Penggunaan Sarana Produksi Ubi Jalar

66 Tabel 17. Hasil Output dan Input yang Digunakan dalam Usahatani Ubi Jalar per Periode Tanam per Rata-rata Luas 0,24 Hektar Tahun 2010 No Komponen Jumlah Fisik Satuan Harga satuan Rp A Output: Ubi jalar yang di jual 2.450,00 Kg 891,42 Ubi jalar yang dikonsumsi 82,63 Kg 891,42 Total Output 2.532,63 Kg B Input: 1 Lahan 0,24 Hektar 472.000,00 2 Bibit 8.461,66 Setek 25,00 3 Pupuk kandang 579,43 Kg 200,00 4 Pupuk Kimia a. Urea 35,97 Kg 2.121,43 b. KCL 13,11 Kg 2..273,33 c. TSP 31,97 Kg 2315,79 5 Tenaga kerja 42,37 HOK 20.000,00

6.2 Penggunaan Sarana Produksi Ubi Jalar

Sarana produksi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu kegiatan usahatani. Sarana produksi yang digunakan petani di kelompok tani Hurip terdiri dari lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk kimia Urea, KCL, TSP, tenaga kerja dan peralatan usahatani.

6.2.1 Penggunaan Lahan

Lahan merupakan input yang penting dalam kegiatan usahatani ubi jalar. Pada umumnya kepemilikan lahan petani responden adalah berlahan sempit yaitu di bawah satu hektar dan tidak ada petani reponden yang memiliki lahan di atas satu hektar. Rata-rata kepemilikan lahan untuk petani responden adalah 0,24 hektar. Secara terinci penggunaan input dan output dalam analisis usahatani ubi jalar setelah dikonversi ke dalam satu hektar dapat dilihat pada Lampiran 5.

6.2.2 Penggunaan Bibit

Bibit yang digunakan petani responden dalam usahatani ubi jalar ini merupakan setek. Pada umumnya petani lebih banyak menggunakan setek pucuk daripada setek batang yang dapat diperoleh melalui pengipukan pembibitan sendiri dan pengambilan pada tanaman induk periode sebelumnya. Bibit pun bisa didapatkan di kelompok tani Hurip atau dari petani lain bila kekurangan. Rata – 67 rata penggunaan bibit yang dipakai oleh petani responden per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar sebanyak 8.461,66 setek. Bibit yang digunakan disesuaikan dengan luas dan jarak tanam yang dipakai petani dalam usahatani ubi jalar.

6.2.3 Penggunaan Pupuk Kandang

Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dilakukan satu kali dalam satu periode tanam ubi jalar yaitu pada umur tanaman dua minggu. Penggunaan pupuk kandang bermanfaat untuk menyuburkan tanah, karena banyak mengandung bahan organik sebagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Rata- rata penggunaan pupuk kandang per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar untuk usahatani ubi jalar oleh petani responden sebesar 579,43 kilogram. Pupuk kandang tersebut dapat diperoleh petani responden di lingkungan sekitarnya, baik dari usaha sampingannya sebagai peternak maupun dari petani lain.

6.2.4 Penggunaan Pupuk kimia

Pupuk kimia yang dibutuhkan petani responden dalam usahatani ubi jalar antara lain pupuk urea, KCL, TSP. Rata-rata penggunaan pupuk urea per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar oleh petani responden 35,97 kg, KCL 13,11 kg, TSP 31,97 kg. Petani responden mendapatkan pupuk kimia dari kios saprotan dan disediakan juga di kelompok tani, sehingga memudahkan dalam mendapatkannya.

6.2.5 Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu input yang mempunyai peranan penting dalam memanajemen setiap aktivitas usahatani ubi jalar. Tenaga kerja yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani ubi jalar adalah tenaga kerja orang mulai dari pengolahan tanah sampai pemanenan. Tenaga kerja yang digunakan antara lain tenaga kerja pria dan wanita tanpa melibatkan tenaga kerja anak-anak. Tenaga kerja pria melakukan pekerjaan yang dinilai berat seperti mengolah tanah untuk persiapan lahan, pembongkaran dan pengguludan tanah kembali, serta pencabutan umbi pada saat panen, sedangkan pekerjaan lainnya dapat dilakukan baik oleh laki-laki ataupun perempuan. 68 Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani ubi jalar ini menggunakan satuan Hari Orang Kerja HOK dengan rata-rata melakukan aktivitas selama enam jam per hari yaitu dari jam 06.00-12.00. Pembayaran upah tenaga kerja dibedakan berdasarkan jenis kelamin karena adanya perbedaan kapasitas pekerjaan yang dibebankan. Upah yang diberikan setiap satu hari kerja yaitu sebesar Rp.20.000 untuk pria dan Rp 15.000 untuk wanita atau Rp 20.000 setara HKP. Tenaga kerja wanita dihitung dalam HKW dan dikonversikan ke dalam HKP sebesar 0,75. Tenaga kerja untuk pemanenan dilakukan dengan cara borongan yaitu sebesar Rp 100 per kilogram yang dibayar oleh tengkulak atau pembeli, sehingga tidak diperhitungkan sebagai pengeluaran petani. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ubi jalar ini dibagi atas Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK dan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK. Penggunaan rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan oleh petani responden dalam satu periode tanam per 0,24 hektar adalah 42,37 HOK terdiri dari 18,25 HOK TKDK dan 24,12 HOK TKLK. Apabila dikonversi dalam satu hektar, maka tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usahatani ubi jalar adalah 158,62 HOK yang terdiri dari 71,71 HOK TKDK dan 86,91 HOK TKLK. Perbandingan penggunaan tenaga kerja pada usahatani ubi jalar tidak jauh berbeda dengan tenaga kerja yang dibutuhkan pada usahatani umbi lainnya seperti ganyong yang telah diteliti sebelumnya oleh Devy 2010. Hal ini dikarenakan proses kegiatan usahatani yang hampir sama, namun memiliki masa panen yang berbeda. Ubi jalar masa panen selama 4 bulan, sedangkan ganyong selama 6 bulan, sehingga penggunaan tenaga kerja akan lebih banyak juga. Tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani ganyong yaitu 205,16 HOK yang terdiri dari 147,44 HOK TKDK dan 57,72 HOK TKLK. Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani ubi jalar, meliputi pengolahan lahan, persiapan bibit, penanaman, pembongkaran guludan, pemupukan dasar, pengguludan kembali, pemupukan kedua, pembalikan batang ngebat dan penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penggunaan TKDK untuk masing-masing kegiatan dalam usahatani ubi jalar per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar dapat dilihat pada Tabel 18, secara terinci terdapat pada Lampiran 4. 69 Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK pada Usahatani Ubi Jalar per Periode Tanam per Luas Rata-rata 0,24 ha di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Tahun 2010 No Kegiatan Jumlah HOK Persentase Nilai Rp 1 Persiapan lahan 4,02 22,00 80.200 2 Persiapan bibit 1,23 6,75 24.600 3 Penanaman 1,35 7,40 27.000 4 Pembongkaran guludan 2,32 12,72 46.400 5 Pemupukan dasar 2,20 12,05 44.000 6 Pengguludan kembali 3,34 18,31 66.800 7 Pemupukan kedua 1,40 7,58 28.000 8 Pembalikan batangngebat dan penyiangan 1,02 5,60 20.400 9 Pengendalian hama dan penyakit tanaman 0,34 1,87 6.800 10 Panen 1,04 5,72 Jumlah 18,25 100,00 344.200 Pada Tabel 18 diperoleh data bahwa dari kesepuluh kegiatan yang dilakukan petani pada usahatani ubi jalar dengan menggunakan TKDK, kegiatan persiapan lahan merupakan kegiatan yang banyak memerlukan tenaga kerja, yaitu 4,02 HOK 22 per periode tanam. Kegiatan pengendalian hama memiliki presentase terkecil sebesar 0,34 persen, karena pengendalian hama dan penyakit tanaman hanya dilakukan oleh petani apabila diperlukan. Presentase pada kegiatan pengguludan kembali 18,31 lebih besar dibandingkan pada saat kegiatan pembongkaran guludan 12,72, hal ini dikarenakan proses pengguludan kembali memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaiannya. Biaya rata- rata TKDK yang dikeluarkan petani responden mencapai Rp 344.200. Rata-rata penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK oleh petani ubi jalar untuk masing-masing kegiatan per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar dapat dijelaskan pada Tabel 19. 70 Tabel 19. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK pada Usahatani Ubi Jalar per Periode Tanam per Luas Rata-rata 0,24 ha di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Tahun 2010 No Kegiatan Jumlah HOK Persentase Nilai Rp 1 Persiapan lahan 8,66 35,90 173.200 2 Persiapan bibit 0,41 1,70 8.200 3 Penanaman 3,31 13,72 66.200 4 Pembongkaran guludan 2,17 9,00 43.400 5 Pemupukan dasar 1,17 4,85 23.400 6 Pengguludan kembali 3,03 12,56 60.600 7 Pemupukan kedua 0,48 2,00 9.600 8 Pembalikan batangngebat dan penyiangan 1,63 6,76 32.600 9 Pengendalian hama dan penyakit tanaman 0,00 0,00 10 Panen 3,26 13,51 Jumlah 24,12 100,00 417.200 Tabel 19 menunjukkan bahwa persentase penggunaan TKLK terbesar berada pada persiapan lahan yaitu sebesar 35,90 persen, sehingga membutuhkan biaya yang besar juga sebesar Rp 173.200. Persentase biaya penanaman sebesar 13,72 persen dari biaya TKLK yang umumnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Jumlah tenaga kerja pada kegiatan persiapan bibit dan pemupukan kedua sebesar 0,41 HOK dan 0,48 HOK. Pada hasil wawancara kepada petani responden bahwa penggunaan tenaga kerja pada kegiatan persiapan bibit dan pemupukan kedua sedikit, dikarenakan kegiatan tersebut mudah dilakukan dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Pada umumnya petani tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman, yaitu hanya lima petani dari total petani responden yang melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dilakukan oleh TKDK. Sedangkan secara umum tidak digunakan pestisida, pengendalian hama dan penyakit tanaman hanya dilakukan secara teknis salah satunya melalui pembalikan batang dan penyiangan.

6.2.6 Penggunaan Peralatan Usahatani

Peralatan merupakan sarana penunjang kegiatan usahatni yang perlu dimiliki oleh petani. Peralatan yang dimiliki oleh para petani ubi jalar antara lain 71 cangkul, garpu, golok, parang dan cagak. Peralatan pertanian yang diperioleh dari kios pertanian di sekitar Kota Bogor. Peralatan yang digunakan oleh petani sangat berpengaruh terhadap biaya tetap yang akan dikeluarkan oleh petani yaitu pada biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini dilakukan untuk menghitung nilai investasi alat-alat pertanian yang menyusut setiap tahunnya. Biaya penyusutan ini termasuk ke dalam biaya diperhitungkan atau biaya tidak tunai. Besarnya biaya penyusutan peralatan pada usahatani ubi jalar per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar sebesar Rp 44.313,10, dengan lama tanam selama empat bulan. Penghitungan nilai penyusutan yaitu dengan menggunakan metode garis lurus anatar nilai beli dan umur teknis peralatan tersebut. Nilai penyusutan untuk peralatan usahatani ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata – Rata Biaya Penyusutan Peralatan pada Usahatani Ubi Jalar per Periode Tanam di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Tahun 2010 No Jenis Peralatan Jumlah alat Buah Harga beli unit Rp Umur teknis Th Jumlah Rp Biaya penyusutan Rptahun Biaya penyusutan Rpmusim tanam Persentase 1 Cangkul 2 50.285,71 3 100.571,42 33.523,80 11.174,6 25,22 2 Garpu 1 81.428,57 4 81.428,57 20.357,14 6.785,71 15,32 3 Golok 1 65.312,5 2 65.312,5 32.656,25 10.885,42 24,56 4 Parang 2 32.142,86 2 64.285,72 32.142,86 10.714,28 24,18 5 Sabit cagak 1 28.518,52 2 28.518.52 14.259,26 4.753,09 10,72 Jumlah 7 132.939,31 44.313,10 100,00 Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa persentase tingkat penyusutan terbesar berada pada alat cangkul sebesar 25,22 persen, dengan biaya penyusutan Rp 11.174,6 per periode tanam. Kondisi ini dipengaruhi oleh umur teknis dan harga peralatan tersebut, dimana cangkul merupakan sarana produksi yang sering digunakan dalam kegiatan usahatani ubi jalar, terutama pada saat persiapan lahan dan panen. Disamping cangkul, golok dan parang juga memiliki biaya penyusutan yang besar yaitu Rp 10.885,42 dan Rp 10.714,28 per periode tanam. Golok dan parang ini sering digunakan untuk kegiatan pembalikan batang ngebat, penyiangan dan panen. 72

6.3 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar