Skor kriteria daya jangkau operasi penangkapan ikan
Selang nilai Daya jangkau operasi
Keterangan 1
≤ 1 mil Dekat
3 1 mil – 5 mil
Sedang 5
≥ 5 mil Jauh
Kriteria ke-3 adalah pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian alat tangkap. Penilaian dilakukan dengan metode skoring dimana skor 1
menunjukkan bahwa lingkungan fisik berpengaruh, skor 3 cukup berpengaruh, dan skor 5 menunjukkan tidak berpengaruh. Adapun selang nilai penetapan
pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian alat penangkapan ikan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Skor kriteria pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian alat tangkap
Selang nilai Pengaruh lingkungan fisik
Keterangan 1
Berpengaruh Arus dan gelombang menjadi
kendala 3
Cukup berpengaruh Arus dan gelombang menjadi
kendala tetapi masih bisa diatasi oleh nelayan
5 Tidak berpengaruh
Arus dan gelombang tidak ditemukan
Kriteria ke-4 adalah selektivitas alat penangkapan. Penilaian untuk masing-masing unit penangkapan dilakukan dengan cara skoring, dimana skor 1
menunjukkan sangat tidak selektif, skor 3 selektif sedang, dan skor 5 selektif, yang disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 10 Skor kriteria selektivitas teknologi penangkapan ikan Selang nilai
Selektivitas Keterangan
1 Tidak selektif
Desain, konstruksi alat tangkap dan hasil tangkapan tidak dapat terseleksi
3 Selektivitas sedang
Desain, konstruksi alat tangkap dan hasil
tangkapan hanya menyeleksi ikan-ikan tertentu
5 Selektif Desain,
konstruksi alat tangkap dan hasil tangkapan dapat terseleksi
Kriteria terakhir
dari aspek
teknis adalah tingkat penggunaan teknologi. Skoring dilakukan untuk menilai kriteria ini, dimana skor 1 menunjukkan tingkat
penerapan teknologi rendah, skor 3 sedang dan skor 5 tinggi. Selang nilai tingkat penggunaan teknologi disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Skor kriteria tingkat penggunaan teknologi
Selang nilai Tingkat penggunaan
teknologi Keterangan
1 Teknologi rendah
Tidak menggunakan alat bantu
penangkapan ikan 3 Teknologi
sedang Menggunakan
alat bantu penangkapan sederhana
5 Teknologi tinggi
Menggunakan teknologi alat bantu penangkapan yang lengkap
3 Aspek ekonomis
Kriteria aspek
ekonomis meliputi
penerimaan kotor per tahun yang disajikan pada Tabel 12, penerimaan kotor per trip disajikan pada Tabel 13,
penerimaan kotor per tenaga kerja disajikan pada Tabel 14 dan penerimaan kotor per tenaga penggerak kapal yang disajikan pada Tabel 15.
Tabel 12 Skor kriteria pendapatan dan penerimaan kotor per tahunalat tangkap Selang nilai
Penerimaan kotor per tahun Keterangan
1 ≤ Rp. 30.000.000
Rendah 3
Rp. 30.000.000-Rp. 60.000.000 Sedang
5 ≥ Rp. 60.000.000
Tinggi Tabel 13 Skor kriteria penerimaan kotor per tripalat tangkap
Selang nilai
Penerimaan kotor per trip Keterangan
1 ≤ Rp. 10.000.000
Rendah 3
Rp. 10.000. 000 – Rp. 15.000.000 Sedang
5 ≥ Rp. 15.000.000
Tinggi Tabel 14 Skor kriteria penerimaan kotor per tenaga kerja
Selang nilai Penerimaan kotor per tenaga
kerja Keterangan
1 ≤ Rp. 1.000.000
Rendah 3
Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 Sedang
5 ≥ Rp. 3.000.000
Tinggi Tabel 15 Skor kriteria penerimaan kotor per tenaga penggerak kapalbulan
Selang nilai Penerimaan kotor per tenaga
penggerak kapal Keterangan
1 ≤ Rp. 500.000
Rendah 3
Rp. 500.000-Rp. 1000.000 Sedang
5 ≥ Rp. 1.000.000
Tinggi Pendapatan kotor per tahun untuk masing-masing alat tangkap berbeda
nilainya sesuai dengan tingkat produktivitas alat tangkap tersebut. Untuk alat tangkap purse seine yang produktivitas hasil tangkapannya lebih besar maka
pendapatannya juga lebih besar dibandingkan dengan alat tangkap ikan pelagis kecil lainnya. Nilai-nilai yang tercantum di dalam tabel-tabel diatas merupakan
hasil wawancara dengan nelayan menyangkut pendapatan baik per alat tangkap maupun per tenaga kerja.
4 Aspek sosial
Kriteria aspek sosial ditinjau dari penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap yang digunakan, dapat memberikan kesempatan kerja
kepada nelayan setempat atau tidak, yang dapat dilihat banyaknya tenaga kerja yang diserap serta upah yang diterima oleh nelayan.
Tabel 16 Skor kriteria penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap Selang nilai
Penilaian dan penerimaan masyarakat
Keterangan 1 Berbahaya
Berbahaya dan menimbulkan konflik dalam masyarakat
3 Berbahaya sedang
Masih dapat ditoleransi oleh nelayan sekitar
5 Tidak terbahaya
Dapat diterima oleh seluruh nelayan Tabel 17 Skor kriteria kesempatan kerja kepada nelayan
Selang nilai Kesempatan kerja Keterangan
1 Kurang
Kesempatan kerja hampir tidak ada 3
Banyak Banyak kesempatan kerja
Tabel 18 Skor kriteria jumlah tenaga kerja Selang nilai
Jumlah tenaga kerja Keterangan
1 1 - 5
Cukup baik 3
5 - 10 Baik
5 10
Sangat baik Penilaian
terhadap kriteria
penyerapan tenaga kerja dilakukan dengan melihat jumlah nelayan yang dipekerjakan dalam satu unit penangkapan ikan.
Untuk kriteria pendapatan nelayan dilihat dari pendapatan bersih yang diterima seorang nelayan dalam satu tahun, penilaian terhadap kriteria pendapatan nelayan
per unit per orang per tahun didapatkan dari perhitungan analisis ekonomi. Tabel 19 Skor kriteria pendapatan nelayan
Selang nilai Pendapatan nelayan
Keterangan 1
≤ Rp. 1.000.000 Dibawah UMR
3 Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000
Hampir sama dengan UMR 5
≥ Rp. 3.000.000 Diatas UMR
3.4.3 Perbandingan keunggulan antar unit penangkapan ikan