32 kuesioner dan wawancara di lapangan dengan petani responden, ketua kelompok
tani Hurip dan pihak lain yang terkait. Data primer terdiri dari data input dan output usahatani ubi jalar, harga input, harga output dan data lain yang
berhubungan dengan tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur terkait yang diperoleh dari Kantor Kabupaten Bogor, Kantor
Desa Cikarawang, Kelompok Tani Hurip, Gapoktan Jaya Makmur, BPS Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor, BPS Pusat, artikel, internet, buku literatur serta
sumber-sumber lain yang menunjang peneliti.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui metode wawancara langsung dengan petani responden dengan bantuan kuesioner. Kuisioner yang
digunakan berisi pertanyaan mengenai jumlah pemakaian input, harga input, lama pemakaian, upah tenaga kerja, jumlah output, harga jual output dan pertanyaan
lain yang berhubungan dengan analisis usahatani ubi jalar. Pada dasarnya metode survei merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memeperoleh fakta-
fakta dari kondisi yang ada dan mencari informasi secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi maupun politik dari suatu kelompok atau daerah Nazir,
1983. Informasi yang diperoleh dari observasi juga diperlukan untuk
memperoleh data dan informasi secara langsung berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh petani guna melakukan analisis terhadap pendapatan dan faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar. Data dari artikel, buku, literatur, dan penelitian terdahulu diperlukan sebagai kelengkapan penunjang penelitian ini.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Nazir 1983 kegiatan menganalisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah. Hal ini karena dengan adanya analisis data,
maka data tersebut akan makna dan arti yang bermanfaat dalam memberikan informasi maupun dukungan lainnya dalam mencari dan memberikan alternative
penyelesaian masalah yang akan dibahas dalam penelitian termasuk dalam menguji hipotesis.
33 Data yang telah diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada di lapangan. Analisis data secara kuantitatif antara lain analisis fungsi Cobb-Douglas
untuk menganalisis fungsi produksi, karena pada penelitian ini mempunyai variabel X lebih dari tiga. analisis pendapatan usahatani, penerimaan usahatani
dan RC rasio. Data yang dianalisis secara kuantitatif akan diolah dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab14.0, kemudian disajikan secara
tabulasi dan diinterpretasikan serta diuraikan secara deskriptif.
4.5.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar
Penelitian ini menganalisis fungsi produksi dengan menggunakan fungsi produksi Cobb_Douglas. Menuut Soekartawi 2002 fungsi Cobb_Douglas adalah
suatu fungsi atau pesamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yan dijelaskan Y dan
variabel lainnya disebut variabel independen, yang menjelaskan X. Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan variabel
independent. Penjelasan lebih lengkap yaitu melalui pendekatan statistik dalam hubungan antara X dan Y. Dengan demikian, metode penduga yang digunakan
adalah mtode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS. Metode ini digunakan untuk menguji nilai F-hitung, t-hitung dan R
2
. Oleh karena itu, kelayakan model tersebut akan diuji brdasarkan asumsi OLS, meliputi
multikolinieritas, homoskedastisitas dan normalitas error. Apabila asumsi tersebut dapat dipenuhi maka koefisien regresi parameter yang diperoleh merupakan
penduga linier terbaik yang tidak bias Gujarati, 1978. Tahap-tahap dalam menganalisis fungsi produksi adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Variabel Bebas dan Terikat
Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam proses produksi ubi jalar. Faktor-faktor yang
dipakai dalam penelitian ini antara lain bibit, Urea, KCL, TSP, pupuk kandang dan tenaga kerja. Manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja. Variabel
yang menjadi variabel dependent variabel yang dipengaruhi adalah produksi. Variabel yang menjadi variabel independen variabel yang mempengaruhi antara
lain jumlah bibit, Urea, KCL, TSP, pupuk kandang dan tenaga kerja. Variabel-
34 variabel tersebut ditentukan berdasarkan pada penggunaan input yang sering
digunakan dalam usahatani ubi jalar. Disamping itu, penentuan variabel dapat dilihat pada hasil penelitian terdahulu. Penelitian Yulistia 2009 menyatakan
bahwa variabel faktor produksi belimbing Dewa yang digunakan antara lain pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk gandasil, pestisida, petrogenol dan tenaga
kerja, sedangkan Zalukhu 2009 menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi antara lain, luas lahan, benih, urea, NPK, TSP, pupuk organik,
furadan, pestisida dan tenaga kerja. Menurut Soekartawi 1990, fungsi produksi Cobb-Douglas harus
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya: a.
Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab nilai logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.
b. Memerlukan asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap
pengamatan. Hal ini menggambarkan jika fungsi Cobb-Douglass yang akan dipakai dalam suatu bentuk pengamatan dan bila diperlukan analisa yang
mempunyai lebih dari satu model, maka model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis model tersebut.
c. Tiap variabel X adalah perfect competition
d. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi seperti iklim adalah sudah
tercakup pada faktor kesalahan u. Pada penelitian ini faktor produksi obat-obatan dan lahan tidak termasuk
ke dalam model fungsi produksi. Hasil penelitian di lapangan bahwa obat-obatan tidak dimasukan ke dalam model dikarenakan obat-obatan jarang digunakan oleh
petani responden dan hanya ada lima petani responden yang menggunakan obat- obatan, sehingga petani yang tidak menggunakan obat-obatan bernilai nol.
Kondisi ini tidak memenuhi persyaratan pertama dalam menganalisis fungsi Cobb- Douglas, dimana tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab nilai
logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui. Faktor produksi lahan pun tidak dimasukan ke dalam model, dikarenakan
mempunyai multikolinier yang tinggi yaitu sebesar 20,7 dimana mempunyai nilai VIF lebih dari 10, sehingga dikeluarkan dari model. Multikolinier variabel
independent pada lahan, artinya mempunyai korelasi yang kuat dengan variabel
35 independent lainnya Lampiran 8. Ada beragam penyebab multikolinier
diantaranya disebabkan adanya kecenderungan variabel-varabel ekonomi atau bisnis yang bergerak secara bersamaan. Apabila dijumpai masalah multikolinier,
maka perlu dilakukan perbaikan pada model dugaan. Ada banyak cara untuk memperbaiki model dugaan, diantaranya adalah:
a. Menambah observasi. Penambahan ukuran sampel akan menyebabkan
ragam b
j
mengecil. b.
Mengeluarkan variabel independent yang berkorelasi kuat dengan variabel independent lainnya.
c. Menggunakan teknik pendugaan regresi komponen utama PCA Principal
Component Regression. Variabel yang saling berkorelasi, ditransformasi menjadi variabel yang saling bebas, kemudian diregresikan terhadap
variabel dependent. 2.
Analisis Regresi Secara matematis model fungsi produksi Cobb-Douglas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = b X
1 b1
X
2 b2
X
3 b3
X
4 b4
X
5 b5
X
6 b6
e
u
Fungsi Cobb-Douglas diatas kemudian ditransformasikan kedalam bentuk linier logaritma untuk memudahkan pendugaan terhadap fungsi produksi tersebut,
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: Ln Y = ln b
+ b
1
ln X
1
+ b
2
ln X
2
+ b
3
ln X
3
+ b
4
ln X
4
+ b
5
ln X
5
+ b
6
ln X
6
+ u Keterangan :
Y = Produksi Ubi Jalar Kg X
1
= Bibit ubi jalar setek X
2
= Urea Kg X
3
= KCL Kg X
4
= TSP Kg X
5
= Pupuk kandang Kg X
6
= Tenaga kerja HOK b
= Intersept
36 b = Parameter variabel
e = Bilangan natural e = 2,7182 u = Unsur sisa galat
b
1,
b
2,
b
3,...,
b
6
= nilai dugaan besaran parameter 3.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan pengujian-pengujian yang dilakukan dalam
pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi, antara lain: a.
Pengujian terhadap model penduga Pengujian ini untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar. Hipotesis:
H : b
1
= b
2
= . . . . . = b
i
= 0 H
1
: salah satu dari b ada ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F:
k n
R k
R hitung
F
2 2
1 1
Keterangan: k = Jumlah variabel termasuk intercept
n = Jumlah pengamatan atau responden Kriteria uji:
F-hitung F-tabel k-1, n- k pada taraf nyata α : tolak H
F-hitung F-tabel k-1, n-k pada taraf nyata α : terima H
Apabila tolak H berarti secara bersama-sama variabel yang digunakan
berpengaruh nyata terhadap produksi, namun apabila terima H maka variabel
yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Setelah itu dihitung besarnya koefisien determinasi R
2
untuk mengukur tingkat kesesuaian model dugaan, yang merupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian
antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien regresi mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model dan sisanya 1-R
2
dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai R
2
berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent atau dengan
37 kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi.
Menurut Gujarati 1978 koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:
JKT Total
Kuadrat Jumlah
SSE gresi
Kuadrat Jumlah
R Re
2
2 2
2
1
t t
Y e
R
Keterangan: ∑ e
i 2
= Jumlah kuadrat unsur sisa galat ∑y
i 2
= Jumlah kuadrat total b.
Pengujian untuk masing-masing parameter Pengujian untuk masing-masing parameter yaitu dengan uji-t yang
menguji secara statistik bagaimana pengaruh nyat dari setiap parameter bebas X yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas Y. Menurut
Gujarati 1978, hipotesis pengujian secara statisti adalah sebagai berikut: Hipotesis:
H : b
i
= 0 H
1
: b
i
≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t:
i i
b se
b hitung
t
k n
t tabel
t
2
Dimana: b
i
= Koefisien regresi se b
i
= Parameter penduga dari unsur sisa n
= Jumlah pengamatan sampel k
= Jumlah koefisien regresi dugaan termasuk konstanta Kriteria uji:
t-hitung t-tabel, maka tolak H pada taraf nyata α berpengaruh nyata
t-hitung t-tabel, maka terima H pada taraf nyata α tidak berpengaruh nyata
38 Jika tolak H
artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dari nilai produksi dalam model dan sebaliknya bila terima H
maka variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas produksi.
Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P, dengan kriteria sebagai berikut:
1. P-value2 α, maka variabel yang diuji faktor produksi berpengaruh nyata
terhadap variabel tidak bebas produksi 2.
P-value2 α, maka variabel yang di uji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
c. Pengujian multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi multikolinieritas pada model. Ada banyak cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinieritas, yaitu
dengan koefisien determinasi R
2
yang tinggi namun dari uji-t banyak variabel bebas yang tidak signifikan atau dapat diukur dengan Variance Inflation Factor
VIF. Jika VIF X
j
10, maka dapat disimpulkan bahwa model dugaan ada multikolinieritas antar peubah bebas Gujarati, 1978, sementara asumsi OLS
tentang heteroskedastisitas dan normalitas akan diuji dengan pendekatan grafik. Variabel penduga yang mempunyai nilai VIF 10 pada model yang digunakan
dalam penelitian yaitu terdapat pada variabel lahan dan bibit. Masing-masing nilai VIF nya sebesar 20,7 dan 22,4. VIF dapat dirumuskan sebagai berikut:
2
1 1
i i
R X
VIF
Dimana, R
j
= Koefisien determinasi dari model regresi dengan variabel dependent X
j
dan variabel independent adalah variabel X lainnya. d.
Homoskedastisitas Fungsi dalam model penduga dikatakan baik jika memenuhi asumsi
homoskedastisitas ragam error yang sama. Pembuktian asumsi tersebut, yaitu secara visual dapat dilakukan dengan cara melihat penyebaran nilai-nilai residual
terhadap nilai-nilai prediksi. Jika penyebarannya tidak membentuk suatu pola yang sistematis seperti linier atau kuadratik, maka keadaan asumsi tersebut telah
terpenuhi.
39 Hipotesis yang diajukan terhadap setiap faktor produksi adalah seluruh
faktor produksi berpengaruh positif terhadap tingkat produksi ubi jalar. Kondisi ini diperkirakan karena seluruh komponen faktor produksi tersebut merupakan
kebutuhan dalam kegiatan produksi ubi jalar. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bibit ubi jalar X
1
b
1
0 artinya semakin banyak bibit yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi ubi jalar yang dihasilkan.
2. Puipuk Urea X
2
b
2
0 artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi produksi ubi jalar yang dihasilkan.
3. Pupuk KCL X
3
b
3
0 artinya semakin banyak pupuk KCL yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi produksi ubi jalar yang dihasilkan.
4. Pupuk TSP X
4
b
4
0 artinya semakin banyak pupuk TSP yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi produksi ubi jalar yang dihasilkan.
5. Pupuk kandang X
5
b
5
0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi ubi jalar yang
dihasilkan. Berpengaruhnya faktor produksi ini dikarenakan dalam penanaman ubi jalar, penggunaan pupuk kandang merupakan salah satu komponen yang
penting untuk meningkatkan kualitas tanaman. 6.
Tenaga Kerja X
6
b
6
0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi ubi jalar yang
dihasilkan. Namun tidak menutup kemungkinan banyaknya tenaga kerja dapat mengakibatkan kegiatan produksi menjadi tidak efektif.\
40
4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar 1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar
Analisis pendapatan dalam kegiatan usahatani ini didukung oleh data dalam penerimaan usahatani, kemudian dianalisis pendapatan yang diperoleh
dengan mempertimbangkan besarnya penerimaan dan biaya. Analisis penerimaan usahatani dapat dihitung dari hasil perkalian jumlah produksi total dan harga jual
per satuan. Analisis penerimaan usahatani merupakan analisis penerimaan yang diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya. Analisis penerimaan terdiri dari
analisis penerimaan tunai dan penerimaan total. Penerimaan tunai usahatani didapat dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan
penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, tetapi digunakan untuk konsumsi sendiri, bibit atau keperluan lain.
Penerimaan ini dihasilkan dalam waktu empat bulan sesuai waktu panen ubi jalar.
2 Biaya Usahatani Ubi jalar
Biaya merupakan komponen paling penting dalam melakukan kegiatan usahatani. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan.
Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, sedangkan biaya diperhitungkan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja petani dan
modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa lahan ha dan penyusutan
peralatan Rp. Secara terinci dapat dilihat pada Tabel 7. 3 Pendapatan dan RC Rasio Usahatani Ubi Jalar
Analisis pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan. Total penerimaan diperoleh dari hasil penjualan
yaitu output dikalikan dengan harga, sedangkan total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Analisis pendapatan dihitung
dengan rumus: Л
= TR – TC
Л Tunai
= Y
tunai
x P
y
– Biaya Tunai Л
Total = Y
total
x P
y
– Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan Keterangan:
Л = Pendapatan Rpmusim tanam TR = Total penerimaan Rpmusim tanam
TC = Total biaya Rpmusim tanam Y
= Produksi total yang diperoleh dalam usahatani Kg P
y
= Harga Y Rpkg
41 Biaya penyusutan perlu diperhitungkan karena usahatani ubi jalar ini
menggunakan peralatan pertanian dalam aktivitasnya. Biaya penyusutan peralatan pertanian diperhitungkan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu
membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang diperkirakan dengan lamanya modal dipakai. Metode garis lurus dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan: Nb = Nilai pembelian Rp Ns = Perkiraan nilai sisa Rp
n = Umur ekonomi alat tahun Analisis RC rasio merupakan perbandingan antara nilai output dan input
atau perbandingan antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani. Analisis ini dibedakan menjadi RC rasio terhadap biaya tunai dan RC rasio
terhadap biaya total. Setelah diketahui keuntungan dari usahatani ubi jalar, kemudian keuntungan dibandingkan menggunakan RC Rasio dengan rumus:
tunai TC
tunai TR
tunai rasio
C R
total TC
total TR
total rasio
C R
Keterangan: TR = Total Revenue Rp
TC = Total Cost Rp Kriteria penilaian dari hasil perhitungan RC rasio sebagai berikut:
1. RC rasio 1, artinya menunjukkan bahwa dalam suatu usaha setiap satu
rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu rupiah. Dengan kata lain usaha tersebut dapat dikatakan lebih
efisien menguntungkan.
2. RC rasio = 1, artinya menunjukkan bahwa dalam suatu usaha setiap satu
rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan satu rupiah. Nb
– Ns Biaya Penyusutan =
n
42 Dengan kata lain usaha tersebut dapat dikatakan efisien tidak untung dan
tidak rugi atau impas. 3.
RC rasio 1, artinya menunjukkan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah.
Dengan kata lain usaha tersebut dapat dikatakan tidak efisien rugi. RC rasio merupakan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam usahatani ubi jalar. Semakin tinggi nilai RC maka semakin menguntungkan usahatani tersebut.
Analisis pendapatan usahatani ubi jalar dilakukan pada petani yang menjadi responden, untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh
dari usahatani ubi jalar dan mengetahui keuntungan dari usahatani yang dijalankan. Secara sederhana, perhitungan analisis pendapatan dan RC rasio dapat
disajikan seperti pada Tabel 7.
Tabel 7.
Perhitungan Analisis Pendapatan dan RC Rasio Usahatani A Penerimaan tunai
Harga x Hasil panen yang dijual Kg B
Penerimaan yang diperhitungkan
Harga x Hasil panen yang dikonsumsi Kg C Total Penerimaan
A + B
D Biaya Tunai a. Biaya Sarana Produksi:
- Pupuk kandang, Urea, KCL, TSP b. Biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK
c. Pajak
E Biaya yang diperhitungkan
a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK b. Penyusutan peralatan
c. Bibit d. Lahan milik sendiri
F Total Biaya D + E
G Pendapatan atas biaya tunai A – D
H Pendapatan atas biaya total C – F
I Pendapatan bersih
H – bunga pinjaman jika ada pinjaman
J RC ratio atas biaya tunai
A D K RC ratio atas biaya total
C F
43
4.6. Definisi Operasional