Berdasarkan Gambar 5-10, memperlihatkan bahwa ikan kembung memiliki tingkat MSY tertinggi sebesar 10.172,26 ton per tahun dengan effort
optimal sebesar 6.159 trip per tahun dan paling rendah pada ikan tembang 657,52 ton per tahun dengan effort optimal 10.332 trip per tahun. Effort optimal ikan
lemuru memiliki nilai tertinggi yaitu 41,071 trip per tahun dan terendah pada ikan kembung sebesar 6,159 trip per tahun.
4.3 Tingkat Pemanfaatan dan Tingkat Pengupayaan
Berdasarkan nilai maximum sustainable yield MSY dan produksi aktual tahun 2008 dari jenis ikan pelagis kecil, maka tingkat pemanfaatan sumber daya
dapat diketahui. Kemudian dari nilai effort optimal dan effort aktual tahun 2008 untuk masing-masing jenis ikan pelagis kecil, maka dapat dihitung tingkat
pengupayaan yang terjadi. Tingkat pemanfaatan dan tingkat pengupayaan masing- masing jenis ikan pelagis kecil disajikan pada tabel berikut.
Tabel 26 Produksi aktual, tingkat MSY, tingkat pemanfaatan, effort aktual, effort optimal dan tingkat pengupayaan ikan pelagis kecil pada tahun 2008
No Jenis Ikan
Produksi aktual
ton MSY
ton
Tingkat pemanfaatan
Effort aktual
trip Effort
optimal trip
Tingkat pengupayaan
1 Kembung 8.200,40 10.172,26 80,62
7.725 6.159
125,43 2 Tembang
524,00 657,52 79,69
6.211 10.332
60,11 3
Lemuru 408,00
832,20 49,03
61.641 41.072
150,08 4 Teri
660,60 1.101,16 59,99
6.211 16.330
38,03 5 Selar
706,90 1.254,88 56,33
17.845 10.979
162,54 6 Layang
646,70 8.071,54 8,01
15.926 9.895 160,95
Sumber : Data olah, 2009
Berdasarkan pada Tabel 26, tingkat pemanfataan ikan pelagis kecil di perairan Kabupaten Maluku Tenggara masih dibawah produksi lestari MSY.
Tingkat pengupayaan ikan pelagis kecil di disajikan pada Tabel 26,
membandingkan effort aktual dan tingkat pengupayaan ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara. Tingkat pengupayaan berbeda-beda untuk tiap jenis
ikan, dimana untuk ikan selar yang terbesar yakni 162.54, kemudian ikan layang
160.95, ikan lemuru 150,08, ikan kembung 125.43, ikan selar 87.70, ikan tembang 60.11 dan terendah pada ikan teri yakni 38.03.
4.4 Teknologi Penangkapan Tepat Guna 4.4.1 Penilaian dan standarisasi aspek biologi
Analisis terhadap aspek biologi dilakukan untuk melihat apakah jenis alat tangkap yang digunakan untuk pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di
Kabupaten Maluku Tenggara merusak sumber daya atau tidak. Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil dititik beratkan pada empat kriteria
yaitu CPUE catch per unit effort, jumlah trip, komposisi hasil tangkapan dan ukuran ikan yang tertangkap.
Hasil penilaian dari aspek biologi disajikan pada Tabel 27, yang memperlihatkan penilaian dan standarisasi aspek biologi unit penangkapan ikan
pelagis kecil. Berdasarkan pertimbangan aspek biologi, pengembangan jaring insang hanyut dan jaring insang lingkar lebih diprioritaskan, disusul purse seine
dan terakhir bagan. Tabel 27 Penilaian dan standarisasi aspek biologi untuk pemilihan teknologi
penangkapan ikan pelagis kecil
Biologi Hasil Standarisasi
No Alat Tangkap
W1 W2 W3 W4 VW1 VW2 VW3 VW4
Total Rata-
rata UP
1 Bagan 0,441 240 5 1 0,00 0,67 0,00 0,00 0,67
0,1675 3
2 Purse seine 0,667 120 3 1 1,00 0,00 1,00 0,00 2,00 0,5 2
3 Jaring insang
hanyut 0,517 300
3 3
0,34 1,00 1,00 1,00 3,34
0,834 1
4 Jaring insang
lingkar
0,517 300 3 3 0,34 1,00 1,00 1,00 3,34 0,834 1
Sumber: Data primer, diolah 2009
Keterangan: W1 =
CPUE tahun
W2 = Jumlah trip tahun
W3 = Komposisi hasil tangkapan jumlah jenis
W4 = Ukuran ikan yang tertangkap skor
UP = Urutan prioritas
VW1 = CPUE yang distandarisasi dengan fungsi nilai VW2 = Jumlah trip yang distandarisasi dengan fungsi nilai
VW3 = Komposisi hasil tangkapan yang distandarisasi dengan fungsi nilai VW4 = Ukuran ikan yang tertangkap yang distandarisasi dengan fungsi nilai
4.4.2 Penilaian dan standarisasi aspek teknis
Penilaian pada aspek teknis dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas alat tangkap untuk digunakan. Kriteria pada aspek teknis meliputi pengoperasian
alat tangkap, daya jangkau operasi, pengaruh lingkungan fisik, selektivitas alat dan penggunaan teknologi. Hasil penilaian dan standarisasi aspek teknis unit
penangkapan ikan pelagis kecil disajikan pada Tabel 28. Penilaian menunjukan hasil yang sama dengan aspek biologi, yaitu pengembangan jaring insang hanyut
dan jaring insang lingkar lebih diprioritaskan dibandingkan dengan purse seine dan bagan.
Tabel 28 Penilaian dan standarisasi aspek teknis untuk pemilihan teknologi penangkapan ikan pelagis kecil
Teknis Hasil Standarisasi
No Alat Tangkap X1 X2 X3 X4 X5 VX1 VX2 VX3 VX4 VX5
Total Rata-
rata UP
1 Bagan 3 2
3 1 1 0,00 0,00 1,00
0,00 1,00 2,00 0,2
2
2 Purse seine 1 5 1 3 1 0,00 1,00
0,00 0,00 1,00 2,00
0,2 2
3 Jaring insang
hanyut 5 3
3 5
1 0,00
0,34 1,00
0,00 1,00 2,34 0,2
1
4 Jaring insang
lingkar 5 3 3 5 1 0,00 0,34
1,00 0,00 1,00 2,34
0,2 1
Sumber: Data primer, diolah 2009
Keterangan: X1
= Pengoperasian alat tangkap skor X2
= Daya jangkau operasi penangkapan skor X3
= Pengaruh lingkungan fisik skor X4
= Selektivitas skor X5
= Penggunaan teknologi skor UP
= Urutan prioritas VX1 = Metode pengoperasian alat yang distandarisasi dengan fungsi nilai
VX2 = Daya jangkau unit penangkapan yang distandarisasi dengan fungsi nilai VX3 = Pengaruh lingkungan fisik terhadap alat tangkap yang distandarisasi
dengan fungsi nilai VX4 = Selektivitas yang distandarisasi dengan fungsi nilai
VX5 = Penggunaan teknologi yang distandarisasi dengan fungsi nilai
4.4.3 Penilaian dan standarisasi aspek ekonomi
Pada aspek ekonomi penilaian dilakukan pada empat kriteria yakni penerimaan kotor per tahun, penerimaan kotor per trip, penerimaan kotor per
tenaga kerja dan penerimaan kotor per tenaga penggerak kapal. Hasil penilaian aspek ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil disajikan pada Tabel 29.
Penilaian menunjukan hasil yang berbeda dengan aspek biologi dan teknis.
Berdasarkan pertimbangan aspek ekonomi, urutan prioritas pengembangan adalah purse seine
, kemudian menyusul bagan dan yang terakhir adalah jaring insang hanyut dan jaring insang lingkar.
Tabel 29 Penilaian aspek ekonomi untuk pemilihan teknologi penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara
Ekonomi Rp. x 000 Hasil Standarisasi
No Alat Tangkap
Y1 Y2 Y3
Y4 VY1 VY2 VY3 VY4
Total Rata-
rata UP
1 Bagan 337.500 1.250 3.000
113 1,00 0,58 0,75 0,51 2,84 0,71 2
2 Purse seine 240.000 2.000 3.500
200 0,65 1,00 1,00 1,00 3,65 0,913
1
3 Jaring insang
hanyut 60.000 200 1.500
25 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 3
4 Jaring insang
lingkar 60.000 200
1.500 25
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 3
Sumber: Data primer, diolah 2009
Keterangan: Y1
= Penerimaan kotor per tahun Rptahun Y2
= Penerimaan kotor per trip Rptahun Y3
= Penerimaan kotor per tenaga kerja Rptenaga kerjatahun Y4
= Penerimaan kotor per tenaga penggerak kapal RpPK UP
= Urutan prioritas VY1 = Penerimaan kotor per tahun yang distandarkan
VY2 = Penerimaan kotor per trip yang distandarkan VY3 = Penerimaan kotor per tenaga kerja yang distandarkan
VY4 = Penerimaan kotor per tenaga penggerak kapal yang distandarkan
4.4.4 Penilaian dan standarisasi aspek sosial
Penilaian pada aspek sosial dinilai berdasarkan empat kriteria yakni penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap yang digunakan,
dapat memberikan kesempatan kerja kepada nelayan setempat atau tidak, banyaknya tenaga kerja yang diserap serta upah yang diterima oleh nelayan. Hasil
dari penilaian dan standarisasi aspek sosial unit penangkapan ikan pelagis kecil disajikan pada Tabel 30. Berdasarkan pertimbangan aspek sosial, teknologi
penangkapan yang lebih diprioritaskan pengembangannya adalah purse seine dan bagan.
Tabel 30 Penilaian dan standarisasi aspek sosial untuk pemilihan teknologi penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara
Sosial Hasil Standarisasi
No Alat Tangkap
Z1 Z2 Z3 Z4 VZ1 VZ2 VZ3 VZ4
Total Rata-
rata UP
1 Bagan 1
3 5
3 1,00 1,00 1,00 1,00 4,00
1
1
2 Purse seine 1 3 5 3
1,00 1,00
1,00 1,00
4,00 1 1
3 Jaring insang
hanyut 1 1 3 3
1,00 0,00
0,00 1,00
2,00 0,5 2
4 Jaring insang
lingkar 1 1
3 3
1,00 0,00
0,00 1,00
2,00 0,5
2
Sumber: Data primer, diolah 2009
Keterangan: Z1
= Penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap skor Z2
= Kesempatan kerja skor Z3
= Banyaknya tenaga kerja skor Z4
= Upah yang diterima skor UP
= Urutan prioritas VZ1 = Penilaian dan penerimaan masyarakat yang distandarkan
VZ2 = Kesempatan kerja yang distandarkan VZ3 = Banyaknya tenaga kerja yang distandarkan
VZ4 = Upah yang diterima yang distandarkan 4.4.5 Penilaian dan standarisasi berdasarkan aspek gabungan
Perkembangan dan pertumbuhan kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Maluku Tenggara dilihat dari berbagai macam aspek yang ikut berpengaruh dalam
kegiatan tersebut. Penentuan prioritas dari aspek-aspek tersebut dilakukan dengan menganalisis berbagai aspek yakni aspek biologi, aspek teknis, aspek ekonomi
dan aspek sosial secara bersamaan. Tujuan dilakukan analisis secara bersamaan adalah untuk mengkaji keempat aspek tersebut kedalam suatu penilaian dan
standarisasi gabungan untuk memilih teknologi penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Kabupaten Maluku Tenggara.
Dari hasil analisis terhadap gabungan keempat aspek tersebut, maka didapatkan bahwa alat tangkap purse seine menjadi alat tangkap prioritas pertama
untuk dikembangkan di perairan Kabupaten Maluku Tenggara, kemudian diikuti oleh alat tangkap bagan selanjutnya alat tangkap jaring insang hanyut dan jaring
insang lingkar merupakan prioritas terakhir untuk dikembangkan. Adapun hasil analisis yang dilakukan dari keempat aspek tersebut mengenai penilaian dan
standarisasi disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31 Penilaian dan standarisasi gabungan dari aspek biologi, aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek sosial untuk pemilihan teknologi penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara
Biologi Teknis Ekonomi
Sosial No Alat
Tangkap W1
W2 W3
W4 X1
X2 X3
X4 X5
Y1 Y2 Y3 Y4 Z1
Z 2
Z3 Z4
1 Bagan
0,44 240
5 1 3 2 3 1 1
337.500.000 1.250.000 3.000.000 113.636
1 3 5
3 2
Purse seine 0,67
120 3 1 1 5 1 3 1
240.000.000 2.000.000 3.500.000 200.000
1 3 5
3 3
Jaring insang hanyut
0,52 300
3 3 5 3 3 5 1
60.000.000 200.000 1.500.000 25.000
1 1 3
3 4
Jaring insang lingkar
0,52 300
3 3 5 3 3 5 1
60.000.000 200.000 1.500.000 25.000
1 1 3
3
Hasil standarisasi Biologi Teknis
Ekonomi Sosial
No Alat Tangkap
W1 W2 W3 W4 X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Z1 Z2 Z3 Z4 Total
Rata- rata
UP
1 Bagan 0,00 0,67 0,00 0,00 0,50 0,00 1,00 0,00 1,00 1,00 0,58 0,75 0,51 1,00 1,00 1,00 1,00 10,01 0,59
2
2 Purse seine
1,00 0,00 1,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,50 1,00 0,65 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 12,15 0,71
1
3 Jaring insang
hanyut 0,34 1,00 1,00 1,00 1,00 0,34 1,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 1,00 9,68
0,57
3
4 Jaring insang
lingkar 0,34 1,00 1,00 1,00 1,00 0,34 1,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 1,00 9,68
0,57 3
Sumber: Data primer, diolah 2009
4.5 Alokasi Optimum Unit Penangkapan Pelagis Kecil
Tujuan pembangunan perikanan di Kabupaten Maluku Tenggara adalah mengoptimalkan produksi sumber hayati perikanan mencapai potensi lestari, dan
dalam pengembangannya tidak terlepas dari ketersediaan potensi sumber daya, tenaga kerja dan faktor penunjang seperti infrastruktur, institusi dan sebagainya.
Namun, sulit untuk mencapai tujuan tersebut secara bersamaan karena bersifat kontradiktif satu dengan lainnya. Dibutuhkan suatu pendekatan untuk
mengalokasikan unit penangkapan secara optimal dan untuk hal tersebut maka digunakan teknik linear goal programming LGP. LGP digunakan untuk
menentukan jumlah alokasi unit penangkapan, devisiasi tujuan pengelolaan perikanan tangkap dan pemakaian sumber daya.
LGP terdiri dari persamaan fungsi tujuan, fungsi kendala dan variabel
keputusan. Persamaan fungsi tujuan mengekspresikan variabel deviasional dari kendala tujuan yang harus diminimumkan. Variabel deviasional pada fungsi
tujuan bermanfaat unuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian diatas sasaran dan variabel deviasional yang berfungsi untuk menampung penyimpangan
hasil penyelesaian di bawah sasaran. Variabel deviasional tersebut akan merubah kendala menjadi sarana untuk mencapai sasaran yang dikehendaki.
Penerapan LGP pada hakekatnya akan memberikan informasi penting dalam pengalokasian sumber daya perikanan tangkap secara optimal, yaitu: 1
berapa alokasi optimal alat tangkap yang digunakan, 2 berapa besar ketercapaian tujuan yang dikehendaki sesuai target yang ditetapkan, dan 3 berapa besar
sumber daya yang dimanfaatkan dalam mencapai tujuan. 1
Mengoptimumkan ketersediaan sumber daya ikan SDI Sumber daya ikan pelagis kecil yang tertangkap di perairan Kabupaten
Maluku Tenggara adalah layang, kembung, lemuru, tembang, selar dan teri. Persamaan kendala tujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan SDI tersebut
didasarkan atas nilai TAC total allowable catch dan kemampuan masing- masing alat tangkap untuk menangkap ikan pelagis kecil. Adapun perhitungan
nilai TAC, kemampuan menangkap alat untuk menyusun persamaan kendala tujuan dapat dilihat pada Lampiran 2.
1 Ikan layang Potensi lestari MSY ikan layang 8.071,54 tontahun dengan TAC sebesar
6.457,2353. Ikan layang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap purse seine
dan bagan. Kemampuan purse seine untuk menangkap ikan layang adalah sebesar 299,56 tonunittahun dan bagan sebesar 58,04
tonunittahun. Persamaan kendala tujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan sumber daya ikan layang adalah :
299.56 X1 + 58.04 X2 + DB1 - DA1 = 6457.2353 2 Ikan kembung
Potensi lestari MSY ikan kembung 10.172,26 tontahun dengan TAC sebesar 8.137,8119. Ikan kembung ditangkap dengan menggunakan alat
tangkap purse seine, bagan, jaring insang hanyut dan jaring insang lingkar. Kemampuan purse seine untuk menangkap ikan kembung adalah sebesar
96,78 tontahun dan bagan sebesar 140,77 tontahun, jaring insang hanyut sebesar 0,64 tontahun dan jaring insang lingkar sebesar 0,31 tontahun.
Persamaan kendala tujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan sumber daya ikan kembung adalah :
96.78 X1 + 140,77 X2 + 0.64 X3 + 0.31 X4 + DB2 - DA2 = 8137.8119
3 Ikan lemuru Potensi lestari MSY ikan lemuru 832,20 tontahun dengan TAC sebesar
665,76204. Ikan lemuru ditangkap dengan menggunakan alat tangkap jaring insang hanyut dan jaring insang lingkar. Kemampuan jaring insang
hanyut untuk menangkap ikan lemuru adalah sebesar 1,06 tontahun dan jaring insang lingkar sebesar 0.7 tontahun. Persamaan kendala tujuan
untuk mengoptimalkan ketersediaan sumber daya ikan lemuru adalah : 1.06 X3 + 0.7 X4 + DB3 - DA3 = 665.76204
4 Ikan tembang Potensi lestari MSY ikan tembang 657,52 tontahun dengan TAC sebesar
526.01386. Ikan tembang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap bagan. Kemampuan bagan untuk menangkap ikan tembang adalah sebesar
15.63 tontahun. Persamaan kendala tujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan sumber daya ikan tembang adalah :
15.63 X2 + DB4 - DA4 = 526.01386
5 Ikan selar Potensi lestari MSY ikan selar 1.491,11 tontahun dengan TAC sebesar
1192.8913. Ikan selar dengan menggunakan alat tangkap purse seine, bagan, jaring insang hanyut dan jaring insang lingkar. Kemampuan purse
seine untuk menangkap ikan selar adalah sebesar 47.47 tontahun, bagan
sebesar 5.99 tontahun, jaring insang hanyut sebesar 0.19 tontahun dan jaring insang lingkar sebesar 0.08 tontahun. Persamaan kendala tujuan
untuk mengoptimalkan ketersediaan sumber daya ikan selar adalah : 47.47 X1 + 5.99 X2 + 0.19 X3 + 0.08 X4 + DB5 - DA5 = 1003.904
6 Ikan teri Potensi lestari MSY ikan teri 1.101,16 tontahun dengan TAC sebesar
880.93098. Ikan teri di perairan Kabupaten Maluku Tenggara ditangkap dengan menggunakan alat tangkap bagan. Kemampuan bagan untuk
menangkap ikan teri adalah sebesar 18.84 tontahun. Persamaan kendala tujuan untuk mengoptimalkan ketersediaan sumber daya ikan teri adalah :
18.84 X2 + DB6 - DA6 = 880.93098
2 Meminimumkan penggunaan BBM Bahan bakar minyak BBM yang digunakan nelayan untuk menjalankan
perahu atau kapal penangkap ikan di perairan Kabupaten Maluku Tenggara adalah menggunakan minyak tanah dan bensin. Persamaan kendala tujuan dari
permasalahan ini adalah sebagai berikut: 1 11.88 X1 + 7.920 X2 + DB7 - DA7 = 70000 bensin
2 1.8 X1 + 1.2 X2 + 3.0 X3 + 3.0 X4 + DB8 - DA8 = 45000 minyak tanah
3 Memaksimumkan penyerapan tenaga kerja
Jumlah nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara berdasarkan data statistik Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2008 adalah sebanyak 7.069 orang
nelayan yang tersebar di enam kecamatan. Kebutuhan tenaga kerja untuk masing-masing alat tangkap berbeda-beda, sesuai dengan jenis alat tangkap
yang digunakan seperti purse seine membutuhkan kurang lebih 17 orang tenaga kerja, bagan membutuhkan 4 orang tenaga kerja sedangkan jaring
insang hanyut dan jaring insang lingkar masing-masing membutuhkan 3 orang tenaga kerja karena hanya menggunakan perahu dalam kegiatan operasi
penangkapan. Persamaan kendala tujuan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut:
17 X1 + 4 X2 + 3 X3 + 3 X4 + DB9 = 2474
4 Meminimumkan biaya operasional Biaya operasional untuk masing-masing alat tangkap berbeda-beda sesuai
ukuran dan kapasitas muat alat tangkap tersebut. Untuk alat tangkap purse seine
biaya operasional yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 500.000, untuk bagan dibutuhkan biaya sebesar Rp. 200.000 kemudian untuk jaring insang
hanyut dan jaring insang lingkar masing-masing dibutuhkan biaya sebesar Rp. 50.000. Kemudian untuk kendala biaya operasional yang digunakan sebesar
Rp. 14.831 juta yang diperoleh dari total biaya operasional yang aktual dari seluruh unit penangkapan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara.
Persamaan kendala tujuan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut: 500 X1 + 200 X2 + 50 X3 + 50 X4 - DA10 = 14831150
Dalam penelitian ini diperlukan subjective constraint Simbolon 2003, yaitu kendala kebijakan untuk memanfaatkan seluruh alat tangkap ikan pelagis
kecil yang berbasis di perairan Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun terakhir. Untuk itu, variabel keputusannya dibuat X1
≥ 10; X2 ≥ 33; X3 ≥ 284 dan X4 ≥ 332 seluruh unit penangkapan yang beroperasi di perairan Kabupaten Maluku
Tenggara.
Berdasarkan output dari analisis LGP yang dilakukan diperoleh jumlah alokasi alat tangkap yang optimal untuk memanfaatkan sumber daya ikan pelagis
kecil di perairan Kabupaten Maluku Tenggara yaitu masing-masing untuk purse seine
X1 sebanyak 12 unit, bagan X2 sebanyak 46 unit, jaring insang hanyut X3 sebanyak 408 unit dan jaring insang lingkar sebanyak 332 unit.
Berdasarkan output LGP Lampiran 3 menunjukkan bahwa tujuan-tujuan yang ingin dicapai hampir semua tercapai, hal tersebut ditunjukkan oleh hasil
analisis yang dilakukan diperoleh nilai deviasional DA dan DB yang sama dengan nol. Kecuali untuk pemanfaatan sumber daya ikan tembang yang telah
melewati nilai TAC nya sebesar 202,472 ton, hal ini ditunjukkan pada output LGP pada nilai DA4 Lampiran 3. Namun sumber daya ikan selar menunjukkan
sebaliknya, sumber daya tersebut pemanfaatannya masih dibawah nilai TAC yang diperoleh sebesar 25,904 ton, sesuai output LGP dari nilai DB5.
4.6 Strategi Kebijakan Pengembangan Pelagis Kecil