Faktor Dispersi Parameter untuk Menentukan Densitas Radionuklida di Lingkungan Udara

dapat dikategorikan bahwa wilayah studi memiliki curah hujan menengah yang berada pada kisaran 100-300 mmbulan . Gambar 33 menunjukan bahwa wilayah studi akan mengalami musim hujan yang dimulai pada hari kedua puluh pada bulan oktober sampai akhir Mei. Musim kemarau dimulai pada akhir bulan mei sampai bulan oktober.Musim kemarau wilayah studi memiliki curah hujan sekitar 809 mm15 dasarian atau sekitar 5.4 mmhari atau Sekitar 0.2 mmjam. Curah hujan tertenggi akan terjadi pada dasarin ke-2 bulan januari dengan curah hujan 285 mmdasarin = 28.5 mmhari. Curah hujan terendah terjadi di musim kemarau yang terjadi pada dasarin ke-1 bulan Juli dengan nilai 8 mmdasarin = 0.8 mmhari. Tabel 8 Curah hujan dasarian periode pengamatan tahun 1971-2000 dalam mm Olahan Data BMG, 2009 Bulan Dasarian Jepara Demak, Kudus Pati Wilayah Studi Januari I 256 265 116 212 II 372 367 115 285 III 218 147 90 152 Pebruari I 218 200 89 169 II 177 113 70 120 III 121 177 68 122 Maret I 207 220 79 169 II 100 106 61 89 III 65 66 54 62 April I 53 89 77 73 II 55 59 63 59 III 60 54 49 54 Mei I 56 56 29 47 II 52 36 31 40 III 49 30 29 36 Juni I 41 8 40 30 II 31 11 20 21 III 35 10 24 23 Juli I 12 3 10 8 II 24 2 12 13 III 15 12 8 12 Agustus I 25 11 13 16 II 27 4 7 13 III 19 2 8 10 September I 17 17 17 17 II 25 11 16 17 III 12 15 22 16 Oktober I 17 14 26 19 II 11 21 26 19 III 52 34 36 41 November I 55 67 40 54 II 83 88 68 80 III 87 74 71 77 Desember I 67 77 94 79 II 92 127 74 98 III 154 93 111 119 Jumlah 2957 2684 1763 2470 Curah Hujan Wilayah Studi rata-rata 7 mmhari atau 0,28 mmjam

4.5.2 Kecepatan Pengendapan Laju Deposisi

Perhitungan jumlah cemaran radionuklida yang akan memasuki permukaan tanah karena pengaruh hujan digunakan curah hujan rata-rata wilayah studi yaitu 2470 mmtahun atau sekitar 206 mmbulan atau 7 mmhari atau 0.28 mmjam dengan memperhitungkan rata-rata lama hujan dalam satu hari, data pengamatan lama hujan dalam sehari rata-rata di wilayah studi mencapai 1.5 jam. Dan dari Data Sequence Meteorologi Stasiun Ujung Lemah Abang Muria selama 360 hari pada lampiran diperoleh informasi bahwa telah terjadi 9 kali hujan dalam 144 kali pengamatan yang dihitung sebagai faktor wash-out cemaran radionuklida dengan nilai 6.250E-02. Curah hujan wilayah studi akan mendeposisikan cemaran radionuklida dari udara menuju permukaan tanah. Konstanta c = 1mm dari suatu cemaran radionuklida berupa gas atau aerosol dapat ditentukan dengan persamaan Vinther, L g = c x p a menggunakan data hubungan koefisien pengendapan dan curah hujan dengan a = tetapan 0.6 untuk gas, 0.5 untuk aerosol, L g = koefisien pengendapan 1det, dan p = intensitas pengendapan basah mmjam. Nilai c radionuklida sebagai tetapan 1mm berdasarkan Vinther 1984 adalah 8 x 10 -5 mm berbentuk gas, nilai 1.2 x 10 -4 mm berbentuk aerosol. Perhitungan kecepatan pengendapan basah V w dalam satuan mhari mengikuti persamaan yang dikemukakan oleh Vinther 1984, V w = w.p dimana p = Lgc 1a , w = rasio wash-out, p dalam mmjam, hasil ditampilkan dalam Tabel 22. Curah hujan rata-rata wilayah studi 7 mmhari atau 0.28 mmjam. Data pengamatan lama hujan dalam rata-rata satu hari di wilayah studi mencapai 1.5 jam. Dan dari Data Sequence Meteorologi Stasiun ULA selama 360 hari diperoleh data faktor wash-out cemaran radionuklida dengan nilai 0.0625. Tabel 9 Hasil penentuan parameter intensitas pengendapan basah wilayah studi Wujud Cemaran Radionuklida C 1mm Lg 1det a p mmdet p campuran gas aerosol mhari Gas 8 x 10 -5 0.33 x 10 -5 0.6 0.00170156 1.817 x 10 -1 Aerosol 1.2 x 10 -4 0.33 x 10 -5 0.5 0.00250546 Rata-rata p campuran = 0.00210351 Lg dari tabel hubungan koefisien pengendapan dan curah hujan Nilai p intensitas pengendapan sebesar 1.817 x 10 -1 mhari dalam Tabel 22 digunakan untuk menghitung kecepatan pengendapan basah V w dalam satuan mhari mengikuti persamaan V w = w.p dimana p = Lgc 1a , w= rasio wash-out, p dalam mmjam. Nilai kecepatan pengendapan basah V w adalah 2.104 x 10 -3 mmdet di kalikan faktor wash-out wilayah studi 6.25 x 10 -2 menghasilkan nilai 4.039 x 10 -3 mdetik atau 1.136 x 10 -2 mhari. Faktor ini selanjutnya berperan di dalam memperkirakan cemaran radionuklida yang terdeposisi rata-rata ke permukaan tanah sesuai dengan curah hujan di wilayah studi.

4.6 Parameter untuk Menentukan Densitas Radionuklida di permukaan

Tanah Non-vegetasi Radionuklida yang memasuki wilayah darat akan mengalami reaksi fisika kimia dengan lapisan tanah, sehingga radionuklida yang tersisa di permukaan tanah merupakan radionuklida dari total deposisi dikurangi kemampuan tanah dalam menyerap radionuklida. Jenis Tanah dan Serapan Tanah terhadap Cemaran Radionuklida Kondisi tanah di wilayah studi sekitar PLTN berperanan dalam memperkecil penyebaran cemaran radionuklida. Distribusi radionuklida yang utama disebabkan dari pergerakan air, dan tanah dapat berfungsi sebagai penyerap air untuk menghindari sebaran cemaran radionuklida lebih lanjut. Proses serapan tanah merupakan proses interaksi antara radionuklida dengan tanah sekitar pusat cemaran PLTN yang dapat dijadikan proses pengurangan distribusinya radionuklida ke tanah. Faktor yang mempengaruhi serapan radionuklida dalam lapisan tanah adalah selain karekteristik dari radionuklida yang berinteraksi dengan tanah juga dipengaruhi oleh sifat fisika air yang berfungsi pembawa cemaran radionuklida pada tanah. Kemampuan serap struktur tanah ditentukan pula oleh kation-kation di dalam tanah yang dapat bertukar ion dengan unsur-unsur radionuklida. Ion-ion Fe, Al dan ion-ion alkali dan alkali tanah yang ada pada tanah lingkungan studi memiliki kandungan ion yang cukup tinggi dan sangat baik di dalam penyerapan cemaran radionuklida. Data hasil analisis tanah di sekitar wilayah studi oleh Purnomo 1998 memiliki mineral anorganik utama dengan empat unsur yaitu O, Si, Al dan Fe, sedangkan yang lainnya adalah unsur alkali dan alkali tanah, berdasarkan berat kering bebas bahan organik, di wilayah studi paling sedikit memiliki 90 yang tersusun dari SiO2, Al 2 O 3 dan Fe 2 O 3 . Pada penelitian ini analisa sampel tanah di beberapa titik dilakukan untuk mengetahui kandungan Al, Fe, dan Na yang diyakini memiliki peran dalam menyerap radionuklida di permukaan tanah pada titik yang mewakili kode wilayah lingkungan studi. Tabel 23 berikut adalah hasil analisis sampel tanah di beberapa titik yang mewakili kode wilayah untuk mengetahui kandungan Al, Fe, Na yang berperan untuk menyerap radionuklida yang ada di permukaan tanah dengan kadar rata-rata untuk Al, Fe dan Na pada radius kurang dari 10 km masing-masing adalah 52.99 ppm, 205.13 ppm dan 4.7575. Dilakukan uji statistika terhadap data untuk mengetahui kesesuaian kandungan beberapa unsur di wilayah studi baik untuk Al, Fe maupun Na. Tabel 10 Analisa sampel tanah di wilayah-wilayah wilayah studi No Kode Wilayah Kecamatan Kabupaten Radius dari PLTN Al Fe Na 1 W003a Bangsri Jepara 0.5 km 58.85 207.67 1.27 2 W003b Bangsri Jepara 0.5 km 56.41 204.19 1.32 3 W005a KembangBangsri Jepara 6.9 km 38.66 203.05 8.02 4 W005b KembangBangsri Jepara 6.9 km 38.49 204.00 8.42 5 W009a Kembang Jepara 9.0 km 62.42 207.67 6 W009b Kembang Jepara 9.0 km 63.09 204.19 7 W011a Bangsri Jepara 10.5 km 49.97 212.41 0.21 8 W011b Bangsri Jepara 10.5 km 52.03 211.22 0.38 9 W054a TrangkilCluwak Pati 17.1 km 24.93 202.91 2.91 10 W054b TrangkilCluwak Pati 17.1 km 25.73 204.10 2.76 11 W230a Batelit Jepara 23.0 km 41.43 200.57 7.95 12 W230b Batelit Jepara 23.0 km 41.79 199.76 13 W089a Grebeg Kudus 25.5 km 59.20 204.91 14 W089b Grebeg Kudus 25.5 km 58.36 206.22 15 W211a PecanganKalinyamatan Jepara 30.0 km 35.62 203.80 16 W211b PecanganKalinyamatan Jepara 30.0 km 33.97 203.26 Data Analisis Lab Terpadu IPB No. Lab: BMXII09133313-3320 Dari hasil uji statistik untuk kenormalan data diketahui untuk unsur Al Memiliki P-Value 0.200 dengan uji normalitas Liliefors Kosmogorov_Smirnov lebih besar dari dari ά = 0.05. Hasil Fe P-Value 0.139 Shapiro-Wilk lebih besar dari ά = 0.05 dengan pengujian hipotesis P-value ά, maka Ho ditolak, dan jika P-value ≥ ά, maka Ho tidak dapat ditolak. Oleh kaena Ho ά, maka data tersebut terdistribusi normal.