10
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan pelaksanaan kegiatan kemitraan antara petani padi sehat
Desa Ciburuy dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Duafa Replubika. 2. Menganalisis tingkat kepuasan petani dengan adanya kegiatan kemitraan.
3. Merumuskan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kemitraan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak yang berkepntingan, yaitu :
1. Gapoktan Silih Asih dan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, sebagai bahan evaluasi untuk mengukur pelaksanaan kemitraan yang terjalin selama
ini baik dengan pihak LPS-DDR maupun petani anggota sehingga nantinya dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, baik kepada
pihak LPS-DDR maupun kepada petani anggota. 2. Lembaga Pertanian Sehat Dompet Duafa Replubika, sebagai bahan evaluasi
untuk mengukur pelaksanaan kemitraan yang terjalin selama ini baik dengan lembaga pertanian pedesaan maupun langsung kepada petani mitra sehingga
nantinya dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan dari kegiatan kemitraan.
3. Penulis, berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis masalah, yang terkait dengan kemitraan.
4. Masyarakat pembaca, sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai kajian pelaksanaan kemitraan.
11
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia
Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan sistem
contract farming . Penerapan sistem pertanian kontrak secara formal untuk
pertama kali adalah pada masa pelaksanaan sistem cultuur stelsel atau sistem tanam paksa pada abad ke-19, dimana pada masa itu para petani dipaksa untuk
mengalokasikan sebagian lahannya untuk menanam tanaman komersial cash crops
yang ditentukan oleh pemerintah kolonial Belanda, antara lain teh, kopi dan tebudan kemudian menjual hasil panen mereka kepada pihak pemerintah
kolonial pada harga yang telah ditentukan Widjaja 2010. Walaupun cultuur stelsel telah lama berakhir, tetapi praktik pertanian
kontrak ala cultuur stelsel ini masih berlanjut hingga saat ini. Perbedaannya, hanyalah berupa perubahan status petani yang tidak lagi sebagai pekerja yang
digaji tetapi petani yang diberikan lahan untuk diolah berdasarkan kontrak yang mengikat Rustiani et al. 1997. Sistem seperti ini terjadi dalam kemitraan pola
PIR-Trans Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi, yang terjadi pada bentuk hubungan kemitraan dalam perkebunan kelapa sawit Widyastuti 2006.
Dalam perkembangannya kemitraan tidak hanya dilakukan pada sektor perkebunan saja. Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat pertanian
yang berbasiskan kemitraan banyak ditawarkan oleh investor baik pemerintah maupun swasta Sumardjo et al. 2004. Pada sektor yang lain seperti pertanian
tanaman pangan, perikanan, hingga sektor peternakan praktik kemitraan juga dilakukan. Proses kemitraan yang dilakukan biasanya antara petani kecil dengan
perusahaan pertanian. Indrayani 2008 dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Pola
Kemitraan dalam Pengadaan Beras Pandan Wangi Bersertifikat” menyebutkan bahwa salah satu contoh kegiatan kemitraan agribisnis di bidang pertanian
khususnya tanaman pangan adalah antara Gapoktan Citra Sawargi dengan CV. Quasindo. Kemitraan yang terjalin merupakan kemitraan dalam pengadaan beras
pandan wangi bersertifikat. Kemitraan ini terjalin sejak April 2007, dengan
12
melibatkan tiga pelaku utama yaitu gapoktan, CV. Quasindo serta Lembaga Sertifikasi Beras.
Di sektor peternakan konsep kemitraan pun sudah sering diterapkan. Menurut Febridinia 2010, kemitraan yang dilakukan CV. Tunas Mekar Farm
dengan peternak ayam broiler di Cibinong sudah berjalan selama 6 tahun dengan kerjasama yang lebih menekankan pada penjualan dan bimbingan teknis. Pola
kemitraan yang digunakan adalah pola kemitraan inti plasma, dimana dalam kegiatan kemitraan ini pihak perusahaan berperan dalam memberikan bantuan
berupa pengadaan bibit DOC, pakan, vaksin, vitamin, obat-obatan dan pelayanan pembinaan. Peternak mitra berkewajiban untuk menjual hasil panennya
kepada pihak perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku pada kontrak perjanjian. Bentuk kerjasama usaha atau kemitraan antara agribisnis besar dan
agribisnis kecil di sektor perikanan yaitu antara PT. XYZ dengan nelayan di Muara Angke. Tampubolon 2004 menyebutkan bahwa kemitraan yang terjalin
karena masing-masing pihak, baik perusahaan maupun nelayan menginginkan adanya efisiensi dan keuntungan, serta dukungan pemerintah dalam
memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi. Pada kemitraan ini, nelayan berperan sebagai penangkap ikan dan PT. XYZ berperan sebagai pembimbing dan
pemasaran hasil. Perusahaan akan memberikan bimbingan teknik dan manajerial serta bantuan finansial bagi nelayan mitra.
Kemitraan yang terjadi antara Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika dengan Petani Padi Sehat Desa Ciburuy merupakan kemitraan yang
terjadi pada komoditi tanaman pangan yaitu dalam pengadaan beras SAE Sehat, Aman dan Enak. Baik petani maupun LPS-DDR mendapatkan manfaat dari
kemitraan ini, petani mendapatkan bantuan modal, sewa lahan, sarana produksi, serta berbagai kegiatan pembinaan dan penyuluhan serta jaminan pasar bagi
produknya, sedangkan bagi pihak LPS-DDR mendapatkan beras SAE untuk memenuhi permintaan konsumennya.
13
2.2 Kendala dalam Kemitraan Agribisnis di Indonesia