Evaluasi Kemitraan Alat Analisis Lain yang Dapat Digunakan

14 Selain dalam hal ketidakadilan dalam pelaksanaan hak dan kewajiban, kendala dalam kemitraan juga terjadi karena tidak adanya pembagian risiko. Hal ini dikemukakan pula oleh Echánove dan Steffen 2005 yang menemukan bahwa perusahaan tidak terikat apapun dalam perjanjian pembagian risiko budidaya akibat cuaca buruk ataupun serangan hama pengganggu. Oleh karena itu, petani harus membayar sendiri biaya asuransi tanamannya. Permasalahan serupa juga ditemukan Febridinia 2010, dimana peternak tidak bisa membayar pinjamannya kepada pihak perusahaan dikarenakan gagal panen akibat penyakit maupun kelalaian peternak sendiri. Peternak dianggap berhutang sehingga peternak yang terlibat dalam permasalahan ini tidak mendapatkan pinjaman lagi pada periode selanjutnya. Dalam pelaksanaan kemitraan antara LPS-DDR dan petani padi sehat Desa Ciburuy juga menghadapi berbegai macam kendala seperti dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban yang sepenuhnya belum sesuai dengan kesepakan yang sudah ditentukan di awal kegiatan kemitraan berlangsung.

2.3 Evaluasi Kemitraan

Indikator evaluasi pelaksanaan kemitraan sebenarnya dapat dilihat dari pelaksanaan hak dan kewajiban pihak–pihak yang bermitra. Hal ini dikarenakan perjanjian yang di dalamnya mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak secara rinci dapat menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan bagi pihak–pihak yang bermitra Indrayani 2008. Penggunaan hak dan kewajiban sebagai dasar evaluasi pelaksanaan kemitraan juga dilakukan oleh Widyastuti 2006 dengan penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan PIR pada PT. Indosawit Subur di Pabrik Minyak Kelapa Sawit Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau” dan Rahman 2008 dengan penelitian berjudul “Evaluasi Kemitraan PTI dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok”. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Indrayani 2008 yang menilai pelaksanaan kemitraan antara CV. Quasindo dan Gapoktan Citra Sawargi telah berjalan dengan baik dimana masing-masing pihak dapat memenuhi hak dan kewajiban yang tertulis dalam perjanjian formal kemitraan yang mengikat secara hukum, Widyastuti 2006 menilai pelaksanaan antara PT.IIS dan petani plasma berlangsung dengan baik, begitu juga dengan penilaian pelaksanaan kemitraan 15 yang dilakukan oleh Rahman 2008. Rahman 2008 menilai kemitraan yang terjalin antara petani sayuran dengan PTI berlangsung baik, hak dan kewajiban yang ada di dalam perjanjian hampir semuanya terealisasi dengan baik. Dalam mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara LPS- DDR dengan petani padi sehat desa Ciburuy dilakukan dengan melihat tanggapan masing-masing pelaku terhadap pelaksanaan kemitraan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kemitraan, selain itu dilakukan evaluasi melalui pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing pelaku kemitraan.

2.4 Kepuasan Pelayanan Kemitraan

Kusumah 2008, Rahman 2008, Rochmatika 2006 menggunakan Important Performance Analysis IPA dan Customer Satisfaction Index CSI untuk menganalisis kepuasan petani mitra. Dengan metode tersebut Kusumah 2008 menilai beberapa atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak, diantaranya yang sudah sesuai dengan keinginan peternak adalah penetapan harga kontrak DOC, kualitas pakan, kualitas obat dan vaksin , serta bimbingan teknis yang diberikan perusahaan. Sedangkan atribut yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya adalah kualitas DOC. Kualitas DOC yang diinginkan oleh peternak adalah DOC yang memiliki kualitas baik serta lebih tahan terhadap penyakit dan stress. Kemudian keluhan dari peternak tidak mendapat tindak lanjut dari perusahaan. Peternak juga merasa kurang puas dengan mengeluhkan kurangnya kompensasi jika terjadi kematian ayam dalam jumlah besar. Nilai Indeks Kepuasan peternak diperoleh nilai 60 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa peternak mitra cukup puas dengan pelayanan Tunas Mekar Farm. Rahman 2008, dalam penelitianya berdasarkan analisis Importance Performance Analysis , atribut yang masuk pada prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya adalah atribut sistem pengairan. Atribut yang perlu dipertahankan perusahaan dalam memberikan pelayanan yaitu atribut harga sarana produksi yang dijual, bantuan biaya garap, ketepatan waktu pemberian biaya garap, lahan yang digarap dan atribut respon terhadap segala keluhan. Atribut yang memiliki tingkat kepuasan rendah mencakup atribut keragaman penyediaan 16 sarana produksi, pembagian penguasaan lahan dan sistem bagi hasil. Atribut yang dirasakan berlebihan terdapat atribut kualitas benih yang diberikan dan pola pemasaran jual sendiri. Secara keseluruhan, berdasarkan analisis indeks kepuasan konsumen, pelaksanaan kemitraan PTI telah memuaskan petani dengan nilai indeks kepuasan sebesar 72,4 persen. Rochmatika 2006, meneliti tentang tingkat kepuasan petani tebu terhadap pelaksanaan kemitraan pabrik gula XYZ. Petani mitra dibagi tiga berdasarkan lahan skala usaha. Petani mitra skala kecil menilai atribut yang paling mempengaruhi kepuasan adalah bantuan biaya angkut, sedangkan atribut yang memiliki tingkat kepuasan paling rendah adalah bantuan biaya garap. Petani mitra skala menengah menilai atribut bantuan biaya angkut merupakan yang paling mempengaruhi kepuasan, sedangkan atribut penentuan kualitas memiliki tingkat kesesuaian paling rendah. Petani mitra skala besar menilai atribut yang memberikan tingkat kepuasan paling tinggi adalah kualitas dan kuantitas bibit yang diberikan. Atribut yang memiliki tingkat kepuasan paling rendah adalah waktu pembayaran hasil panen. Indeks Kepuasan Pelanggan petani mitra skala kecil, skala menengah dan skala besar masing–masing adalah sebesar 63,21 persen; 61,46 persen dan 60,25 persen. Nilai indeks menunjukkan bahwa petani mitra cukup puas terhadap kemitraan yang dijalankan. Prastiwi 2010, Widyastuti 2006 dan Rahmita 2003 hanya menggunakan Important Performance Analysis IPA untuk menganalisis kepuasan petani mitra. Prastiwi 2010 dengan penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Kuningan dan Ubi Jalar Jepang, Studi Kasus Kemitraan PT. Galih Estetika dan Petani Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan” menemukan bahwa atribut yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah atribut terhadap segala keluhan dan harga ubi jalar yang diberikan responden ubi jalar Kuningan dan harga ubi jalar yang diberikan responden ubu jalar Jepang. Widyastuti 2006 mengidentifikasi bahwa atribut yang termasuk dalam prioritas utama yang harus ditingkatkan kinerjanya pada penelitianya adalah harga beli TBS, harga sarana produksi, serta ketanggapan inti dalam menyelesaikan keluhan petani. Rahmita 2003 dengan penelitiannya yang berjudul “Kajian Kemitraan Petani dengan PT. Riau Andalan Pulp and Paper” 17 menemukan bahwa atribut yang berada pada prioritas utama adalah kemudahan mendapat sarana produksi peternakan baik di wilayah sekitar hutan maupun di sekitar pabrik, serta kemudahan pemasaran di sekitar wilayah hutan. Sama halnya dengan penelitian terdahulu, kemitraan dalam pengadaan beras SAE antara petani padi Desa Ciburuy dengan LPS-DDR dalam menganalisis tingkat kepuasan juga menggunakan metode IPA dan CSI, dimana dengan menggunakan metode tersebut dapat mengetahui tingkat kepuasan petani mitra terhadap pelayanan dalam kemitraan serta mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan masing-masing atribut, sehingga nantinya diperoleh atribut yang menjadi prioritas untuk memperbaiki kinerja kemitraan. Adapun atribut yang akan dinilai tingkat kepuasannya yaitu kemudahan dalam mendapatkan sarana produksi, harga sarana produksi, bantuan biaya garap, ketepatan waktu pemberian biaya garap, penyediaan sewa lahan, frekuensi pembinaan, pelayanan dan materi pembinaan, kemampuan pendamping untuk cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan petani, pendamping mudah ditemukan dan dihubungi untuk berkonsultasi, pengetahuan dan kecakapan pendamping dalam memberikan pelayanan terhadap petani, respon terhadap segala keluhan, harga beli gabah, ketepatan pembayaran hasil penjualan gabah ke petani. Atribut-atribut tersebut disusun berdasarkan pelaksanaan kemitraan, perjanjian kontrak kemitraan serta teori servqual. 18 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Kemitraan

Kemitraan antara perusahaan pertanian dan petani kecil dinilai sebagai salah satu pendekatan yang paling prospektif dalam mengangkat ekonomi petani. Kemitraan diharapkan agar petani mendapatkan nilai tambah dari kegiatan usahataninya. Menurut Hafsah 2000, kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena kemitraan adalah suatu strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Menurut Saptana et al. 2009, kata “disusun” dalam pasal ini berarti perlu peran aktif pemerintah mewujudkan amanat tersebut. Salah satunya adalah dengan mewujudkan asas kekeluargaan dan kebersamaan dalam membangun perekonomian nasional, yang salah satunya dapat diwujudkan dengan hubungan kemitraan usaha. Berdasarkan Undang–Undang UU No.9 Tahun 1995 kemitraan usaha adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997, kemitraan merupakan sebuah kerjasama antara usaha kecil dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam bidang pertanian berdasarkan pasal 1 Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 940KptsOT.2101097 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang dimaksud dengan kemitraan usaha pertanian adalah kerjasama antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra di bidang usaha 19 pertanian. Sedangkan artiu kemitraan usaha agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dengan satu atau kelompok orang atau badan hukum dimana masing–masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan menjamin terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan yang dilandasi saling menguntungkan, memerlukan dan saling melaksanakan etika bisnis Suwandi 1995, dalam Saptana et al. 2009. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan dengan cara membangun jalinan kerjasama yang saling menguntungkan dan saling memperkuat serta dibangun dengan dasar saling memerlukan diantara kedua belah pihak.

3.1.2 Pola Kemitraan

Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995 pasal 27, pola kemitraan dapat dilaksanakan dalam enam pola, yaitu : 1. Inti-plasma Pola inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma. Pihak inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi. 2 Subkontrak Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya. 3. Dagang Umum Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar memasarkan hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya. 20 4. Waralaba Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen. 5. Keagenan Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar mitranya. 6. Kerjasama Operasional Agribisnis KOA Pola kerjasama operasional agribisnis adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biayamodal atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian.

3.1.3 Kepuasan

Kepuasan merupakan fungsi dari kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan berarti pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan berarti pelanggan amat puas atau senang Kotler 1997, dalam Rangkuti 2008. Konsep kepuasan konsumen dapat dilihat pada Gambar. 1. Gambar 1. Diagram Konsep Kepuasan Konsumen Sumber : Rangkuti 2008 Tujuan Perusahaan Produk Nilai Produk Bagi Konsumen Tingkat Kepuasan Konsumen Harapan Konsumen terhadap Produk Kebutuhan dan Keinginan Konsumen 21

3.1.4 Konsep Kualitas Layanan Jasa

Service atau layanan merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketidakberwujudan intangibility yang berhubungan dengannya, yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan properti dalam kepemilikannya dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan Griselda et al. 2007. Menurut Tjiptono dan Chandra 2007, pengertian kualitas layanan merupakan evaluasi konsumen tentang kesempurnaan kinerja layanan. Kualitas layanan dapat diartikan kepedulian perusahaan terhadap pelanggan. Kualitas layanan bersifat dinamis, yaitu berubah menurut tuntutan pelanggan. Kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.

3.1.5 Dimensi Kualitas Pelayanan

Parasuraman et al. 1985 dalam Tjiptono dan Chandra 2007 mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas jasa yaitu bukti fisiklangsung tangibles, keandalan reliability, daya tanggap responsiveness, kompetensi competence, akses approachability, kesopanan courtesy, komunikasi communication, kredibilitas credibility, keamanan security, dan kemampuan memahami pelanggan understanding the customer. Dalam riset selanjutnya, Parasuraman et al. 1988 dalam Tjiptono dan Chandra 2007 menemukan adanya overlapping diantara beberapa dimensi di atas. Oleh sebab itu, mereka menyederhanakan sepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas dan keamanan disatukan menjadi jaminan assurance, sedangkan akses, komunikasi dan kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi empati empathy. Menurut Parasuman et al. 1998 dalam Lupiyoadi dan Hamdani 2006 kelima dimensi kualitas layanan jasa tersebut dijabarkan dalam penjelasan di bawah ini: 1. Wujud Fisik tangible Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik 22 perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata yang dapat diberikan oleh pemberi jasa. 2. Kehandalan reliability Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. 3. Daya Tanggap responsiveness Suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat responsif serta tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu merupakan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. 4. Jaminan dan Kepastian assurance Pengetahuan terhadap produk secara tepat, kesopan santunan karyawan dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam memberi informasi serta kemampuan dalam memberi keamanan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan, keyakinan pelanggan terhadap perusahaan. 5. Empati empathy Memberikan sikap yang tulus dan bersifat individual atau pribadi kepada pelanggan. Dimensi empati ini adalah dimensi kelima dari kualitas pelayanan, dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

3.1.6 Penilaian Tingkat Kepuasan

Menurut Supranto 2006 ada beberapa teknik mengukur kepuasan konsumen yaitu indeks kepuasan, analisis kesenjangan, Importance Performance Analysis, benchmarking, analisis diskriminan, analisis klaster, structural equation modeling dan lain-lain. Pengukuran kepuasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan. a. Indeks Kepuasan Cara paling sederhana untuk mewakili skor kepuasan pelanggan atau konsumen terhadap suatu produk adalah dengan merata-ratakan semua skor kinerja tiap atribut produk tersebut. Kelemahan rata-rata ini adalah bahwa setiap atribut kinerja dianggap memiliki nilai atau bobot tingkat kepentingan 23 yang sama. Keunggulan dari indeks kepuasan adalah perusahaan dapat mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari atribut-atribut suatu produk. Interpretasi nilai indeks kepuasan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index CSI No Nilai CSI Kriteria CSI 1. 0,81 – 1,00 Sangat puas 2. 0,66 – 0,80 Puas 3. 0,51 – 0,65 Cukup Puas 4. 0,35 – 0,50 Kurang Puas 5. 0,00 – 0,34 Tidak Puas Sumber : Ihsani dalam Oktaviani dan Suryana 2006 Kelemahan indeks kepuasan adalah nilai indeks kepuasan hanya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari kinerja suatu produk. Perusahaan tidak dapat membuat perumusan strategi yang tepat hanya dari nilai indeks kepuasan. b. Analisis Gap Kesenjangan Analisis kesenjangan dilakukan dengan membandingkan nilai kepentingan dan kinerja tiap atribut sehingga diperoleh nilai selisih kesenjangan. Jika nilai kinerja lebih kecil daripada nilai kepentingan berarti perusahaan tidak dapat memuaskan konsumennya dan sebaliknya. Semakin besar nilai kesenjangan menandakan konsumen semakin tidak puas. Keunggulan dari analisis kesenjangan adalah analisis ini relatif mudah diaplikasikan dan hasil analisisnya dapat digunakan untuk melengkapi hasil analisis IPA. Kelemahan analisis kesenjangan adalah tidak dapat mengetahui atribut apa saja yang perlu dipertahankan dan atribut apa yang kinerjanya dianggap berlebihan oleh konsumen. c. Importance Performance Analysis Analisis Importance-Performance adalah analisis yang membandingkan antara tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut suatu produk menggunakan gambar yang terdiri dari empat kuadran. Keunggulan dari Importance-Performance Analysis adalah dari hasil IPA perusahaan dapat 24 membuat perumusan strategi yang tepat untuk memperbaiki kinerja produknya.

d. Alat Analisis Lain yang Dapat Digunakan

Alat analisis lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen antara lain analisis diskriminan, benchmarking, analisis klaster, structural equation modeling dan lain-lain. Kegunaan pengukuran kepuasan antara lain untuk mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir. Kemampuan memahami kepuasan pelanggan dan memenuhi harapan pelanggan dapat meningkatkan penjualan sehingga dapat meningkatkan loyalitas pelanggan Rangkuti 2008.

3.2 Kerangka Pemikiran Oprasional Penelitian