6 mengalami peningkatan dari 14 ton per hektar menjadi 14,2 ton per hektar Tabel
5. Produksi ubi jalar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 . Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Ubi Jalar di Beberapa
Kecamatan di Kabupaten Bogor 2007-2008
No Kecamatan
2007 2008
Produksi Luas
Panen Produk-
tivitas Produksi
Luas Panen
Produk- tivitas
Ton Ha
TonHa Ton
Ha TonHa
1 Tenjolaya 8.857
291 14,59
8.732 603
14,48 2 Cibungbulang
244 655
14,35 8.822
601 14,68
3 Ciampea 2.540
122 14,61
8.576 586
14,63 4 Megamendung
2.604 152
13,71 3.644
269 13,55
5 Dramaga 2.040
135 14,57
2.720 190
14,32
6 Tamansari 2.466
131 14,59
2.478 174
14,24 7 Cijeruk
1.641 117
14,27 2.416
173 13,97
8 Bojonggede 415
100 13,39
2.023 150
13,49 9 Pamijahan
9.341 417
14,73 1.990
136 14,63
10 Rancabungur 3.452
95 14,69
1.945 135
14,41 Sumber : Kebupaten Bogor dalam Angka 2009 diolah.
BPS Kabupaten Bogor 2009
Usahatani ubi jalar di kelompok tani Hurip Desa Cikarawang ini penting untuk dikembangkan selain padi, karena menyumbang terhadap total pendapatan
petani. Pendapatan dipengaruhi oleh produksi, harga output dan input serta faktor- faktor produksi. Dengan demikian, penelitian mengenai analisis usahatani dan
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar menjadi bahan kajian yang penting untuk diteliti.
1.2 Perumusan Masalah
Rata-rata produktivitas ubi jalar di Kabupaten Bogor hanya mencapai 15,25 ton per hektar Tabel 5, sedangkan produktivitas optimal ubi jalar
seharusnya dapat mencapai 20-40 ton per hektar.
7
Hal ini dapat dilihat bahwa
7
Zuraida. Usahatani Ubi Jalar sebagai Bahan Pangan Alternatif dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat. http:anekaplanta. Wordpress.com20080302. [15 Juni 2010].
7 terdapat selisih sebesar 4,75-24,75 ton per hektar antara produktivitas optimal
dengan produktivitas ubi jalar di Kabupaten Bogor. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala yang dihadapi petani dalam pengembangan usahatani ubi jalar.
Kesenjangan gap ini dapat berimplikasi terhadap pendapatan yang diperoleh petani.
Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar Di Kabupaten Bogor
Tahun 2003-2008
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2009 diolah.
Kesejahteraan petani dapat diukur dari pendapatan yang diterimanya. Produktivitas yang tinggi menghasilkan pendapatan yang tinggi pula, berarti akses
petani terhadap pangan pun akan meningkat. Pada umumnya masyarakat tani tersebut kurang berkembang kesejahteraannya, karena terkendala oleh kondisi
sosial ekonomi yang relatif rendah. Sebagian besar petani mempunyai lahan yang relatif sempit skala terbatas dan masih banyak petani penggarap, modal yang
terbatas, harga input tinggi dan harga output ubi jalar rendah. Penguasaan teknologi usahatani ubi jalar oleh petani perlu ditingkatkan, sehingga antara faktor
iklim dengan teknologi budidaya tanaman dapat sinergis dalam meningkatkan produktivitas ubi jalar.
Peningkatan produktivitas ubi jalar dapat dilakukan dengan meningkatkan produksinya. Peningkatan produksi ubi jalar dapat ditempuh dengan usaha
penanaman varietas unggul, penerapan kultur teknik budidaya secara intensif, dan penanganan pascapanen yang memadai, disertai penelitian pasar di dalam dan luar
negeri Rahmat, 1997. Tahun
Luas Panen Ha Produksi Ton
Produktivitas TonHa 2003
3.882 67.159
17,30 2004
3.656 56.213
15,40 2005
3.662 52.762
14,40 2006
3.752 60.832
16,20 2007
3.916 54.528
14,00 2008
4.041 57.311
14,20 Rata-rata
15,25
8 Desa Cikarawang merupakan salah satu desa di kabupaten bogor yang
berpotensi untuk usahatani ubi jalar dengan adanya kelompok tani dan didukung oleh IPB sebagai desa binaan di lingkungan kampus. Mayoritas penduduk Desa
Cikarawang berprofesi sebagai petani dan buruh tani yang berpengalaman menghasilkan bahan pangan. Sebagian besar petani di daerah ini menjadikan
tanaman ubi jalar sebagai komoditas utama untuk dibudidayakan, termasuk kelompok tani Hurip yang merupakan salah satu kelompok tani aktif yang berada
di Desa Cikarawang. Kelompok tani Hurip tergabung dalam Gapoktan Jaya Makmur dengan jumlah anggota lebih banyak dibandingnkan dengan empat
kelompok tani lainnya Kelompok Tani Setia, Kelompok Tani Subur Jaya, Kelompok Tani Mekar, yaitu sebenyak 35 orang dari total petani aktif 110 orang.
Disamping itu, petani yang tergabung ke dalam kelompok tani Hurip mayoritas petani yang mengusahakan ubi jalar, dibandingkan kelompok tani lainnya.
Harga ubi jalar yang diterima petani berkisar antara Rp 800 - Rp 1.500 per kilogram, sedangkan harga yang dibayarkan konsumen akhir yaitu Rp 3.000 - Rp
4.000 per kilogram. Penerimaan tinggi yang diharapkan petani, maka harga yang diterima petani pun harus tinggi. Harga yang dikalikan dengan hasil produksi
menghasilkan penerimaan, dimana produksi yang tinggi pun akan meningkatkan penerimaan. Pendapatan petani merupakan hasil dari penerimaan dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Dengan demikian, petani perlu menghitung kembali usahatani ubi jalar yang dijalankan.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dijelaskan diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini,
antara lain: 1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi jalar pada kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang?
2. Apakah usahatani ubi jalar pada kelompok tani Hurip Desa Cikarawang
menguntungkan?
9
1.3 Tujuan Penelitian