Pelaksanaan Kemitraan KKT Lisung Kiwari dengan Petani padi Desa

56 koperasi dan gapoktan. Seperti yang diungkapkan Karwan 1997 dalam Supadi 2004 untuk bermitra petani harus memiliki kelembagaan kelompok yang dibentuk secara resmi atau kelompok berbadan hukum, dengan kata lain petani harus bergabung dalam wadah koperasi atau gapoktan.

6.2.4 Pelaksanaan Kemitraan KKT Lisung Kiwari dengan Petani padi Desa

Ciburuy Kemitraan yang berlangsung antara LPS-DDR dan petani Desa Ciburuy melalui kelembagaan yang mewadahi petani seperti koperasi. Dalam kemitraan ini, koperasi dan gapoktan berperan sebagai pengelola kegiatan kemitraan dari LPS-DDR. Pelaksanaan kemitraan antara petani padi Desa Ciburuy dengan koperasi, yaitu : 1. Pengadaan sarana dan prasarana produksi Sarana produksi yang diperlukan dalam usahatani padi dan difasilitasi oleh LPS-DDR melalui koperasi adalah lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan modal. Pengadaan sarana produksi tersebut adalah dengan cara sebagai berikut : a. Pengadaan lahan sewa Lahan yang digunakan untuk menanam padi bebas pestisida merupakan lahan sewa, yang disewakan LPS-DDR selama satu tahun untuk petani mitra, masing-masing sebesar 2.500 m². Dalam pengadaan lahan sewa ini akan dikelola oleh KKT Lisung Kiwari dengan melayani penyediaan sewa lahan tahun berikutnya kepada petani mitra. b. Pengadaan bibit, pupuk, pestisida Dalam pengadaan bibit, pupuk dan pestisida petani akan difasilitasi oleh LPS-DDR melalui KKT Lisung kiwari, dimana LPS-DDR akan menyediakan kebutuhan-kebutuhan tersebut dan petani dapat mendapatkannya di KKT Lisung Kiwari. c. Pengadaan bantuan modal Dalam hal pembiayaan, sesuai kesepakatan pada saat sosialisasi, LPS- DDR akan memberikan bantuan modal berupa uang disesuaikan 57 dengan kebutuhan dari masing-masing petani. Pemberian modal ini akan difasilitasi oleh KKT Lisung Kiwari. 2. Pemasaran Kegiatan pemasaran dilakukan secara bersama-sama antara petani, koperasi dan LPS-DDR. Pada kegiatan pemasaran ini petani akan menyerahkan hasil panennya kepada koperasi. Kegiatan ini sering dikenal dengan aturan 60:40, dimana petani diwajibkan menjual 60 persen hasil panennya kepada koperasi yang nantinya disebut dengan tabungan petani, sedangkan 40 persen hasil merupakan bagian petani. Tabungan sebesar 60 persen tersebut nantinya digunakan petani untuk pengadaan sewa lahan selanjutnya, pengadaan sarana produksi dan biaya garap musim berikutnya. Bagi pihak koperasi berkewajiban membayar hasil yang dijual petani dengan harga minimal Rp 200,00 lebih tinggi dari harga yang ditetapkan pemerintah, selain itu koperasi berkewajiban membayarkan hasil penjualan gabah petani secara tunai setelah gabah dijual ke koperasi.

6.2.5 Pelaksanaan Kemitraan Gapoktan Silih Asih dengan Petani padi Desa