Iklim wilayah studi Penentuan Faktor Deposisi

Serapan radionuklida oleh tanaman dapat dihitung dengan percobaan dan membuat grafik ln 10 A 1 A terhadap waktu t.

3.4.5 Distribusi Spasial Radionuklida di Darat

Model distribusi spasial radionuklida di darat dibuat dengan langkah- langkah teknisnya sebagai berikut: 1 Penyiapan peta 260 luasan wilayah studi melalui digitasi peta rujukan; 2 Titik sampel disebarkan pada radisus 200 m - 35.000 m untuk setiap arah angin untuk 16 arah mata angin sesuai koordinat titik peta wilayah studi; 3 Pembuatan gambar model dengan nilai error sekecil mungkin; 4 Analisa output data hasil perhitungan untuk setiap wilayah 260 desa melalui pendekatan model; 5 Validasi model.

3.4.5.1 Pembuatan 260 Peta Wilayah Desa

Dgitasi peta dengan software ArcView 3.3 dan ArcGis 9.3 dilakukan untuk membuat peta wilayah studi, peta tata guna lahan, batas administrasi kabupaten, kecamatan dan wilayah-wilayah yang berada di kabupaten Jepara, Demak, Kudus dan Pati. Selain itu, dibuat peta wilayah darat bervegetasi dan peta wilayah luasan tanah yang ditutup bangunantanah kosong. Untuk keperluan tersebut diperlukan peta rupa bumi beberapa kabupaten dari Bakosurtanal antra lain: peta kabupaten Jepara, kabupaten Pati, kabupaten Kudus dan kabupaten Demak dengan skala 1:25.000. Data yang diperlukan untuk keperluan tersebut antara lain: Peta rupa Bumi lembar 1409-344, 1409-341, 1509-133, 1409-622, 1409-332, 1509-411, 1409-331, 1409-323, 1409-342, 1409-314, 1509-131, 1409- 324, 1409-612, 1409-334, 1409-343, dan RBU 1409-621. Peta rupa bumi tersebut selanjutnya di-digitasi kembali dengan ArcView 3.2 untuk membuat 260 peta wilayah desa. Data berupa angka-angka berkaitan dengan penggunaan lahan di kabupaten tersebut diperolah dari hasil pengolahan data BPS yang diolah lanjutan menjadi data yang diperlukan untuk keperluan wilayah studi. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memperkirakan jumlah radionuklida yang akan mencemari permukaan tanah wilayah studi.

3.4.5.2 Metoda Spasial dengan Software ArcGIS 9.3

Pusat cemaran merupakan lokasi PLTN pada ketinggian cerobong 49 m sesaui data dokumen teknis rancangan reaktor PWR IAEA No.955 1977, dengan koordinat 6 o 25’40’’ LS, 110 o 47’20’’ BT. Selanjutnya dilakukan input- input titik cemaran hasil perhitungan distribusi radionuklida di udara pada peta yang telah dibuat dengan jarak 0.2 km, 0.5 km, 1 km, 2 km, 3 km, 4 km, 5 km, 10- 35 km untuk masing-masing arah angin untuk masing-masing arah angin dari 16 arah mata angin. Terdapat 13 titik untuk setiap arah mata angin yang selanjutnya titik-titik tersebut digabungkan dalam 360 derajat. Dilakukan pembuatan peta spasial daerah studi terhadap 13 x 16 x 2 = 416 data pada ArcGis untuk satu waktu setelah kejadian kecelakaan. Dilakukan pemodelan spasial untuk urutan kejadian meliputi: 7 hari setelah kejadian, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330 sampai dengan 360 hari setelah kejadian kecelakaan. Berdasarkan penjelasan BAPETEN 2003 dan IAEA 1997 bahwa dalam tindakan penaanggulangan kedaruratan nuklir wilayah cemaran akibat kecelakaan fasilitas nuklir diklasifikasikan sebagai berikut: a Precautionary Action Zone PAZ yaitu wilayah di sekitar PLTN dimana tindakan penanggulangan direncanakan dan ditetapkan sesegera mungkin setelah pernyataan terjadinya kecelakaan; b Urgent Protective Action Planning Zone UPZ yaitu wilayah di sekitar PLTN yang disiapkan dan sesegera akan ditetapkan tindakan penanggulangan berdasarkan hasil pemantauan lingkungan; c Longer Term Protective Action Planning Zone LPZ yaitu wilayah sampai dengan jarak yang relatif jauh dari UPZ, dimana tindakan penanggulangan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang. dilaksanakan dalam jangka waktu panjang. Klasifikasi cemaran pada model distribusi spasial sesuai dengan Tabel 13 di atas luasan dibuat dalam 5 zona: 1 Dikategorikan aman apabila cemaran 0-50 mSv 0 – 18.5 kBqm 3 dengan istilah A atau LPZ; 2 Zona relokasi lingkar 2 dengan cemaran 50 -350 mSv 18.5 – 129 kBqm 3 dengan kode UPZ-2; 3 Zona relokasi lingkar 1 cemaran 350-1000 mSv 129-370 kBqm 3 dengan kode UPZ-1; 4 Zona darurat lingkar 2 cemaran 1000 – 10000 mSv 370.0-3700 kBqm 3 dengan kode PAZ-2 dan 5 Zona darurat lingkar 1 untuk cemaran 10000 mSv 3.700 kBqm 3 dengan kode PAZ-1. ARPNSA 2000 ; ICRP 1990; BAPETEN 2003; IAEA 1997 Tabel 5 Klasifikasi cemaran pada wilayah studi NO Cemaran Penyesuaian Konversi Keterangan Zona Kedaruratan 1 0- 50 mSv 0 – 18.5 kBqm 3 Aman LPZ 2 50 -350 mSv 18.5 – 129 kBqm 3 Relokasi 2 UPZ-2 3 350-1000 mSv 129-370 kBqm 3 Sakit hitungan Bulan bila terus menerus UPZ-1 4 1000 – 10000 mSv 370.0-3700 kBqm 3 Sakit Parah hitungan Bulan bila terus menerus PAZ-2 5 10000 mSv 3.700 kBqm 3 Meninggal hitungan minggu bila terus menerus. PAZ-1 Sumber : ARPNSA 2000 ; ICRP 1990; BAPETEN, 2003 dan IAEA Tecdoc-955, 1997

3.4.5.3 Rancangan Model Spasial dan Validasi Model

Langkah awal sebelum model spasial diputuskan sebagai model, maka dilakukan beberapa tahapan terlebih dahulu: a evaluasi data untuk menghindari data yang keliru serta posisi koordinat yang salah penempatan; b membuat percobaan model dengan beberapa fungsi di dalam Arcgis 9.3 geostatistik diantaranya menggunakan kriging, IDW maupun radial basis fungsi; evaluasi model menggunakan data statistik dan data geostatistik; c pembuatan peta secara spasial; d validasi hasil peta pasial; e keputusan pendekatan metoda yang digunakan. Memodelkan data secara spasial dengan cara interpolation spasial dari titik-titik sampel pada ruang wilayah studi dengan asumsi bahwa karakteristik lokasi yang diramalkan memiliki kemiripan kondisi dengan lokasi sampel yang diukur. Unsur-unsur yang dijadikan dasar intrapolasi adalah: titik kontrol ditambah metoda intrapolasi dengan beberapa asumsi: a data adalah kontinyu, b hipotesis permukaan, c terdapat hubungan spasial dengan melakukan autocorrelation ruang dengan melakukan penilaian bahwa titik-titik yang berada dalam lokasi secara bersama-sama diyakini memiliki kemiripan dengan titik-titik lain berikutnya. Metoda pemodelan menggunakan model lokal dengan dengan pilihan metoda: inverse distance weighting IDW, krigging dan radial basis fungsi RBF. Langkah-langkah teknis pemodelan adalah: 1. Penyiapan peta wilayah studi sebanyak 260 luasan wilayah melalui digitasi dari data gambar foto udara.