Urea X KCL X

79 digunakan petani responden sebanyak 8.461,657 setek 35.780 setek per hektar, sedangkan standar penggunaan bibit menurut Rahmat 1997 sebanyak 32.000 setek per hektar dengan jarak tanam yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bibit yang digunakan petani responden berlebih. Bibit dalam usahatani ubi jalar ini merupakan hasil setek batang tanaman ubi jalar, sehingga bibit mudah didapatkan tanpa membeli. Bibit yang diperoleh petani berupa setek pucuk hasil pengipukan maupun hasil panen periode sebelumnya, baik milik sendiri atau disediakan oleh kelompok tani. Penggunaan bibit oleh petani responden berdasarkan satuan karung dan rata-rata menggunakan empat karung per 1000 m 2 . Kebutuhan bibit ini pun dipengaruhi oleh jarak tanam. Sebagian besar petani responden menggunakan jarak tanam 100 x 25 centimeter dan beberapa petani lainnya ada yang tidak menggunakan jarak tanam. Disamping jarak tanam, ukuran bibit yang digunakan petani responden berbeda-beda dengan rata-rata berukuran panjang 25-30 centimeter.

b. Urea X

2 Nilai koefisien regresi penggunaan bibit sebesar 0,1237, artinya jika terjadi penambahan urea sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi ubi jalar sebesar 0,1237 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan bibit berada pada daerah rasional Daerah II. Namun berdasarkan nilai P-value yang lebih besar dari α lima persen yaitu mempunyai nilai 0,478 47,8 artinya bahwa urea tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar, sehingga pengurangan atau penambahan benih sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi ubi jalar dengan faktor lain dianggap tetap. Penggunaan pupuk urea dilakukan dalam upaya menambah unsur nitrogen tanah. Kondisi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea oleh petani responden sudah mendekati standar dosis yang ditetapkan. Rata-rata penggunaan urea per 0,24 hektar yang digunakan petani responden sebanyak 35,97 kg 152,1 kg per hektar, sedangkan standar penggunaan urea menurut Rahmat 1997 sebanyak 100-200 kg per hektar. Dengan demikian, penggunaan pupuk urea masih dapat ditambah untuk meningkatkan produksi ubi jalar. 80

c. KCL X

3 Pupuk KCL merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam kegiatan usahatani ubi jalar. Nilai koefisien regresi penggunaan KCL sebesar 0,2984 dan b erpengaruh nyata pada taraf α 7,2 persen, artinya jika terjadi penambahan KCL sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi ubi jalar sebesar 0,2984 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus. Elastisitas yang positif menunjukkan bahwa penggunaan bibit berada pada daerah rasional Daerah II. Selain itu berdasarkan hasil analisis fungsi produksi Cobb_Douglas, KCL ini mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi ubi jalar, sehingga ketika terjadi penurunan dan peningkatan input akan sangat signifikan pengaruhnya terhadap produksi ubi jalar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani responden bahwa penggunaan pupuk KCL ini cukup penting karena dibutuhkan sebagai zat yang mempengaruhi warna dan rasa pada tanaman ubi jalar. Rata-rata penggunaan pupuk KCL tiap periode tanam oleh petani responden yaitu sebanyak 13,11 kilogram 55,45 kg per hektar, sedangkan standar penggunaan KCL menurut Rahmat 1997 sebanyak 100 kg per hektar. Dengan demikian, penggunaan pupuk KCL masih dapat ditambah untuk meningkatkan produksi ubi jalar. Pupuk kimia yang dibutuhkan oleh petani responden mudah diperoleh, baik disediakan oleh kelompok tani maupun membeli langsung ke toko saprotan terdekat.

d. TSP X