Keragaan Usahatani Ubi Jalar

VI ANALISIS USAHATANI UBI JALAR

6.1 Keragaan Usahatani Ubi Jalar

Usahatani ubi jalar yang dilakukan di kelompok tani Hurip menurut hasil wawancara dan kondisi di lokasi penelitian dimulai dari persiapan lahan pemupukan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman penyulaman, pengairan, penyiangan dan pembumbunan, pembalikan batang, pengendalian hama dan penyakit tanaman dan panen. Kegiatan usahatani ubi jalar yang dijalankan dapat dijelaskan sebagai berikut:

6.1.1 Persiapan Lahan

Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi Rahmat, 1997. Pada umumnya petani di kelompok tani hurip menggunakan tanah sawah bekas tanaman padi dalam melakukan usahatani ubi jalar. Persiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pengolahan tanah Pengolahan tanah untuk tanaman ubi jalar yang dilakukan petani responden berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian yaitu dengan cara diolah terlebih dahulu hingga gembur, karena dapat membantu perkembangan akar dan pertumbuhan umbi. Pengolahan tanah ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, setelah itu tanah dibiarkan selama satu minggu agar terkena sinar matahari. Menurut Rahmat 1997 pembajakan dan pembalikan tanah bertujuan memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah, memusnahkan hama penyakit di dalam tanah dan menghilangkan gas-gas beracun yang berada dalam tanah. Petani yang menggunakan lahan kering tegalan biasanya melakukan pembajakan secara langsung tanpa dilakukan pembersihan rumput, sedangkan pada kondisi lahan basah bekas tanaman padi maka harus dilakukan pembersihan jerami dengan cara dibabat sebatas permukaan tanah. b. Pembuatan guludan Rahmat 1997 menjelaskan ukuran guludan adalah lebar bawah kurang lebih 60 centimeter, tinggi 30-40 centimeter dan jarak antar guludan 70-100 centimeter. Guludan yang digunakan oleh petani responden berdasarkan hasil 59 wawancara dan pengamatan langsung di lapangan mendekati ukuran yang dijelaskan oleh Rahmat 1997, yaitu berukuran lebar kurang lebih 70 centimeter, tinggi 40 centimeter, dan jarak antar guludan 30-100 centimeter yang merupakan lebar selokan dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Ukuran guludan tidak melebihi 40 centimeter, karena guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam, sehingga sulit dipanen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi dan memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp Rahmat, 1997. Arah bedengan yang digunakan petani responden dari hasil wawancara yaitu memanjang utara-selatan, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Dede 2000 bahwa bedengan dibuat membujur ke arah timur-barat agar cahaya matahari dapat menyebar secara merata, sehingga dapat diterima oleh semua tanaman. Setelah selesai pembuatan bedengan tanah dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan agar terangin-angin terkena sinar matahari, kemudian dilakukan penggemburan kembali dengan dicangkul tipis. c. Pengapuran Pada umumnya kondisi lahan petani responden berdasarkan hasil wawancara memiliki pH 5,6-5,7. Kondisi tanah yang baik untuk usahatani ubi jala, maka pengapuran jarang dilakukan. Tanah yang memliki keasaman pH kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran dengan menggunakan kapur dolomite atau kalsium karbonat Dede, 2000. Berdasarkan hasil wawancara pengapuran menggunakan dolomite, yaitu dengan cara disebar merata ke seluruh permukaan tanah dan dilakukan pengolahan secara ringan dengan tujuan agar kapur merata di dalam tanah dan dibiarkan selama 7-14 hari tergantung pada kondisi tanah. Menurut Dede 2000 pengapuran bertujuan untuk meningkatkan kegiatan jasad renik tanah dalam menguraikan bahan organik tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, dan meningkatkan unsur fosfor P, kalsium Ca dan magnesium Mg. d. Pemupukan dasar Pemupukan dasar yaitu dengan menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang untuk menambah bahan organik dalam tanah Dede, 2000. Para petani 60 yang tergabung dalam kelompok tani hurip jarang yang melakukan pemupukan dasar pada lahan yang akan ditanam, karena kondisi tanah yang masih bagus. Salah satu ciri tanah yang baik untuk usahatani ubi jalar yaitu keadaan pH yang sesuai.

6.1.2 Persiapan Bibit

Menurut Rahmat 1997 tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan setek batang atau setek pucuk. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani responden, pada umumnya melakukan pembiakan tanaman ubi jalar dengan setek pucuk yang berasal dari penunasan umbi. Bibit yang paling bagus adalah berasal dari setek pucuk. Setek batang yang diambil pada bagian tengah biasanya tumbuh relatif lambat dan ubi jalar yang dihasilkan rendah. Syarat setek batang, setek pucuk dan setek umbi yang dijadikan bibit adalah sebagai berikut Rahmat, 1997: a. Bibit berasal dari varietas atau klon unggul. b. Bahan tanaman berumur dua bulan atau lebih. c. Pertumbuhan tanaman yang diambil seteknya dalam keadaan sehat dan normal d. Ukuran panjang setek batang atau setek pucuk antara 20-30 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar. e. Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari. Bibit yang digunakan oleh petani responden berasal dari tanaman produksi atau tunas-tunas umbi yang secara khusus disemai diipuk melalui proses penunasan atau pengipukan. Perbanyakan tanaman dengan cara setek batang atau setek pucuk dilakukan sampai tiga turunan F1, F2 dan F3. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas umbi yang dihasilkan, karena terlalu banyak turunan menyebabkan hasil umbi menurun pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses penunasan kembali setelah 3-5 generasi perbanyakan. Hasil wawancara dengan petani responden menyatakan bahwa jumlah bibit yang dibutuhkan untuk luas areal satu hektar kurang lebih 35.780 setek atau setek per luasan rata-rata yang digunakan petani 8461 setek per 0,4 hektar, namun hal ini disesuaikan dengan jarak tanam yang digunakan. Pada umumnya petani responden menggunakan jarak tanam 100 x 25 centimeter. Jumlah bibit yang digunakan petani responden mendekati dengan jumlah bibit yang dianjurkan menurut Rahmat 61 1997, dimana pada jarak tanam 100 x 25 centimeter membutuhkan bibit sebanyak kurang lebih 32.000 setek. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, terdapat tata cara dalam penyiapan bibit dengan penunasan umbi adalah sebagai berikut: a. Memilih umbi ubi jalar yang cukup tua, keadaan ubi sehat dan berukuran minimal sebesar telur ayam. b. Umbi ditanam pada lahan khusus penunasan pengipukan. Jarak tanam yang digunakan petani responden mendekati dengan jarak tanam menurut Rahmat 1997 yaitu kurang lebih 100 x 25 centimeter. c. Pemotongan bahan tanaman bibit yang dilakukan petani responden yaitu pada saat umbi sudah bertunas dan berumur 2-3 bulan. Bahan tanaman bibit yang dijadikan setek dipotong pada bagian pucuknya berukuran kurang lebih 20-30 centimeter dengan menggunakan pisau yang tajam. Hal ini sesuai dengan Rahmat 1997 yang menjelaskan bahwa ukuran batang tanaman yang dijadikan setek sepanjang 20-25 centimeter. Pemotongan setek ini biasa dilakukan petani pada pagi hari atau sore hari sama halnya dengan waktu penanaman, agar kandungan dalam setek masih maksimum. d. Setek pucuk yang telah dipotong, kemudian ditanam kembali di lahan penunasan yang berbeda. Proses penunasan kedua selama 1-2 bulan. e. Melakukan proses pemotongan setek pucuk seperti pada poin c, kemudian ditanam ke lahan sebenarnya sampai tiba masa panen selama empat bulan. f. Apabila penanaman tidak dilakukan langsung, maka dilakukan penyimpanan bibit di tempat yang teduh maksimal tujuh hari. Bibit disimpan ke dalam karung atau keranjang.

6.1.3 Penanaman

Penanaman ubi jalar perlu memperhatikan pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam, cara penanaman dan penentuan waktu tanam. Waktu tanam biasa dilakukan petani responden pada awal musim hujan Oktober atau awal musim kemarau Maret bila keadaan cuaca normal untuk penanaman di lahan tegalan Rahmat, 1997. Berdasarkan hasil wawancara penanaman ubi jalar di lahan bekas sawah biasa dilakukan petani responden pada akhir musim hujan yaitu pada bulan Maret atau Mei, namun pada saat ini cuaca sulit diprediksi 62 petani, sehingga penanaman dilakukan tergantung cuaca pada saat itu. Penanaman yang paling baik yaitu pada pagi hari. Para petani biasa menanam sekitar pukul 06.00-09.00 atau sore hari pukul 16.00-17.00. Penanaman tidak dilakukan pada siang hari bertujuan untuk mengurangi risiko kematian pada bibit karena terkena sinar matahari. Jarak tanam yang digunakan petani responden adalah 70-100 centimeter antara barisan x 20-25 centimeter antar tanaman, sedangkan jarak tanam yang ideal adalah 100x25 centimeter atau 75x30 centimeter Dede, 2000. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan tanaman mudah terserang hama penyakit karena kondisi tanaman lembab, tanaman tumbuh kurus. Jarak tanam yang terlalu jauh menyebabkan penggunaan lahan kurang efektif sehingga secara ekonomi kurang menguntungkan. Pada umumnya sistem penanaman ubi jalar oleh petani responden dilakukan secara monokultur tunggal, yaitu dengan menanam ubi jalar saja. Tahap-tahap penanaman ubi jalar yang dilakukan oleh petani responden antara lain: a. Membuat larikan atau lubang tugal memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam lebar cangkul dan jarak antar lubang tugal 20-30 centimeter. Menurut Rahmat 1997 larikan dibuat dengan ukuran 10 centimeter dengan jarak antar lubang 25-30 centimeter. Dengan demikian ukuran lubang tugal yang digunakan petani sudah mendekati aturan yang dianjurkan oleh Rahmat 1997. b. Petani responden menanam setek ubi jalar dengan cara pangkal batang terbenam kurang lebih 5-10 centimeter, sama halnya menurut Rahmat 1997 setek ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga pangkal batang setek terbenam 13 -23 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek bibit. Sebaiknya penanaman setek dengan cara mendatar supaya menghasilkan umbi yang lebih banyak, besar dan seragam c. Menyiram setek ubi jalar yang telah ditanam dengan air secukupnya disekitar tanaman d. Melakukan proses pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang, urea, KCL dan TSP. 63 Pemberian pupuk kandang yaitu pada saat umur tanaman satu minggu Rata-rata penggunaan pupuk kandang yang digunakan petani responden sebanyak 579,42 kilogram per luasan rata-rata yang diusahakan 0,24 hektar atau 2.450,16 kilogram per hektar dan ditabur merata pada tanah guludan yang telah dibongkar sekitar tanaman. Proses pemupukan dibiarkan selama1-2 minggu, supaya terkena sinar matahari yang membantu proses mikroorganisme dalam tanah disamping menghilangkan bau dari pupuk kandang. Pemupukan lanjutan yang dilakukan petani responden dengan pemberian pupuk kimia Urea, KCL dan TSP, yaitu urea sebanyak 35,97 kilogram per luasan rata-rata 0,24 hektar 152,10 kgha, KCL sebanyak 13,11 kilogram per luasan lahan rata-rata 0,24 ha 55,45 kgha dan TSP sebanyak 31,97 kilogram per luasan lahan rata-rata 0,24 ha 135,19 kgha. Dosis pupuk yang dianjurkan oleh Rahmat 1997 adalah urea 100-200 kilogram per hektar, KCL 100 kilogram per hektar dan TSP 50 kilogram per hektar. Pemberian pupuk kimia ini dilakukan petani setelah tanaman berumur dua minggu dan dibiarkan lagi selama satu minggu, kemudian tanah guludan ditutup kembali.

6.1.4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan juga pada bibit-bibit ubi jalar selama masa pertumbuhannya sampai panen. Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar tetap normal dan sehat, sehingga menghasilkan umbi dalam jumlah banyak dan berkualitas baik Dede, 2000. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, pemeliharaan tanaman ubi jalar yang dilakukan oleh petani responden meliputi penyulaman, pengairan, pemupukan, penyiangan, pembalikan batang ngebat dan perlindungan tanaman dari hama dan penyakit. a. Penyulaman Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang kerdil, kurus, rusak atau mati dengan bibit yang baru Dede, 2000. Berdasarkan hasil wawancara, pada umumnya petani responden melakukan penyulaman hanya sesekali saja. Waktu penyulaman dilakukan pagi hari atau sore hari sama halnya dengan waktu penanaman. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, 64 kemudian diganti dengan bibit baru dengan ditanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. b. Pengairan Waktu pengairan biasa dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan tujuan untuk membantu menstabilkan kelembaban tanah, melarutkan pupuk dalam tanah, membersihkan tanah dari bahan-bahan beracun, menekan pertumbuhan gulma dan menekan hama boleng Rahmat, 1997. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden bahwa pengairan dilakukan sesekali apabila terjadi kekeringan. Pengairan tidak dilakukan rutin karena kondisi tanah yang masih bagus untuk menanam ubi jalar. c. Penyiangan dan pembumbunan Penyiangan dilakukam oleh petani responden dengan membersihkan gulma atau rumput yang berada di sekitar tanaman ubi jalar Dede, 2000. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, penyiangan dilakukan pada saat rumput masih muda supaya tidak merusak akar tanaman ubi jalar. Pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan dan meninggikan permukaan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan petani responden apabila diperlukan. Biasanya petani responden melakukannya secara bersamaan pada saat tanaman berumur satu bulan setelah tanam dan dilakukan kembali pada saat tanaman berumur dua bulan. Penyiangan pun dilakukan bersamaan pada waktu pembalikan batang. d. Pembalikan batang Hasil wawancara dari petani responden menyatakan bahwa pembalikan batang pada tanaman ubi jalar dilakukan dengan tujuan untuk mencegah tumbuhnya umbi pada setiap ruas batang yang menempel pada tanah. Umbi pada ruas batang tersebut berukuran kecil dan tidak dikonsumsi, disamping mempengaruhi besar umbi utamanya. e. Pengendalian hama dan penyakit Rahmat 1997 menjelaskan komponen pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu antara lain: secara kultur teknis dengan mengatur waktu tanam yang tepat, rotasi tanaman; secara fisik dan mekanis dengan 65 memotong atau mencabut tanaman yang terserang hama penyakit; secara kimiawi dengan menyemprotkan pestisida secara selektif. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara fisik dan mekanis dan secara kimiawi. Hama yang sering menyerang ubi jalar adalah hama boleng atau lanas akibat ulat. Petani mengatasi hama boleng atau lanas dengan penyemprotan insektisida seperti Decis 2,5 EC dengan konsentrasi yang dianjurkan.

6.1.5 Panen

Kualitas ubi jalar di kebun harus dijaga kualitasnya hingga panen, dengan demikian perlu dilakukan penanganan panen yang baik. Waktu panen biasa dilakukan petani responden pada pagi atau sore hari sama seperti waktu penanaman. Panen ubi jalar dilakukan sesuai dengan umur panen yang tepat waktu, sehingga umbi yang dihasilkan sudah tua, besarnya optimal, kandungan tepungnya tinggi, dan kadar seratnya rendah. Umur panen ubi jalar berkisar antara 3-5 bulan tergantung pada varietas, iklim dan kesuburan tanah. Ubi jalar yang ditanam oleh sebagian besar petani di kelompok tani Hurip antara lain jenis AC yang dapat dipanen 3,5-4 bulan, jenis ceret pada umur tanam 4-4,5 bulan, jenis kebo pada umur tanam kebo 4-5 bulan. Pada saat penelitian petani responden menanam ubi jalar jenis ceret, karena banyak permintaan bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga harganya pun tinggi. Ubi jalar jenis ceret ini biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan seperti kolak, bubur dan lainnya. Hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani ubi jalar per periode tanam per rata-rata luas 0,24 hektar dapat dilihat pada Tabel 17. 66 Tabel 17. Hasil Output dan Input yang Digunakan dalam Usahatani Ubi Jalar per Periode Tanam per Rata-rata Luas 0,24 Hektar Tahun 2010 No Komponen Jumlah Fisik Satuan Harga satuan Rp A Output: Ubi jalar yang di jual 2.450,00 Kg 891,42 Ubi jalar yang dikonsumsi 82,63 Kg 891,42 Total Output 2.532,63 Kg B Input: 1 Lahan 0,24 Hektar 472.000,00 2 Bibit 8.461,66 Setek 25,00 3 Pupuk kandang 579,43 Kg 200,00 4 Pupuk Kimia a. Urea 35,97 Kg 2.121,43 b. KCL 13,11 Kg 2..273,33 c. TSP 31,97 Kg 2315,79 5 Tenaga kerja 42,37 HOK 20.000,00

6.2 Penggunaan Sarana Produksi Ubi Jalar