Curah Hujan Parameter untuk Menentukan Densitas Radionuklida di Lingkungan

Si, Al dan Fe, sedangkan yang lainnya adalah unsur alkali dan alkali tanah, berdasarkan berat kering bebas bahan organik, di wilayah studi paling sedikit memiliki 90 yang tersusun dari SiO2, Al 2 O 3 dan Fe 2 O 3 . Pada penelitian ini analisa sampel tanah di beberapa titik dilakukan untuk mengetahui kandungan Al, Fe, dan Na yang diyakini memiliki peran dalam menyerap radionuklida di permukaan tanah pada titik yang mewakili kode wilayah lingkungan studi. Tabel 23 berikut adalah hasil analisis sampel tanah di beberapa titik yang mewakili kode wilayah untuk mengetahui kandungan Al, Fe, Na yang berperan untuk menyerap radionuklida yang ada di permukaan tanah dengan kadar rata-rata untuk Al, Fe dan Na pada radius kurang dari 10 km masing-masing adalah 52.99 ppm, 205.13 ppm dan 4.7575. Dilakukan uji statistika terhadap data untuk mengetahui kesesuaian kandungan beberapa unsur di wilayah studi baik untuk Al, Fe maupun Na. Tabel 10 Analisa sampel tanah di wilayah-wilayah wilayah studi No Kode Wilayah Kecamatan Kabupaten Radius dari PLTN Al Fe Na 1 W003a Bangsri Jepara 0.5 km 58.85 207.67 1.27 2 W003b Bangsri Jepara 0.5 km 56.41 204.19 1.32 3 W005a KembangBangsri Jepara 6.9 km 38.66 203.05 8.02 4 W005b KembangBangsri Jepara 6.9 km 38.49 204.00 8.42 5 W009a Kembang Jepara 9.0 km 62.42 207.67 6 W009b Kembang Jepara 9.0 km 63.09 204.19 7 W011a Bangsri Jepara 10.5 km 49.97 212.41 0.21 8 W011b Bangsri Jepara 10.5 km 52.03 211.22 0.38 9 W054a TrangkilCluwak Pati 17.1 km 24.93 202.91 2.91 10 W054b TrangkilCluwak Pati 17.1 km 25.73 204.10 2.76 11 W230a Batelit Jepara 23.0 km 41.43 200.57 7.95 12 W230b Batelit Jepara 23.0 km 41.79 199.76 13 W089a Grebeg Kudus 25.5 km 59.20 204.91 14 W089b Grebeg Kudus 25.5 km 58.36 206.22 15 W211a PecanganKalinyamatan Jepara 30.0 km 35.62 203.80 16 W211b PecanganKalinyamatan Jepara 30.0 km 33.97 203.26 Data Analisis Lab Terpadu IPB No. Lab: BMXII09133313-3320 Dari hasil uji statistik untuk kenormalan data diketahui untuk unsur Al Memiliki P-Value 0.200 dengan uji normalitas Liliefors Kosmogorov_Smirnov lebih besar dari dari ά = 0.05. Hasil Fe P-Value 0.139 Shapiro-Wilk lebih besar dari ά = 0.05 dengan pengujian hipotesis P-value ά, maka Ho ditolak, dan jika P-value ≥ ά, maka Ho tidak dapat ditolak. Oleh kaena Ho ά, maka data tersebut terdistribusi normal. Pengujian terhadap data hasil analisa dengan asumsi dapat mewakili wilayah studi dalam rentang radius 35 km melalui uji perbandingan dengan data rata-rata kandungan tanah jarak 10 km. Hasil uji purata mean dari sampel tunggal terhadap mean acuan dengan asumsi berdistribusi normal. Pengujian menggunakan bentuk hipotesis dua sisi two-sided atau two-tiled test dengan hipotesis Ho: = dan Hi : ≠ diperoleh hasil yang dijelaskan berikutnya. Uji t-sampel Al yang menguji Ho =52.98 terhadap Hi ≠52.λ8. σilai uji statistik didapat t= -2.08 dengan derajat kebebasan 15. Nilai p-value untuk 2- tailed = 0.055 lebih besar dari ά =0.05 da hal ini menunjukan penerimaan terhadap Ho =52.98 yang kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah di radius sekitar 35 km dapat diterima memiliki kemiripan dengan rata-rata kandungan Al pada radius 10 km dari pusat PLTN. Uji t-sampel Fe yang menguji Ho =205.13 terhadap Hi ≠205.13 σilai uji statistik didapat t= -0.159 dengan derajat kebebasan 15. Nilai p-value untuk 2-tailed = 0.876 lebih besar dari ά =0.05 da hal ini menunjukan penerimaan terhadap Ho =205.13 yang kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah di radius sekitar 35 km memiliki rata-rata kandungan Fe mendekati rara-rata kandungan Fe dalam radius 10 km dari pusat PLTN. Uji t-sampel Na yang menguji Ho =4.76 terhadap Hi ≠4.76. Nilai uji statistik didapat t= -0.434 dengan derajat kebebasan 13. Nilai p-value untuk 2- tailed = 0.671 lebih besar dari ά =0.05 dan hal ini menunjukan penerimaan terhadap Ho =4.76 yang kuat. Sehingga dapat diperoleh informasi bahwa tanah dalam radius 35 km dari pusat PLTN dapat diterima memiliki rata-rata kandungan Na tidak berbeda signifikan dengan kandungan Na radius 10 km. Hamparan permukaan tanah dengan luasan yang besar diasumsikan memiliki kemampuan untuk menyerap air hujan yang membawa cemaran radionuklida memasuki lapisan tanah. Diasumsikan bahwa air yang membawa cemaran radionuklida akan terserap ke dalam tanah seluruhnya melalui pori-pori tanah dan radionuklida akan berinteraksi dengan lapisan tanah baik terperangkap secara fisika dalam pori-pori tanah maupun berinteraksi secara kimia, tetapi penyerapan akan mencapai jenuh pada konsentrasi tertentu. Kinetika sorpsi dan desorpsi menurut Setiawan 1997 terhadap tanah di wilayah studi lokasi PLTN, diperoleh data reversibilitas desorpsi tanah terhadap radionuklida Cs-137 selama tujuh hari sebesar 40 pada pH 7.0 dan 36 pada pH 12.0. Pengolahan data terhadap karakteristik tanah di wilayah studi. Sehingga dapat diperoleh informasi bahwa hujan dengan pH 7.0 akan membawa radionuklida terserap dalam pori-pori tanah dalam luasan besar dengan nilai tetapan serapan tanah sebesar 0,6 per minggu atau sama dengan 8.57143 x 10 -2 hari.

4.7 Parameter untuk Menentukan Densitas Radionuklida di permukaan Vegetasi

Serapan Akar Vegetasi Vegetasi di wilayah studi bervariasi selain hutan negara dan hutan swasta yang terdiri dari tanaman jati, johar, mindi, akasia dan karet juga memiliki tanaman pohon penghasil buah seperti mangga, pisang, durian, belimbing, rambutan, pepaya, jengkol, petai dan jambu air, jambu mete, coklat, kelapa, kopi dan lain-lain dengan luasan mencapai 22.9 Ha. Tanah wilayah studi ditumbuhi oleh tanaman rendah berupa padang rumput dan belukar juga memiliki luasan yang cukup luas mencapai 19.68 Ha. Perbandingan keduanya mendekati 1:1. Vegetasi memiliki kemampuan untuk menyerap pencemar radionuklida terutama dari akar dan hisapan daun. Penelitian mengenai model perpindahan Cs- 137 dari tanah ke dalam akar dengan kasus kakar rumput belulang telah diteliti oleh Sukmabuana 2005, diperoleh hasil pengukuran aktivitas Cs-137 dalam tanah yang ditampilkan sebagai berikut. Grafik pada Gambar 34 menunjukkan bahwa aktivitas Cs-137 dalam tanah menurun seiring dengan kenaikan aktivitas Cs-137 dalam akar ruput. Penyerarapan radionuklida Cs-137 dari tanah ke tanaman terdeteksi pada hari ke tujuh dan aktivitas radionuklida tertinggi terjadi pada hari ke-42 yang mencapai 3.6080 Bq. Setelah hari ke-42 tidak terjadi kenaikan penyerapan akar sampai hari ke-56, sehingga penyerapan akar terhadap radionuklida cesium-137 mulai terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-42, dan setelah hari tersebut penyerapan mengalami perlambatan serapan.