dapat dikategorikan bahwa wilayah studi memiliki curah hujan menengah yang berada pada kisaran 100-300 mmbulan . Gambar 33 menunjukan bahwa wilayah
studi akan mengalami musim hujan yang dimulai pada hari kedua puluh pada bulan oktober sampai akhir Mei. Musim kemarau dimulai pada akhir bulan mei
sampai bulan oktober.Musim kemarau wilayah studi memiliki curah hujan sekitar 809 mm15 dasarian atau sekitar 5.4 mmhari atau Sekitar 0.2 mmjam. Curah
hujan tertenggi akan terjadi pada dasarin ke-2 bulan januari dengan curah hujan 285 mmdasarin = 28.5 mmhari. Curah hujan terendah terjadi di musim kemarau
yang terjadi pada dasarin ke-1 bulan Juli dengan nilai 8 mmdasarin = 0.8 mmhari.
Tabel 8 Curah hujan dasarian periode pengamatan tahun 1971-2000 dalam mm Olahan Data BMG, 2009
Bulan Dasarian
Jepara Demak,
Kudus Pati
Wilayah Studi
Januari I
256 265
116 212
II 372
367 115
285 III
218 147
90 152
Pebruari I
218 200
89 169
II 177
113 70
120 III
121 177
68 122
Maret I
207 220
79 169
II 100
106 61
89 III
65 66
54 62
April I
53 89
77 73
II 55
59 63
59 III
60 54
49 54
Mei I
56 56
29 47
II 52
36 31
40 III
49 30
29 36
Juni I
41 8
40 30
II 31
11 20
21 III
35 10
24 23
Juli I
12 3
10 8
II 24
2 12
13 III
15 12
8 12
Agustus I
25 11
13 16
II 27
4 7
13 III
19 2
8 10
September I
17 17
17 17
II 25
11 16
17 III
12 15
22 16
Oktober I
17 14
26 19
II 11
21 26
19 III
52 34
36 41
November I
55 67
40 54
II 83
88 68
80 III
87 74
71 77
Desember I
67 77
94 79
II 92
127 74
98 III
154 93
111 119
Jumlah 2957
2684 1763
2470 Curah Hujan Wilayah Studi
rata-rata 7 mmhari atau 0,28 mmjam
4.5.2 Kecepatan Pengendapan Laju Deposisi
Perhitungan jumlah cemaran radionuklida yang akan memasuki permukaan tanah karena pengaruh hujan digunakan curah hujan rata-rata wilayah
studi yaitu 2470 mmtahun atau sekitar 206 mmbulan atau 7 mmhari atau 0.28 mmjam dengan memperhitungkan rata-rata lama hujan dalam satu hari, data
pengamatan lama hujan dalam sehari rata-rata di wilayah studi mencapai 1.5 jam. Dan dari Data Sequence Meteorologi Stasiun Ujung Lemah Abang Muria
selama 360 hari pada lampiran diperoleh informasi bahwa telah terjadi 9 kali hujan dalam 144 kali pengamatan yang dihitung sebagai faktor wash-out cemaran
radionuklida dengan nilai 6.250E-02. Curah hujan wilayah studi akan mendeposisikan cemaran radionuklida
dari udara menuju permukaan tanah. Konstanta c = 1mm dari suatu cemaran radionuklida berupa gas atau aerosol dapat ditentukan dengan persamaan Vinther,
L
g
= c x p
a
menggunakan data hubungan koefisien pengendapan dan curah hujan dengan a = tetapan 0.6 untuk gas, 0.5 untuk aerosol, L
g
= koefisien pengendapan 1det, dan p = intensitas pengendapan basah mmjam. Nilai c radionuklida
sebagai tetapan 1mm berdasarkan Vinther 1984 adalah 8 x 10
-5
mm berbentuk gas, nilai 1.2 x 10
-4
mm berbentuk aerosol. Perhitungan kecepatan pengendapan basah V
w
dalam satuan mhari mengikuti persamaan yang dikemukakan oleh Vinther 1984, V
w
= w.p dimana p = Lgc
1a
, w = rasio wash-out, p dalam mmjam, hasil ditampilkan dalam Tabel 22.
Curah hujan rata-rata wilayah studi 7 mmhari atau 0.28 mmjam. Data pengamatan lama hujan dalam rata-rata satu hari di wilayah studi mencapai 1.5
jam. Dan dari Data Sequence Meteorologi Stasiun ULA selama 360 hari diperoleh data faktor wash-out cemaran radionuklida dengan nilai 0.0625.
Tabel 9 Hasil penentuan parameter intensitas pengendapan basah wilayah studi
Wujud Cemaran
Radionuklida C 1mm
Lg 1det a
p mmdet p campuran
gas aerosol mhari
Gas 8 x 10
-5
0.33 x 10
-5
0.6 0.00170156
1.817 x 10
-1
Aerosol 1.2 x 10
-4
0.33 x 10
-5
0.5 0.00250546
Rata-rata p campuran = 0.00210351
Lg dari tabel hubungan koefisien pengendapan dan curah hujan
Nilai p intensitas pengendapan sebesar 1.817 x 10
-1
mhari dalam Tabel 22 digunakan untuk menghitung kecepatan pengendapan basah V
w
dalam satuan mhari mengikuti persamaan V
w
= w.p dimana p = Lgc
1a
, w= rasio wash-out, p dalam mmjam. Nilai kecepatan pengendapan basah V
w
adalah 2.104 x 10
-3
mmdet di kalikan faktor wash-out wilayah studi 6.25 x 10
-2
menghasilkan nilai 4.039 x 10
-3
mdetik atau 1.136 x 10
-2
mhari. Faktor ini selanjutnya berperan di dalam memperkirakan cemaran radionuklida yang terdeposisi rata-rata ke
permukaan tanah sesuai dengan curah hujan di wilayah studi.
4.6 Parameter untuk Menentukan Densitas Radionuklida di permukaan
Tanah Non-vegetasi
Radionuklida yang memasuki wilayah darat akan mengalami reaksi fisika kimia dengan lapisan tanah, sehingga radionuklida yang tersisa di permukaan
tanah merupakan radionuklida dari total deposisi dikurangi kemampuan tanah dalam menyerap radionuklida.
Jenis Tanah dan Serapan Tanah terhadap Cemaran Radionuklida
Kondisi tanah di wilayah studi sekitar PLTN berperanan dalam memperkecil penyebaran cemaran radionuklida. Distribusi radionuklida yang
utama disebabkan dari pergerakan air, dan tanah dapat berfungsi sebagai penyerap air untuk menghindari sebaran cemaran radionuklida lebih lanjut. Proses serapan
tanah merupakan proses interaksi antara radionuklida dengan tanah sekitar pusat cemaran PLTN yang dapat dijadikan proses pengurangan distribusinya
radionuklida ke tanah. Faktor yang mempengaruhi serapan radionuklida dalam lapisan tanah adalah selain karekteristik dari radionuklida yang berinteraksi
dengan tanah juga dipengaruhi oleh sifat fisika air yang berfungsi pembawa cemaran radionuklida pada tanah.
Kemampuan serap struktur tanah ditentukan pula oleh kation-kation di dalam tanah yang dapat bertukar ion dengan unsur-unsur radionuklida. Ion-ion Fe,
Al dan ion-ion alkali dan alkali tanah yang ada pada tanah lingkungan studi memiliki kandungan ion yang cukup tinggi dan sangat baik di dalam penyerapan
cemaran radionuklida. Data hasil analisis tanah di sekitar wilayah studi oleh Purnomo 1998 memiliki mineral anorganik utama dengan empat unsur yaitu O,
Si, Al dan Fe, sedangkan yang lainnya adalah unsur alkali dan alkali tanah, berdasarkan berat kering bebas bahan organik, di wilayah studi paling sedikit
memiliki 90 yang tersusun dari SiO2, Al
2
O
3
dan Fe
2
O
3
. Pada penelitian ini analisa sampel tanah di beberapa titik dilakukan untuk
mengetahui kandungan Al, Fe, dan Na yang diyakini memiliki peran dalam menyerap radionuklida di permukaan tanah pada titik yang mewakili kode
wilayah lingkungan studi. Tabel 23 berikut adalah hasil analisis sampel tanah di beberapa titik yang
mewakili kode wilayah untuk mengetahui kandungan Al, Fe, Na yang berperan untuk menyerap radionuklida yang ada di permukaan tanah dengan kadar rata-rata
untuk Al, Fe dan Na pada radius kurang dari 10 km masing-masing adalah 52.99 ppm, 205.13 ppm dan 4.7575. Dilakukan uji statistika terhadap data untuk
mengetahui kesesuaian kandungan beberapa unsur di wilayah studi baik untuk Al, Fe maupun Na.
Tabel 10 Analisa sampel tanah di wilayah-wilayah wilayah studi
No Kode Wilayah Kecamatan
Kabupaten Radius
dari PLTN Al
Fe Na
1 W003a
Bangsri Jepara
0.5 km 58.85
207.67 1.27
2 W003b
Bangsri Jepara
0.5 km 56.41
204.19 1.32
3 W005a
KembangBangsri Jepara
6.9 km 38.66
203.05 8.02
4 W005b
KembangBangsri Jepara
6.9 km 38.49
204.00 8.42
5 W009a
Kembang Jepara
9.0 km 62.42
207.67 6
W009b Kembang
Jepara 9.0 km
63.09 204.19
7 W011a
Bangsri Jepara
10.5 km 49.97
212.41 0.21
8 W011b
Bangsri Jepara
10.5 km 52.03
211.22 0.38
9 W054a
TrangkilCluwak Pati
17.1 km 24.93
202.91 2.91
10 W054b
TrangkilCluwak Pati
17.1 km 25.73
204.10 2.76
11 W230a
Batelit Jepara
23.0 km 41.43
200.57 7.95
12 W230b
Batelit Jepara
23.0 km 41.79
199.76 13
W089a Grebeg
Kudus 25.5 km
59.20 204.91
14 W089b
Grebeg Kudus
25.5 km 58.36
206.22 15
W211a
PecanganKalinyamatan
Jepara 30.0 km
35.62 203.80
16 W211b
PecanganKalinyamatan
Jepara 30.0 km
33.97 203.26
Data Analisis Lab Terpadu IPB No. Lab: BMXII09133313-3320
Dari hasil uji statistik untuk kenormalan data diketahui untuk unsur Al Memiliki P-Value 0.200 dengan uji normalitas Liliefors Kosmogorov_Smirnov
lebih besar dari dari ά = 0.05. Hasil Fe P-Value 0.139 Shapiro-Wilk lebih besar
dari ά = 0.05 dengan pengujian hipotesis P-value ά, maka Ho ditolak, dan jika
P-value ≥ ά, maka Ho tidak dapat ditolak. Oleh kaena Ho ά, maka data tersebut
terdistribusi normal.